Dejavu

291 33 2
                                    

Written by SANISNAEKERZ

***

Namaku Mythia Layla, biasa dipanggil Thia. Aku bekerja di sebuah perusahaan yang biasa melayani masalah darurat. Biasanya mereka akan mengetikkan nomor perusahaanku ketika mereka dalam keadaan bahaya. 112.

Di suatu malam, aku pulang dengan sempoyongan menuju rumah. Angin malam ini seperti tak bersahabat denganku, mereka terus menerus membuat kulitku serasa tertusuk es. Betapa sialnya hari ini!

Sejak tadi pagi, begitu banyak telepon masuk. Dan aku yang menjadi petugas bagian pencatat masalah dan menenangkan penelpon selama bantuan datang, tentu sangat sibuk.

Sesampainya di rumah, aku langsung ambruk. Belum satu menit berada di atas kasur, tiba-tiba handphoneku berdering. Aku melihat nomor kontaknya, namun nomor itu tak kukenal. Dengan ragu, aku mengangkatnya.

"Maaf, nomor yang anda tuju sedang sibuk."

Telepon iseng? Di saat begini? Terkadang aku mengutuk pekerjaanku. Nomor 112 itu membuat kepalaku sangat pusing! Memang, tugasku mulia. Namun aku juga hanya seorang manusia biasa, aku juga butuh istirahat.

KRING ... KRING ... KRING ...

Aku mengejapkan mata sebelum akhirnya kembali menatap nomor kontak yang meneleponku. Nomor yang sebelumnya. Takkan kubiarkan anak nakal ini lolos lagi!

"Ah, syukurlah. Tolong bantu aku. Aku sedang dalam bahaya."

Aku terkejut bukan main, sampai tubuhku terlompat dengan spontan. Suara orang itu, sepertinya...

"Maaf, Bu. Jika berkenan, tolong hubungi nomor 112. Pelayanan konsultasi kami akan segera mengirimkan bantuan jika-"

"Saya tidak ada waktu! Lagipula, Mbak ini juga pegawai di sana, bukan? Tolong bantu saya! Nomor 112 sudah saya coba hubungi berkali-kali, tapi hasilnya nihil!" Wanita itu terisak.

"Maaf, kalau boleh tahu, dari mana ibu dapatkan nomor saya?"

Wanita itu tak bicara sedikit pun. Kesunyian meredam seluruh suara yang tadinya timbul dari speaker. Mengapa tak ada yang mengangkat telepon di kantor? Padahal tadi aku sangat yakin, ada seseorang yang bekerja lembur di sana malam ini!

"Bu, apa Anda-"

PRANG!

Suara itu tiba-tiba muncul, dan tentu membuatku sangat terkejut. Jantungku tak berhenti untuk berdetak cepat, mungkin karena kejutan itu. Tidak, bukan itu penyebabnya. Ada sesuatu yang janggal di sini. Tapi apa?

"Kumohon! Tolong saya!"

Aku mendengarkan suara piring yang pecah ke lantai untuk kedua kalinya. Suara itu terdengar jelas, namun sepertinya berada dalam jangkauan yang cukup jauh dari tempat wanita itu berdiri. Apa yang sedang terjadi padanya?

"Baiklah, Bu. Tolong jelaskan pada saya, hal darurat apa yang sedang Anda alami saat ini? Mungkin saya bisa membantu."

"Kau harus membantuku! Karena itu tanggung jawabmu!" teriaknya dan langsung melanjutkan, "Ada seseorang dalam rumah saya. Ia berhasil masuk dengan cara membelah pintu depan dengan gergaji mesin ...."

"Baiklah, saya akan mencoba untuk mengirim bantuan. Di mana alamat rumah Anda?"

Wanita itu kembali bungkam. Sepertinya, ia sedang dalam keadaan yang sulit. Mungkin saja, orang asing yang masuk ke rumahnya itu sedang berusaha mencarinya.

"Meed street 13. Tolong cepatlah! Orang itu sepertinya sedang menghancurkan dapurku!"

Aku menguap untuk kesekian kalinya. Tubuhku rasanya ingin segera tidur. Pikiranku juga sudah penat dan tak mampu berpikir dengan keras, apalagi menenangkan orang yang panik. Sudahlah, kucoba dahulu.

Unknown CallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang