8

14 1 0
                                    

Malam semua....

Selamat Hari Raya Idul Fitri buat kalian yang merayakan ya, maafin kalau ada salah.

Happy Reading yaaa, jangan lupa budayakan vote sebelum membaca. Enjoy

***

Rinjani berjalan keluar dari club malam itu dengan langkah lelah, tidak jauh dibelakangnya Amira sang tante menyusul.

Berkali-kali dia bertanya kenapa diantara sekian banyak usaha, harus usaha membuka club malam ini yang papahnya pilih? Apa yang ada dipikiran papahnya saat itu?

Tapi sayangnya pertanyaan itu harus Rinjani tahan, setidaknya sampai sang papah terbangun dari koma.

Sudah hampir satu tahun Rinjani merasa hidupnya lebih sulit sejak papahnya dikabarkan mengalami kecelakaan lalu lintas yang cukup parah.

Saat pikirannya masih kalut karna takut kehilangan sang papah, Rinjani dilimpahkan usaha yang ternyata diam-diam dibangun oleh papahnya itu.

Selama ini yang Rinjani tau, papahnya adalah investor dibeberapa bidang usaha. Tapi ternyata tidak hanya itu.

Dan sekarang meski Rinjani sangat tidak suka dengan club malam yang dibangun sang papah, Rinjani tetap berusaha untuk melanjutkan usaha tersebut. Ia takut ketika waktunya sang papah kembali dari koma, dan usaha tersebut hancur, dia pasti akan mengecewakan papahnya.

Tapi ternyata menjalankan usaha tidak semudah itu. Hari ini Rinjani mendapat kabar dari sang tante bahwa club malam tersebut ternyata memiliki hutang yang tidak sedikit. Entah dari mana awalnya. Karna setelah ditelusuri, hutang tersebut muncul sebelum sang papah koma

Sekarang tidak hanya kesembuhan sang papah yang menjadi prioritasnya, tetapi mempertahankan usaha yang dibangun papahnya ini.

Entah bagaimana caranya, Rinjani harus bisa menjaga tempat yang ia benci itu. Demi sang papah yang ia yakini akan pulih dan bisa memeluknya lagi.

"Jani"

Panggilan tantenya membuat Rinjani kembali fokus "Ya tante?"

"Kamu langsung pulang sama tante kan?" tanya Amira memastikan

"Aku harus balik lagi kekampus tan, ada barang ku yang ketinggalan disana" Rinjani tidak berbohong. Dia lupa mengambil flashdisk yang sebelumnya dipinjam Rara, dan Rara tadi bilang kalau dia masih dikampus.

Rinjani pamit ke sang tante dan langsung kembali ke kampusnya

Setelah sampai dikampus Rinjani bergegas menuju kantin untuk menemui Rara yang sedang duduk satu meja dengan beberapa orang.

"Ra, flashdisk gw?" tanpa basa-basi Rinjani langsung meminta miliknya

"Santai dulu putri Elsa" Rara memanggilnya putri Elsa karna menurut Rara sifat dingin Rinjani seperti putri Elsa di film Frozen "Udah sini duduk dulu" lanjut Rara sambil menepuk bangku kosong di sebelahnya

Rinjani mengikuti kemauan Rara karna dia pikir tidak ada salahnya. Saat Rinjadi duduk, baru Rinjani sadar bahwa ada Toni yang duduk di sisi lain kursi Rara

Kenapa bisa? Jelas saja, kalian tidak lupa kan kalau Rara dan Toni berteman meskipun kerjaan mereka ribut terus

"Hai Jan, dari mana aja?" tanya Toni dengan senyum cerah diwajahnya

"Tadi pergi sebentar, ada urusan" jawab Rinjani mencoba seramah mungkin. Mengingat Toni yang sudah menemukan dompetnya

"Oy Ton, ngga ada niat ngenalin? Kenapa? Takut gw tikung gebetan lu?" perhatian Rinjani beralih ke cowok yang duduk disamping Toni.

Cowok dengan wajah lucu karna terlihat kesal karna mungkin merasa dicuekin "Arya" cowok itu menyodorkan tangannya ke Rinjani yang segera di respon oleh Rinjani sambil menyebutkan nama.

Tidak hanya ada Arya, dimeja dengan bentuk bulat itu masih ada orang lain. Satu perempuan yang bernama Citra, dan satu orang cowok lain yang kembali membuat Rinjani hanya fokus melihatnya. Cowok dilapangan basket tadi

Cowok itu menyodorkan tangannya dan akan menyebutkan namanya, tapi dipotong oleh Rinjani "Lo? Joe?"

Mereka yang ada dimeja tersebut bengong.

Apalagi Joe, bagaimana bisa cewek yang membuatnya penasaran ini tau namanya?

Beautiful PainWhere stories live. Discover now