7

13 2 0
                                    

Rara dengan semangat menarik Rinjani ke lapangan basket indoor kampus mereka. Katanya sedang ada pertandingan antar tingkat yang sedang berlangsung.

"Buruan Jan jalannya. Ntar keburu selesai mereka tandingnya" kata Rara masih sambil menarik tangan Rinjani.

Memang dasarnya Rara lebay, padahal mereka sudah hampir sampai, dan terdengar dengan jelas suara gaduh dari arah lapangan, yang artinya pertandingan masih berlangsung.

Setelah mereka sampai, bisa Rinjani lihat dengan jelas wajah berbinar Rara karna melihat hamparan cowok-cowok dilapangan yang sedang memperebutkan bola basket.

Rinjani memperhatikan sekeliling mencari tempat duduk kosong untuknya dan Rara, karna sekarang posisi mereka yang berdiri dipinggir lapangan sedikit berbahaya.

Bisa benjol kepalanya kalau tau-tau kena hantam bola.

Masih sibuk mencari tempat duduk, perhatian Rinjani teralih karna ada sesuatu yang mengenai kakinya

Bola basket. Nah kan untung saja cuma kena kaki, batin Rinjani.

Rinjani menunduk untuk mengambil bola tersebut. Saat dia berdiri kembali, didepannya berdiri seorang cowok dengan kaos tangan panjang hitam dengan baju luar menggunakan baju basket berwarna oranye dengan list biru

 Saat dia berdiri kembali, didepannya berdiri seorang cowok dengan kaos tangan panjang hitam dengan baju luar menggunakan baju basket berwarna oranye dengan list biru

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Untuk sesaat mata mereka bertemu, saat itu juga Rinjani mengakui bahwa mata cowok didepannya ini begitu indah.

Tapi itu hanya berlangsung sebentar, karna Rinjani segera sadar dengan apa yang dilakukannya. Rinjani memutuskan kontak mata dengan cara menunduk.

"Boleh gw minta bolanya?" sial, bukan hanya matanya, tapi suara cowok ini juga begitu indah.

Rinjani segera menyerahkan bola basket ditangannya, dan selanjutnya bola itu berpindah tangan "Thanks" setelah mengucapkan terimakasih cowok tersebut kembali masuk kedalam lapangan. Melanjutkan pertandingan yang sempat terhenti

'Joe' Rinjani membaca nama yang tertulis dibagian belakang baju basket cowok tadi

"KYAAA JANI" tiba-tiba Rara berteriak. Membuat Rinjani sedikit terlonjak. Kenapa dia dapat sahabat yang mulutnya macam toa masjid sih.

"Mujur banget lo disamperin Joe. Ya meskipun maksud dia cuma ngambil bola basket, tapi tetap aja lo mujur gila"

Jadi benar namanya Joe "Lo kenal dia?" tanya Rinjani

"Lo ngga kenal dia?" Rara balik bertanya.

"Kalau kenal ngga mungkin gw nanya lo kan?" lagi-lagi Rinjani mengeluarkan sifat juteknya

"Bener juga. Lo ngampus ngapain aja si sampai Joe aja lo ngga kenal?" omel Rara

Pertanyaan macam apa itu? Memangnya si Joe ini termasuk salah satu mata kuliahnya sampai-sampai dia harus tau?

"Nih ya dia itu salah satu cowok paling cakep yang ada dijurusan kita, dia kakak tingkat kita, terus ..." penjelasan Rara harus terhenti karna terdengar bunyi ponsel Rinjani

Tante Amira Is Calling

"Ya tan?"

"...."

"Udah selesai kok kelasnya. Sebentar lagi aku kesana" setelahnya Rinjani mematikan sambungan telfonnya

"Ra, sorry gw duluan ya" pamit Rinjani

"Ada masalah?" Rara ternyata cukup peka untuk melihat perubahan pada sahabatnya

"Cuma masalah kecil. Gw balik duluan ngga masalah kan?" Rara mengangguk sebagai jawaban

Rinjani segera berjalan keluar dari lapangan basket tersebut menuju tempat yang paling di benci tapi sialnya dia tetap harus terus-menerus datang kesana

Di tambah sepertinya sebuah masalah sedang menunggunya. Benar-benar sial.

***

"Selamat bro" Toni melempar minuman botol ke arah Joe dan Arya. Ke dua teman kampretnya ini baru saja menang tanding basket meskipun lawannya senior mereka. Harus diakui Joe dan Arya memang hebat dalam soal basket.

"Nah gini dong. Akhirnya ada gunanya lu jadi manusia" Arya membuka penutup botol yang baru saja ditangkapnya dan meneguk setengah dari isinya

Sedangkan Joe hanya memperhatikan saja. Pikirannya terganggu oleh cewek yang belum lama dia temui

Cewek yang berdiri dipinggir lapangan saat dia bertanding tadi.

Kulit putih, rambut berponi dan yang paling mengganggunya adalah tatapan mata yang terkesan tanpa ekspresi tapi entah malah membuatnya semakin terlihat cantik.

Kalau saja tadi dia tidak sedang dalam pertandingan. Demi apapun saat ini Joe sangat ingin tau siapa cewek itu. Paling tidak namanya.

Karna selain cantiknya tidak santai, Joe juga merasa seperti pernah melihat cewek tadi sebelum hari ini.

Lamunan Joe terhenti saat dia merasa sesuatu menyentuh dahinya. Sebuah handuk

"Keringat lo banyak banget" Citra, teman satu tingkat yang sedang menyeka keringat di dahinya

"Jeeh kapan nih ulet bulu dateng? Tau-tau udah nempel aja" ucapan Arya membuat Citra ingin sekali merobek mulut laki-laki itu, tapi akan dia urungkan niat itu. Karna Arya adalah teman dekat dari Joe, cowok yang sudah lama dia suka

"Thanks Cit, gw bisa sendiri" Joe mengambil alih handuk kecil yang tadi Citra gunakan untuk menyeka keringatnya.

Perlakukan Citra yang dengan jelas menunjukan ketertarikan dengannya membuat Joe merasa risih.

Tapi Joe tidak bisa menyuruh cewek itu untuk menjauh karna takut menyakiti perasaan. Biar bagaimanapun Citra wanita. Dan seperti kata Sintia ibunya, dia harus memperlakukan wanita dengan baik. Laki-laki diciptakan untuk menjaga dan melindungi wanita, bukan untuk merusak dan menyakiti.

Beautiful PainWhere stories live. Discover now