Menulis

566 24 0
                                    

Setelah ribuan kilo perjalanan yang telah ku lalui, aku selalu lupa mengabadikan apa-apa yang telah kulakukan. Terjerat di dalam hutan beton dengan banyaknya kesibukan membuat jutaan pertanyaan berubah menjadi penat yang kerap menghadirkan sosok migrain di kepala. Aku adalah jenis manusia yang sangat sering memikirkan sesuatu dari apa-apa yang aku lihat dan aku rasakan. Dan kurang lengkap rasanya apabila tidak mampu menjawabnya. Dari pagi hingga malam, menulis pun jadi barang langka yang sangat jarang dilakukan.

Seorang kawan bertanya, kenapa aku menulis ? Apa karena ingin mendapat penghasilan dari menulis ? Ingin menjadi populer seperti penulis-penulis lain ? Atau karena alasan lain aku menulis ?

Bagiku, menulis adalah simbol kegelisahan nurani dari orang biasa yang tidak memiliki daya apa-apa seperti aku yang ingin ku tunjukkan kepada dunia. Menulis adalah cara ku mengingat dan menghargai setiap detik yang sedang datang menghampiri, atau telah lewat dari hidup. Menulis adalah caraku berteman sekaligus mengucap terima kasih kepada hati dan pikiran yang selama ini sering membantuku berkembang. Tanpa hati dan pikiran, mungkin saja usia ku tidak sepanjang hari ini. Menulis adalah caraku menunjukkan padamu buah pemikiran dan perasaan yang selama ini selalu membuatku takut akan cemooh. Menulis adalah simbol nurani ketika mulut sangat sulit mengungkapkan isi hati. Menulis adalah cara untuk jujur kepada diri sendiri tentang apa yang sedang terjadi pada alam bawah sadar. Dengan menulis aku mampu melihat sebuah luka dari masa ke masa.

Kini..

Aku harus berterima kasih kepada mereka yang telah menganggap seorang laki-laki yang menulis ceritanya adalah manusia lemah. Memang, aku tidak sekuat dirimu perihal lari dari kenyataan. Dengan menulis, aku hanya sekadar ingin mensyukuri Nikmat Tuhan yang datang setiap harinya. Menulis membuatku sadar bahwa sebaik-baik ingatan ialah artefak. Dan biarlah tulisanku ini menjadi artefak ku sendiri. Yang bisa menuntunku menjadi lebih baik setiap harinya.

Peluk Hangat, terima Kasih.

Zakariya Dzulqarnain

Hari Ini - "Aku ada pada setiap diam."Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang