12

10 1 0
                                    

Jangan lupa untuk vote ya, selamat membaca

***

Management 2020

Surya

Guys, sesuai info yang sudah di kirim ke email masing-masing. Gw mau ingetin lagi aja kalau bulan depan bakalan ada acara rutin kampus talent-tink yo. Masing" kelas wajib hukumnya kirim perwakilan.

Maria agnesia

Ngga usah pusing mikirin perwakilan woy, gw siap mengajukan diri dengan suka rela

Roy

Jeeeh siapa yang mau minta anak kadal kaya lu buat jadi perwakilan, bisa langsung diskualifikasi kelas kita kl lu yang maju

Maria agnesia

Roy mulut lo gw obras ya lama-lama

Dikta

Setuju sama @Roy, jangan maria. Cuma bakal malu- maluin kelas buahaha

Rasya Putra

Mampus Maria, mending lu diem dah biar aman

Maria agnesia

Emang temen laknat lu semua

Rara Meira

Eh eh gimana kalo @RinjaniDarmawan aja yang ngewakilin kelas?

Rasya Putra

Aku sih yes

Roy

Nah kalo Rinjani gw setuju, auto menang nih kelas kita

Surya

@RinjaniDarmawan gimana jan? Mau ngga ngewakilin kelas?

Dikta

Mantul coy kalo Jani yang maju, kelas juara ini mah

Maria

Okelah kalo Jani yang ikut, toh gw sama Jani beda-beda tipis. Jadi sama aja. Ngga masalah

Dikta

Bhangsat si maria, besok gw beliin kaca buat lo. Biar lo sadar

RinjaniDarmawan

Hah? Gw?

Apa ini? Kenapa tau-tau dia jadi mewakilkan kelasnya. Disatu sisi Rinjani senang karna teman-temannya mendukungnya dan yakin jika dirinya yang maju untuk mewakilkan maka kelas mereka akan menang, tapi disisi lain Rinjani tidak suka ikut acara-acara seperti itu.

Acara rutin tiap tahun yang diadakan oleh kampusnya. Kabarnya juri acara itu bukan orang sembarangan, tapi mereka adalah perwakilan dari beberapa stasiun TV, majalah, dan radio yang memang mencari bakat-bakat baru

Rinjani takut akan mengecewakan teman-temannya. Rinjani pikir sebaiknya jangan dia, dan sekarang dia harus mencari Surya sang anggota panitia dari acara tersebut. Meminta agar jangan dirinya yang mewakilkan kelas.

Sudah hampir setengah jam Rinjani mencari Surya, Rinjani sudah mencari diruang organisasi, kantin, sampai ke perpustakaan tapi tidak juga ketemu. Sudah berkali-kali juga Rinjani menghubungi tapi tidak ada jawaban.

Rinjani memutuskan untuk kembali ke kantin, tidak lagi untuk mencari Surya, tapi untuk membeli minuman. Dia haus sekali. Rinjani duduk sambil menikmati jus alpukat, sambil masih sibuk menghubungi Surya yang belum juga menjawab telfonnya

Tiba-tiba bangku disampingnya bergeser dan seseorang cewek duduk, sepertinya Rinjani tidak asing dengan cewek ini

"Hai Jani"

Rinjani yang disapa memperhatikan cewek tersebut, wajahnya tidak asing namun Rinjani lupa. "Gw Citra. Kita pernah ketemu sebelumnya kalau lo lupa" cewek itu mencoba mengingatkan

"Oh iya gw inget" Rinjani ingat kalau sebelumnya dia mengenal Citra saat dia bergabung dengan Rara dan Toni beberapa waktu lalu. Rinjani juga ingat bahwa Citra lah yang sempat mengobrol dengan Joe saat cowok itu ingin mengantarnya ke rumah sakit.

"Kemarin lo kemana sama Joe?" tanya Citra to the point

Untuk beberapa saat Rinjani bingung kenapa Citra bertanya seperti itu. Memang apa urusannya. Rinjani enggan menjawab pertanyaan itu

"Lo tau Jani, gara-gara pergi sama lo, Joe jadi ngga masuk kelas. Padahal hari itu kelas kami ada kuis dadakan" Rinjani masih diam mendengarkan.

"Kalian baru kenal, tapi lo udah bawa pengaruh buruk buat Joe. Biar gw kasih lo saran, mending lo menjauh dari Joe"

Setelah mengucapkan itu, Citra berjalan pergi meninggalkan Jani begitu saja. Sedangkan Jani masih memikirkan ucapan Citra. Seketika rasa bersalah menyelimutinya.

***

Joe masih mengenakan jas almamater dari kampusnya, baru saja kelasnya menyelesaikan praktikum yang membuat otak terasa mendidih.

"Anjir, otak gw rasanya sudah kosong tak berisi" Arya yang berjalan disamping Joe memegangi kepalanya

"Lah emang otak lo dari dulu ngga ada isinya" Toni menanggapi

"Bangsat" Arya melayangkan tangannya ke kepala Toni, yang langsung mendapat balasan dari Toni.

Joe hanya tertawa melihat tingkah teman-temannya ini. Setelahnya Joe menarik tas Toni yang membuat gerakan Toni yang akan mencolok Arya terhenti "Ketoprak yok, ngga laper apa lu pada"

Melihat Joe dan Toni berjalan meninggalkannya Arya berteriak "Babang Joe kok tega ninggalin Arya? Malah pergi sama pelakor itu, tega kamu bang" ucap Arya dengan gaya gemulai yang dibuat-buat

Joe dan Toni tidak menghiraukan dan melanjutkan langkah ke arah gerbang kampus dimana banyak penjual makanan mangkal.

Setelahnya tiga cowok itu memesan ketoprak komplit

"Makan siang bang" Joe menoleh dan melihat Surya dan Dikta yang akan duduk dibangku kosong yang ada disebelahnya

"Kaga, mau gali sumur" Joe yang ditanya, Arya yang menjawab dengan nada sensi.

Jangan heran kenapa Arya seperti ini. Karna Arya dan Dikta rival, mereka mengincar cewek yang sama. Tapi sayangnya, cewek itu tidak peka kalau dirinya sedang diincar oleh dua laki-laki ini, kasian.

"Ntar aja ributnya kl udh abis makan" Joe mencoba menetralisir suasana yang mendadak panas

"Ohiya untung banget ketemu lu disini bang. Jadinya siapa yang mau wakilin kelas kalian buat talent-tink?" kata Surya

Joe dan Toni tidak mengerti maksud dari pertanyaan Surya

"Lu berdua dijadiin kandidat buat ngewakilin kelas di tuh acara" akhirnya Arya yang menjelaskan sambil menyantap ketoprak yang baru disajikan

"Apaan main pada nunjuk aja" protes Toni

"Bukan main pada nunjuk, grup kelas dari semalem rame gara-gara ngebahas itu. Lu berdua udah di tag berkali-kali sama anak-anak tapi ngga nongol juga" kata Arya sambil menunjukan ponselnya kedepan Joe dan Toni

Setelah selesai membaca isi grup tersebut Joe dan Toni kompak merutuki diri sendiri

"Jadi siapa nih yang bakalan maju?" tanya Surya lagi

"Joe" jawab Toni cepat

"Sip" Surya mengeluarkan ponselnya dan mengetikan sesuatu disana

"Anjrit, ngga ngga. Si Toni aja yang maju Sur" potong Joe cepat

"Yah gw udh kasih nama lu ke tim ka" Joe menunjukan ponselnya yang berisi chat anggota panitian acara talent-tink. Namanya tertulis disana sebagai perwakilan kelasnya

Sial.

Beautiful PainWhere stories live. Discover now