5

20 2 0
                                    

Haluuu...

Apa kabar  gengs? Gimana gimana kalian yang masih pada #dirumahaja?

Masih aman? Apa kaki udah mulai gatel minta diajak ngayap? 

Chapter 5 is up. Yok dibaca. Tapi sebelumnya jangan lupa buat tinggalkan jejak kalian dengan cara vote yaaaa.

Happy reading cuy

***

Hari ini Rinjani memutuskan untuk datang ke kampusnya lebih awal, tujuannya hanya satu. Mencari lagi dompetnya.

Rencananya dia akan bertanya ke meja informasi dan ke bagian keamanan kampus, siapa tau dompetnya ditemukan seseorang dan dititipkan di tempat-tempat itu. Karna biasanya dua tempat tersebut memang dijadikan tempat penampungan untuk barang-barang hilang yang ditemukan oleh pihak kampus.

meskipun masih bisa dibilang pagi, tapi kampusnya sudah ramai dengan para mahasiswanya. Entah dengan mereka yang akan masuk kelas, janjian dikampus untuk membuat tugas bersama, atau hanya sekedar ngumpul sambil main gitar sambil ngemil kacang.

Tujuan pertamanya meja informasi, Rinjani menjelaskan bahwa dompetnya hilang pada laki-laki yang sedang giliran jaga di meja tersebut. Menyebutkan ciri-ciri dari dompetnya, dan laki-laki tersebut memintanya untuk menunggu karna katanya akan diperiksa terlebih dahulu.

Tidak butuh waktu lama laki-laki itu kembali "Maaf ka, dompetnya tidak ada. Sudah saya cari, tapi tidak ada dompet dibarang-barang yang hilang ini"

"Gitu ya" spontan wajah Rinjani muram, tapi memaksakan untuk menarik bibirnya untuk tersenyum dan mengucapkan terimakasih kepada lak-laki itu.

Sekarang harapannya tinggal satu tempat saja "Pagi pak slamet" sapa Rinjani pada satpam yang memang dia kenal

Pria paruh baya itu langsung keluar dari pos jaganya saat tau Rinjani disana "Pagi neng Rinjani. Ada kelas pagi neng? Tumben sudah datang" balas pak slamet

"Bukan pak. Dompet saya kemarin hilang, kira-kira ada yang kembaliin kesini ngga ya pak?" jawab Rinjani menyampaikan maksudnya

"Owalah kok bisa hilang? Coba sebentar ya bapak cari dulu"

Rinjani hanya mengangguk sebagai jawaban dengan tulus dia berdoa agar dompetnya ada. Karna dia tidak tau harus mencari dimana lagi.

"Maaf neng, ngga ada yang mengenbalikan dompet dari kemarin. Tapi kalau nanti ada yang kembaliin dompet kesini, bapak kasih tau neng"

Rinjani lagi-lagi hanya mengangguk, dalam hati dia merutuki kebodohannya karna sampai menghilangkan benda itu.

Pak slamet meminta rinjani mengisi buku untak data kehilangan dan menuliskan juga nomor telfonnya disana.

Setelahnya Rinjani memutuskan untuk ke perpustakaan. Berharap bisa tertidur sebentar disana, menenagkan hatinya yang kacau karna kehilangan foto sang ibu yang ada didalam dompet itu.

Tapi sepertinya tujuan Rinjani keliru, karna perutnya dari tadi berbunyi minta di isi.

***

Joe meregangkan pinggangnya sambil berjalan keluar kelas diikuti oleh Toni dan Arya. Sebenarnya matanya masih mengantuk, tapi kelas pagi memaksanya untuk datang kekampus.

"Kantin yok" ajak Arya

Joe dan Toni mengikutin saja, setelah sampai mereka memesan makanan masing-masing. Sambil menunggu Joe asik memainkan game di ponselnya tapi tidak lama dia berpindah membuka tasnya dan mencari sesuatu disana.

Setelah menemukan apa yang dia cari, dia menyodorkan benda itu ke Toni yang duduk disampingnya "Nih"

"Apaan dah? Lo pikir gw cowok apaan lu kasih dompet warna pink begini?" jelas Toni bingung kenapa tau-tau Joe memberinya dompet cewek

"Buka" hanya itu jawaban Joe, malah membuat Toni semakin bingung. Tapi memutuskan untuk mengikuti apa yang Joe suruh.

Seteah dibuka yang pertama Toni lihat adalah KTP milik seorang cewek dengan nama Rinjani Darmawan

"ANJRIT. LO MALING?"

Tangan Joe gatal ingin menjahit mulut temannya ini, pasalnya karna teriakan Toni barusan sekarang hampir semua orang yang ada dikantin menatapnya.

Kalau sampai orang-orang ini benar-benang menganggap Joe maling, maka dengan senang hati dia akan jahit mulut temannya ini

"Bacot. Gw lempar ketengah jalan tau rasa lu" Arya mengusap-osap telinganya yang berdengung akibat teriakan Toni

"Lah terus ini apa? Ini dompet punya bebeb Rinjaninya gw kenapa ada sama lo?" tanya Toni

"Gw nemu tuh dompet kemarin di depan WC cewek. Tadinya mau langsung gw balikin ke orangnya, tapi gw inget lu ngebet banget sm si Rinaji ini" Joe menjelaskan

"Terus?" Sahut Toni masih tidak paham

"Bego lu. Maksudnya si Joe, lu aja yang balikin tuh dompet ke Rinjani. Biar lo ada alasan buat ngobrol sama dia" jelas Arya

"Tepat" Joe menanggapi

Mendengar penjelasan kedua temannya wajah Toni langsung cerah membayangkan dia bisa ngobrol dengan gebetan yang selama ini susah sekali didekati.

Toni memeluk badan Joe dari samping dengan tiba-tiba, membuat Joe terlonjak "Lo emang sohib sejati gw" katanya sambil menggesek-gesekan kepalnya ke lengan Joe seperti kucing

"Geli anjir. Lepas ngga, mau gw bikin botak lu!" ancam Joe sungguh-sungguh. Punya teman macam Toni membuat dia kehilangan muka. Membuat malu

Tadi dia dibuat seperti maling dan sekarang dia jadi telihat seperti gay yang lagi peluk-pelukan sama cowok. Jijiq.

"Gw cabut dulu, mau balikin dompetnya bebeb" Toni berdiri dan hendak pergi, tapi sebelumnya dia menggeser mangkuk batagor yang tadi di pesannya ke hadapan Joe

"Nih traktiran buat lo" kata Toni masih sambil cengar-cengir "Ntar kalau gw udah jadian sama Rinjani, lu gw traktir batagor segerobak"

Tanpa menunggu jawaban dari Joe, Toni keluar dari kantin meninggalkan Joe dan Arya menuju gedung jurusannya. Dia tidak sabar untuk menemukan Rinjani. Langkahnya benar-benar bersemangat sekarang.

***

Gimana bab ini? Semoga kalian suka ya

Waktu nulis tau-tau kepikiran Cha Eun Woo di otak, dan kebayang gimana kalau doi jadi cast buat Joe, cocok ngga kira-kira?

Beautiful PainWhere stories live. Discover now