Alone

48 13 0
                                    

Written by hayylaaa

***

"Ughh ...."

Aku mengeluh tertahan, buru-buru aku keluar dari kamarku dan berjalan menuju kamar mandi sambil membawa handphoneku. Ahh ... kumohon tolong tahan sebentar laa-

PYACK!

Ugh ... lengket. Apa ini?

Pelan-pelan aku mengangkat sebelah kakiku yang sepertinya menginjak sesuatu. Kunyalakan senter dari handphoneku, kudekatkan kepalaku agar bisa melihat jelas dan ....

Rasa mual mulai menjalariku, buru-buru aku berlari menjauhinya. Kepalaku terasa berputar, masih kuingat jelas pemandangan menjijikkan yang baru saja kulihat.

Usus-usus berserakan di lantai dilumuri darah dengan bau amis yang masih tercium walau aku sudah berlari menjauhinya.

Apa yang terjadi?

Panik, dengan perasaan takut yang menggerogotiku, aku berlari ke kamar bunda dan ayah.

TOK-TOK-TOK!

"Bundaaa! Ayaahh!"

TOK-TOK-TOK!

Aku terus menggedor-gedor pintu kamarnya. Tapi yang kudapati hanya hening, perasaan takut mulai menggerogotiku semakin dalam. Akhirnya aku mendobrak paksa pintunya.

"Ayah! Bunda! A-"

Tubuhku membeku. Perasaan sesak mulai menjalar ke seluruh tubuhku. Sesak kurasa.

Dengan langkah gemetar kudekati sosok wanita paruh baya yang terkapar tidak berdaya di lantai dengan isi perut yang sudah berceceran kemana-mana dan sebuah gunting dapur yang menancap pergelangan kakinya.

"B-bunda ...." cicitku.

Bunda tak menjawab panggilanku, ia hanya diam membisu dengan darah yang keluar dari mulutnya. Air mataku mulai menetes.

Sebenarnya apa yang terjadi selama aku tidur?

Aku menangis dalam diam, melihat tubuh bunda yang terbujur kaku dengan kondisi yang sangat mengenaskan.

Sebuah pikiran terlintas di kepalaku.

Ayah! Abang! Ya, mereka pasti tahu apa yang sedang terjadi selama aku tertidur tadi!

Dengan langkah gemetar aku bangkit dan meninggalkan kamar ayah-bunda. Hanya satu yang kupikirkan, ayah dan abang. Dan kuharap mereka tidak apa-apa.

Dengan langkah gemetar aku berjalan menuruni tangga. Rasa sesak dan takut kian bertambah setiap aku berhasil menuruni anak tangga.

"A-ayah ... Abang ...."

Tak ada yang menyahut.

Aku terus menuruni tangga yang terasa panjang hingga akhirnya tiba di lantai bawah.

Gelap.

Dengan hati-hati aku melangkahkan kakiku menyusui lantai dan betapa terkejutnya aku melihat darah menempel di telapak kakiku.

Aku nyalakan senter handphoneku. Terlihat darah menggenang di lantai, berasal dari dapur.

Jantungku menggila, dengan ragu aku berjalan ke dapur.

Bau amis menyambutku, sukses membuat bulu kudukku merinding. Aku terus berjalan menahan rasa mual yang sedari tadi mengocok perutku.

"Ayah ... Abang ... A-"

Aku menutup mulutku tidak percaya.

Sebilah pisau sukses menancap dadanya. Dada ayah.

Lidahku kelu. Tubuhku ambruk. Air mataku tumpah lagi.

Unknown CallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang