#5

3.6K 471 135
                                    

"Ini..."

.
.
.
.
.
.
.

"Jadi ternyata selama ini aku cuma tatap tatapan sama boneka?!"

Wah nggak bener ini. Pantas saja aku kalah tatap tatapan tadi.

"Percuma dong tadi aku ketakutan."

Dengan kesal aku berdiri dan menginjak keras boneka yang mirip Muzan itu.

@#¥%&&*-(

//sensor

Setelah cukup puas menghancurkan boneka tadi. Aku tersenyum cerah, secerah-cerahnya karena lega dan bahagia.

"Hari ini Indah ya?"

Aku melangkah keluar dengan kebahagiaan tiada tara. Semilir angin langsung menyambutku dengan lembut.

Pemandangan berwarna putih, pepohonan dan tanaman yang ditutupi kapas putih itu menandakan kalau sekarang benar-benar musim dingin.

Kuhirup dalam-dalam aroma hujan salju yang tersisa dan pergi melangkah keluar.

Brr... Dingin sih tapi beruntung aku memakai pakaian yang cukup tebal dan hangat.

"Hee, ternyata aku dikuil toh."

"Mbakyu pengen pergi sekarang?

Sebuah suara berat namun merdu membuatku terhenti. Ku kepalkan tanganku menahan kekesalan yang baru saja kulepaskan.

"Aku nggak liat. Aku nggak denger."

Kututup rapat-rapat telingaku dan kembali melanjutkan berjalan keluar dari tempat ini.

Beruntung matahari sudah diatas kepala. Pasti dia tidak akan mengikutiku. Samar-samar aku tersenyum meremehkan dan melirik kebelakang.

Sringg~~

Aku langsung menggosok mataku. Kilauan membahana hampir membuat mataku kering.

"Kenapa cepat sekali? Tidak ingin makan terlebih dahulu?" katanya dengan senyuman khas miliknya.

Boleh sih makan dulu sebelum pergi tapi udahlah nggak usah. Keduluan ngambek aku.

Aku berada dibawah sinar matahari yang berarti dia tidak akan berani untuk mendekatiku.

Dengan keberanian yang besar aku berbalik dan menatap tajam sosok laki-laki jangkung dengan mata yang berwarna-warni.

Aku tersenyum melihat Douma. Memang tak salah jika orang-orang salah paham menyebutnya utusan tuhan.

Rambutnya yang panjang lembut dan matanya yang seperti pelangi tentu akan membuat setiap gadis tergila-gila padanya.

Terlebih dengan mata sayu nya, seakan dia terlihat polos namun menggoda diwaktu yang bersamaan.

Tapi tidak denganku. Karena aku sudah tahu bagaimana dirinya yang sebenarnya.

"Terima kasih, tapi nggak deh, pasti kamu mau ngeracunin makanan aku kan?"

Aku menatap Douma dengan tatapan mengejek. Gapapa lah, lagian kita nggak bakalan ketemu lagi.

Sebelum berbalik, sebuah pikiran membuatku terganggu.

"Douma nggak bakalan ngejar aku kan?"

Namun ekspresi yang tak terduga terlukis diwajah Douma.

Lah ini anak nge blushing? Eh atau dia menahan marah?

"Ah.. Itu maksud Saya, Tuan sangat tampan, pasti banyak gadis yang ingin menjadikanmu suami."

Terjemahan :

"Tuan sangat tampan, pasti playboy. Jangan dekat-dekat ok?"

Setelah mengatakan itu, aku berbalik dan melanjutkan pergi dari tempat tersebut. Tanpa melihat bagaimana ekspresi Douma sama sekali.

Disetiap kata-kata ku mengandung makna tersirat. Tidak peduli dia mengerti maksudku atau sekedar mendengar apa yang diinginkannya.

Sungguh, yang kurasakan ketika melihatnya adalah rasa ingin menerkam. Beruntung aku kuad dalam iman dan fisik. 

Disetiap langkah, aku menyumpah serapahi orang yang membawaku kesini.

Beruntung Douma tidak memakan atau menjadikanku oni. Kalau itu terjadi kurasa aku akan menjadi orang yang akan mengutuk keras mereka.

***

"Etto.. Ini dimana ya?"

Sekarang aku berada di desa/kota. Aku celingak-celinguk melihat warga desa yang berlalu lalang.

Uh... Kayanya aku nyasar deh.

Sudah beberapa desa kulewati dan ini adalah desa terakhir yang bahkan tak kuketahui informasinya.

Matahari sebentar lagi akan bersembunyi dan bulan akan menggantikan nya.

Aku harus cepat-cepat mencari tempat untuk bermalam. Aku menghela nafas, menutup mata dan memusatkan perhatian pada bagian penciuman.

Dukk!!

Seseorang menabrakku, dan dia terus menerus minta maaf. Aku sih biasa aja soalnya nggak ada luka, sebaliknya malah aku khawatir pada pemuda didepan ini.

Dia terluka akibat dipukuli mak kosan karena biaya sewa udah nunggak dari beberapa bulan yang lalu.

Wajahnya terasa familiar tapi siapa ya?

"Tidak apa-apa, lain kali hati-hati."

Setelah itu, aku buru-buru pergi menuju gunung. Walaupun kemungkinan terbesar disana ada oni tetapi aku membutuhkan tempat untuk tinggal beberapa saat hingga besok.

Nasib nggak ada uang ya kaya gini, habis dipalak Douma sih:( untung kamu ganteng mas.

Udahlah, yang pasti aku perlu berhati-hati mendaki gunung karena saljunya sangat tebal.

"Dingin bgtt."

Aku menggosok kedua tanganku dan sesekali kepulan asap terlihat.

***

Ah... Bisa nggak ya aku mendaki sekarang?

Saljunya wagelaseh tebel bgtt!!

Kakiku aja tenggelam saking tebel nya.

Duh naik nggak yaa?

"Anuu—"

Suara ini!!

Refleks aku berbalik, mataku membulat besar ketika mengetahui suara siapa itu.

"Kamu?!"

TBC

Moon Drop Flowers | Kimetsu No Yaiba x Reader |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang