Written by salmahaq
***
Kamis, 29 Juli 2010
04.30 WIBRING ... RING ...
"Halo, ini 122. Apa keadaan daruratmu?" tanya seorang perempuan berambut sebahu sembari memasang telinga dengan serius.
"Tolong ... Selamatkan saya ...," Suara serak perempuan di seberang sana terdengar begitu mengiba. "Saya diculik," lanjutnya sebelum telepon itu putus tiba-tiba.
"Halo ... Apakah Anda masih di sana? Halo ... " Operator panggilan darurat tersebut menutup telepon sembari menghembuskan napas berat.
Jari-jemarinya mulai sigap mengetik di keyboard komputer untuk melacak nomor yang meneleponnya tadi. Ia tidak ingin kalah cepat dengan si penjahat untuk menentukan nasib si korban lagi. Firasatnya mengatakan bahwa kasus ini tak beda dengan kasus sebelumnya. 10 kasus wanita yang diculik dan meninggal bersama dengan tempat kejadian yang terbakar saat polisi serta ambulans datang.
Semua kasus tersebut secara tidak langsung selalu memberikan tanda. Seolah ingin menjadikannya identitas, semua korban penculikan yang menelepon 112 selalu saja mematikan teleponnya sebelum mereka menyebutkan nama. Di antara para korban tersebut, belum ada yang diketahui identitasnya bahkan setelah mayat mereka ditemukan.
___________________________________Senin, 5 Juli 2010
Byurrr ...
Seorang perempuan tersadar oleh siraman air dingin di kepalanya. Tangan yang biasanya refleks menghilangkan air di wajah kini tak bisa ia angkat. Badannya yang lemas langsung tersadar dengan situasinya saat ini. Ia kini duduk di sebuah kursi dengan tangan dan kaki diikat. Tak ada sumber cahaya di tempat yang ia singgahi. Gelap gulita menyelimuti dirinya dan sosok di depannya.
Perempuan itu mulai panik, badannya bergerak-gerak berusaha untuk melepaskan diri. Hingga setitik cahaya muncul di depannya, ia pun menjadi diam.
"Tolong lepaskan saya ...," ucapnya memelas kepada sosok di hadapannya.
Api dari korek di depannya kini mati dan gelap melingkupinya lagi. Tiba-tiba terdengar suara dua besi bergesekan yang membuat ngilu si korban.
"Nama?" tanya seorang laki-laki di telinga si perempuan.
Kulit leher si perempuan terasa dingin setelah sesuatu menyentuhnya, dan dapat ia pastikan bahwa itu adalah pisau. Air mata mulai menumpuk di pelupuk mata yang tak lama kemudian turun bersama keberanian dirinya yang sejak awal sudah hilang.
"Tolong lepaskan saya ... "
"Salah!"
Sret!
Perempuan itu memekik setelah pisau itu menggores kulit lehernya. Cairan kental mulai ia rasakan mengalir mengikut arah gravitasi bumi dan rasa perih pun mulai mengimbangi.
"Tolong jangan seperti ini, saya akan memberikan apapun yang kamu mau asalkan-"
"Nama?" ulang laki-laki itu. Ia tak menghiraukan usaha negosiasi dari korbannya.
Perempuan itu kini menangis dengan lirih. Ketakutannya kini semakin meningkat hingga ia tak sanggup menggerakkan bibir.
"Salah!"
Lagi-lagi kulit putih perempuan itu tergores, dan kini pipinya yang mulai berdarah. Tak hentinya air matanya mengalir dengan suara jeritan dari mulutnya.
"Nama?!" ulangnya dengan kesal.
"Yunita Sugandhi." Suara Yuni bergetar. Ia berharap pisau itu tidak lagi menggores kulitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unknown Call
Mystery / Thriller[Thriller x Mystery] 112 : "Dengan 112 di sini, ada yang bisa kami bantu?" Penelepon : (Suara langkah kaki berlari dengan napas terengah-engah) 112 : "Halo, dengan siapa ini?" Penelepon : "Oh, halo, syukurlah. Aku sedang dikejar seseorang di sepanja...