Written by kafuusa
***
Sore hari ini lapangan sekolahku begitu ramai. Itu karena sedang diadakan kegiatan perjusami pramuka untuk pengangkatan sebagai bantara. Hari ini sudah menyentuh hari kedua. Jadwal nanti malam adalah jurit malam dan renungan. Karena itulah sore ini seluruh calon bantara dikumpulkan di aula sekolah untuk pengarahan.
"Nanti setiap ketua regu akan diberikan satu lilin. Kalian bakalan keliling sekolah dengan satu lilin itu dan harus terus menyala sampai pos terakhir. Akan ada tiga pos. Di pos pertama dan kedua kalian bisa menyalakan lilin kembali. Tapi ingat di pos ketiga wajib lilinnya nyala atau kalian bakalan dihukum," terang Kak Ahmad, selaku pembina pramuka. Aku dan seluruh rekan reguku mengangguk paham.
"Walaupun ini jurit malam, nggak bakal ada anak Laksamana yang bakal pura-pura jadi hantu. Jadi kalau kalian digangguin berarti hantu beneran. Jadi jaga sikap," kata Kak Ahmad lagi. Aku yakin sekali mana mungkin anak Laksamana berani meggunakan setelan horor hanya untuk menakuti calon bantara seperti kami. Pasalnya sekolah ini sendiri sudah sangat menyeramkan dan ramai. Itu pun kalau seluruh manusia benar-benar bisa melihat mereka.
Saat ini pun aku masih dapat merasakan seorang wanita tak berkaki dengan gaun kebaya berwarna putih sibuk mengelus rambutku. Dia sudah mengikutiku selama seminggu ini. Pasalnya meskipun aku mampu melihat yang tidak bisa orang lain lihat, aku tidak mampu mengusir mereka. Selagi perempuan itu tidak melakukan sesuatu yang buruk terhadapku dan orang di sekitarku aku tidak akan mempermasalahkannya.
Di ruangan ini pun bisa dengan jelas aku lihat ada anak pramuka lain yang duduk di baris paling belakang reguku. Aku tahu dia bukan manusia, sebisa mungkin aku tak akan mengacuhkannya walau berkali-kali ia mencoba mencuri perhatianku. Di sudut ruangan ada anak kecil tanpa wajah dan di atas kepala kami semua ada orang yang berterbangan. Sedang di jendela seseorang dengan leher sangat panjang terus-terusan mengintip. Aku pernah sekali mengunjungi sekolah lain, dan memang tidak seramai di sekolahku.
Semoga aku dan seluruh teman-temanku akan baik-baik saja nanti malam.
"Raka, ini lilinnya." Garin menyodorkanku sebuah lilin putih dari belakang. Sambil mengambilnya aku berbisik.
"Kok cepet banget dikasihnya? Kenapa nggak nanti malam?" tanyaku.
Garin mengendikkan bahunya. "Enggak tahu. Tapi jangan hilang ya, Raka. Bisa mampus kita, nanti."
Aku tersenyum jahil. "Tenang aku bawa banyak lilin."
Tiba-tiba Garin menoyor kepalaku. "Udah hadap depan Kak Ahmad liatin kita," peringatnya.
Aku pun memutar badanku ke depan dan aku hampir mati terkejut ketika perempuan berkebaya itu menatapku dari jarak yang sangat dekat. Dan ekspresinya terlihat marah padahal selama seminggu ini ia mengikutiku, ia hanya memunculkan wajah datar. Tapi kali ini ia terlihat tampak tidak suka. Aku hanya bisa mengembuskan napas pasrah. Semoga tidak terjadi apa pun nanti.
***
"Regu Elang!" teriak Kak Sephia. Dia adalah Laksamana yang terkenal sangat tegas di antara Laksamana lain yang berasal dari kelas 12.
Aku dan seluruh teman reguku dengan sigap menghampirinya dengan lilin di tanganku. Untungnya lilin ini bisa aku jaga sampai malam jurit malam dimulai. Jadi kami tidak akan terkena hukum.
"Absen!" perintah Kak Sephia.
Aku segera memberi hormat terlebih dahulu sebelum berkata, "Siap, Raka Narendra hadir!" dilanjut dengan absen dari teman-temanku yang lain. Harusnya reguku ada sembilan orang termasuk aku. Tapi setelah orang ke-sembilan aku mendengar suara lain dari arah belakang.
![](https://img.wattpad.com/cover/225861164-288-k53433.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Unknown Call
Mistério / Suspense[Thriller x Mystery] 112 : "Dengan 112 di sini, ada yang bisa kami bantu?" Penelepon : (Suara langkah kaki berlari dengan napas terengah-engah) 112 : "Halo, dengan siapa ini?" Penelepon : "Oh, halo, syukurlah. Aku sedang dikejar seseorang di sepanja...