(Harus baca buku sebelah ya, bagian special chapter end lalu kembali lagi kesini hehe)
Setelah kepergian Jeno, Siyeon menjadi merasa hampa karena tidak ada lagi yang mengajaknya bertengkar setiap mereka bertemu.
Mereka pulang setelah Gowon pulang dari rumah sakit, padahal waktu libur kuliah mereka masih panjang. Bahkan sangat panjang, karena mereka memang baru saja tiba di Amsterdam lalu keesokan harinya kecelakaan Jeno dan Gowon itu terjadi.
Tidak ada yang menyangka ataupun bersiap untuk hal itu, bahkan tidak sedikit pun terlintas di pikiran mereka bahwa hal itu akan terjadi.
Fakta yang membuat gadis ini semakin bersedih adalah jauhnya tempat pemakaman Jeno. Ia harus ke Amsterdam jika ingin mengunjungi laki-laki itu secara langsung. Apalagi bagi Papa Jeno yang tetap ikut pulang bersama mereka.
Siyeon masih sangat ingat ketika di pesawat perjalanan pulang, ia dan teman-temannya tidak mengobrol banyak apalagi bercanda. Namun Papa Jeno malah sering melemparkan senyum pada mereka meski mereka juga tahu bahwa beliau lah yang merasa lebih banyak bersedih.
Setelah berita kecelakaan itu tersebar di rumah sakit tempat Papa Jeno dan papanya bekerja, semua rekan kerja memberikan beliau ucapan bela sungkawa. Namun Papa Jeno tetap bekerja seperti biasa.
Siyeon sedih membayangkan betapa sepinya rumah kediaman Jeno sekarang, hanya ada Papa Jeno disana.
Kalau biasanya Papa Jeno suka menjahili anaknya, sekarang sudah tidak bisa lagi. Biasanya ada yang menggantikan istrinya untuk mengomel, sekarang ia hanya bisa mengingat omelan keduanya jika ia melakukan kesalahan.
Sedih memang, bahkan terbilang sangat sedih. Tanpa semua orang ketahui, ia menangis di hadapan makam istrinya, meminta maaf karena lagi-lagi gagal menjaga anak mereka satu-satunya.
Ia bahkan ingin melihat Jeno lulus dari kuliahnya, mendapatkan pekerjaan, menikah dan punya anak, ia ingin melihat anaknya itu tumbuh lebih lama lagi.
Pada awal kehilangan Jeno, ia menyalahkan diri dan menyebut dirinya sebagai ayah yang buruk. Ia tahu sakit yang dirasakan anaknya, tapi ia memilih untuk menurut pada Jeno yang selalu tersenyum dan bertingkah bahwa ia baik-baik saja.
Bahkan trauma berat yang dimiliki Jeno hilang bukan karena bantuannya sebagai seorang ayah, walaupun begitu ia merasa berterima kasih pada Siyeon karena telah membantu memulihkan Jeno.
Setidaknya sebelum Tuhan memutuskan untuk menyuruh Jeno pulang, anak itu sudah tidak merasa ketakutan saat hujan turun. Bayang-bayang kecelakaan mamanya sudah tidak mengganggu kehidupannya.
Jeno sudah bisa tersenyum lebar dan tertawa dibawah hujan turun, itu semua berkat Siyeon.
___
Tiga tahun kemudian
Siyeon menunggu teman-temannya datang untuk merayakan wisuda Jaemin dan Heejin di rumahnya. Setelah seminggu dari acara wisuda itu, mereka memutuskan untuk merayakannya karena keduanya wisuda paling akhir di antara mereka.
Papa Jeno juga diundang, ada orang tambahan seperti Jisung sepupu Renjun dan Chenle sepupu Haechan.
Entah sejak kapan dua anak itu tiba-tiba selalu ikut mereka berkumpul, Siyeon tidak ingat karena terjadi begitu saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pluvios [2]
Fiksi PenggemarThis book for Jeno and Siyeon side. I just don't like a rain, not hate it ㅡ Jeno Then why your hand always trembling when a rainy days? ㅡ her ✓ NCT's Jeno ✓ Park Xiyeon ✓ completed ✓ enjoy!