Halooo Assalamualaikum, selamat siang buat kalian-kalian yang udah pada kelaperan padahal buka puasa masih lama. Selamat membayangkan sirup dingin sama gorengan anget wkwk.
Sambil nunggu waktu buka, nih sok atuh dibaca Bab 6 nya. Tapi bisa kali sebelum baca kalian vote dulu. Bisa kan? Bisa lah ya
Okelah silahkan dibaca, enjoy.
***
Rinjani keluar dari perpustakaan dengan kondisi lebih segar. Bisa tidur diperpustakaan sebentar membuatnya merasa lebih baik.
Tujuannya sekarang adalah naik ke lantai dua karna tidak lama lagi kelasnya akan dimulai, sambil mengecek ponselnya siapa tau ada kabar dari pak slamet tentang dompetnya.
Karna terlalu fokus dengan ponselnya, Rinjani tidak memperhatikan kalau tidak jauh didepannya Toni tengah berdiri dengan raut wajah tegang yang coba dia sembunyikan
"Rinjani" suaranya dibuat sesantai mungkin
Merasa namanya dipanggil, Rinjani mengalihkan fokusnya dari ponsel ke cowok yang berdiri didepannya "Ya?"
Dalam hati Rinjani bertanya siapa cowok ini? Kenapa dia bisa mengenalnya?
Seakan bisa membaca pikiran Rinjani, Toni mengulurkan tangannya untuk memperkenalkan diri sambil menyebutkan nama.
Dan sekarang rasanya Toni ingin goyang bang jali ditempat saking senangnya karna Rinjani menyambut uluran tangannya.
"Ada apa ya?" karna bukan tipe orang yang suka bsa-basi, Rinjani langsung menanyakan maksud Toni menghadang jalannya
Toni yang masih cengar-cengir ngga jelas langsung menormalkan ekspresinya dan menyerahkan dompet yang dia bawa ke pemiliknya
Melihat benda yang disodorkan Toni, Rinjani tidak dapat menahan bibirnya untuk tidak tersenyum.
Dan senyum itu sukses membuat Toni berfikir mungkinkah cewek didepannya ini hasil perkawinan silang antara manusia dan bidadari? Cantik sekali.
"Ya Tuhan dompet gw" Rinjani mengambil dompetnya dari tangan Toni. Segera membukanya kan mencari foto ibunya disana
Beruntung foto itu masih disana.
"Makasih banyak ya Ton, gw udah ngga tau mau cari dompet ini dimana lagi"
Toni hanya mengangguk sebagai jawaban, ceritanya masih sok jadi cowok cool didepan gebetan
"WOY!" Rinjani dan Toni dibuat terkejut dengan teriakan itu. Rara sahabat bacot Rinjani sudah berdiri disamping mereka dengan tatapan menyelidik.
"Lo!" katanya sambil menunjuk wajah Toni "Ngapain lo minta nomornya Rinjani kalau lo bisa ngobrol terus minta sendiri sama orangnya? Bikin kerjaan gw aja" omel Rara dengan nada tidak santai.
Rinjani yang tidak paham hanya memperhatikan Rara dan Toni bergantian. Sedangkan Toni menggaruk rambutnya yang tidak gatal, malu sekali dia.
Melihat Rinjani yang bingung, tanpa diminta Rara dengan senang hati menjelaskan bahwa sebelumnya Toni meminta nomornya lewat Rara. Jujur Rinjani tidak ingat karna bukan hanya satu atau dua cowok yang minta nomor ponselnya lewat sahabatnya ini
"Sorry ya Ton" Rinjani merasa tidak enak, Toni tetap berlaku baik dengan mengambalikan dompetnya padahal sebelumnya Rinjani tidak menanggapi cowok itu
"Ngga masalah Jan. Kalau sekarang gw udah boleh minta nomor lo belum?" Toni bertanya takut-takut. Malunya bisa dobel kalau kali ini dia dicuekin lagi
Tapi sepertinya hari ini adalah hari keberuntungannya. Karna Rinjani mengangguk sebagai jawaban
"Nanti gw traktir lo ya, ucapan terima kasih soalnya udah balikin dompet gw" Rinjani berucap setelah mengetikkan nomornya di ponsel Toni
Whooah sepertinya Toni perlu mengadakan syukuran karna perkembangan pesat untuknya dan Rinjani. Hari ini dapat nomot telfon, besok makan bareng, lusa jadian. meskipun itu hanya di pikirannya dan belum tentu juga kejadian. Toni tetap saja senang bukan main.
"Woy cumi, mau sampai kapan lo ngajak ngobrol Rinjani? Bentar lagi gw sama dia ada kelas nih" Rara si perusak suasana, kampret emang.
"Nih udah gw ngobrolnya, bawel lu" Toni menjawab ucapan Rara, setelahnya perhatiannya kembali ke Rinjani " Kalau gitu gw tunggu traktirnya. Gw cabut ya Jan" pamit Toni "Bye nenek gayung" kali ini tentu saja untuk Rara
"Dasar kecoak buntung" hampir Rara melepaskan sepatunya dan melempar benda itu ke Toni kalau saja tidak dicegah oleh Rinjani.
Setelahnya Rinjani menarik tangan sahabatnya untuk masuk ke kelas mereka.
***
Dompet punya Rinjani, ini nih barang yang dijadiin bahan modus sama si Toni kecoak buntung
Gimana Chapter ini? Ohiya udah pada vote? Kalau belom, vote sekarang yaaaa...
Sampe ketemu di chapter berikutnya *Kiss
YOU ARE READING
Beautiful Pain
Teen Fiction"Ikut gw Jan. Lo ngga percaya kalau gw bisa jaga lo hah?!" Amarah cowok yang terkenal usil dan banyak tertawa itu akhirnya pecah. Wanita didepannya benar-benar keras kepala. "Lo cuma orang luar. Gimana bisa gw percaya sama lo saat orang yang gw angg...