#03. Masalah yang Terbongkar

167 103 73
                                    

"Berapapun cepatnya
kebohongan itu,
namun kebenaran
akan mengejarnya juga."

- Baby Pungky

-----

Allin berangkat sekolah bersama Satya, abangnya. Jika ditanya apa kabar kakaknya, Lia, ya dia mengendarai mobil sendiri. Terkadang juga diantar Pak Tomo, supir pribadi kediaman Atmadja. Kenapa Allin tak ikut? Karena si curut Satya yang bersikeras untuk berangkat sama Allin. Satya tak terbiasa dengan Lia, ia lebih nyaman dengan Allin yang notabenenya bar-bar.

Derum motor Kawasaki milik seorang Ardian Satya memecah keheningan pagi di halaman Starlight. Bisik-bisik si 'lambe turah' mulai terdengar, bagaimana tidak? Seorang Ardi, seorang ketua Swaga, most wanted boy, smartboy, entah apalagi kata positif yang dapat memuji cowok itu, berboncengan dengan anak baru nan aneh. Mereka tidak tahu-menahu status dua insan yang sedang bersama ini, atau lebih dikatakan dua insan itu pacaran padahal saudara.

"Kenapa lo pake jaket?" tanya Satya memecah keheningan keduanya. Satya menopang lengannya pada bahu Allin, merasa ada yang aneh dengan Allin hari ini.

"Enggak tau, dingin aja hari ini." Alibi Allin padahal ia sengaja pakai jaket untuk menutupi luka di lengannya akibat kemarin.

"Bukannya lo gak suka pake yang ribet-ribet ya, apalagi ini jaket kayak gini." Satya mengeratkan rangkulannya, yang tak sengaja membuat luka Allin nyeri kembali.

"Apasih bang, risih tau nggak. Pacar aja bukan, sok posesif," cibir Allin berusaha mengalihkan omongan. Ia tak ingin dicurigai dan tertangkap basah.

"Emangnya kenapa? Takut ketahuan?"

"Maksud lo apasih bang, aneh banget. Tumben-tumbenan lo kayak gini, sok romantis padahal aja sikap lo udah kayak es batu." Allin melepas rangkulan Satya. "Udah ah, gila gue sama lo terus. Kalo misal lo nggak terima jadi abang gue bilang. Gue mau kok jadi pacar lo. Ahahaha." Tawa receh plus ngelantur Allin. Sedangkan Satya hanya menatap gadis itu cengo.

"Lo jadi pacar gue? Nggak minat," ucap Satya datar, membuat Allin kesal seribu kesal.

"Bodo ah!" ketus Allin meninggalkan Satya di koridor. Sedangkan Satya menatap gadis itu dengan senyuman miring.

"Awas aja ntar, lo bakal nyesel karena bohong sama gue!" teriak Satya pada Allin. Jangan salah, ini masih pagi jadi masih banyak murid yang berkencan dengan guling mereka.

Seperti pada salah satu siswa ini, Nathanael Leovarda Syarega, yang akrab dipanggil Rega tengah bergelut manja di atas kasur king-sizenya. Gedoran pintu yang semakin kencang tak menyadarkan makhluk ini. Seakan-akan jiwanya masih berjalan santai mengelilingi komplek untuk olahraga.

"Den Rega! Den Rega! Bangun den, ini sudah jam setengah 7, aden tidak sekolah?" Bi Arum mengetuk-ngetuk pintu kayu, ups lebih tepatnya menggedor-gedor pintu itu dengan sabar.

"Den bangun den!" Suara Bi Arum semakin keras.

"Astaghfirullah anak ini belum bangun, Bi?" tanya Anjani, ibu Rega. Oke siapkan gendang telinga yang super tebal Rega, ibumu ini akan meninju gendangmu sampai jebol.

"Bangun! Mau jadi apa kamu bangun siang-siang!" Bukan ketukan pintu lagi melainkan dobrakan.

"BANGUN REGA!! KALAU DALAM HITUNGAN KETIGA KAMU NGGAK KELUAR KAMAR. MOTOR KAMU AKAN MAMA LELANG!!" Itulah ancaman yang membuat Rega terperanjat bangun.

"SATU!!!" teriak Anjani sambil berjalan menuruni anak tangga.

"DUA!!!" Anjani menatap pintu kamar anak semata wayangnya.

Promise (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang