"christin kau tak datang?" okta menelfon ku
"aku pass,"aku menolak karna kali ini aku sedang kacau.
"ada apa,apakah kau ada masalah..kau tau kan aku akan selalu ada untuk mu,"okta mencemaskan ku.
"aku tak apa okta,kau juga tau kalau aku ada masalah pasti aku akan bercerita dengan mu itu hal yang pasti bukan."
"okay..aku tau,kalau ada apa-apa telfon aku segera" okta langsung mematikan telfonnya.
Ayah meninggal ketika aku masih berada di sekolah dasar,ayah mati karna menyelamatkan ku dan aku melihatnya tanpa bisa melakukan apapun,aku melihatnya terbakar secara perlahan dan aku menyalahkan diri ku sendiri atas kematian ayah ,setelah kejadian itu aku menjadi sedikit tertutup terkadang aku akan berteriak di malam hari karena kejadian itu terulang di mimpi ku jadi ibu membawa ku ke tempat terapi jadi sejak sekolah dasar sampai sekolah menengah aku terus mengonsumsi obat-obatan penenang untuk jaga-jaga karna terkadang jika aku merasa sangat terpuruk dan pikiran ku kacau aku akan berteriak-teriak dan mengingat kejadian itu. Saat aku merasa seperti itu aku akan pergi ke lokasi rumah kami yang lama dan aku akan duduk sambil melihat lukisan-lukisan kesukaan ayah di artikel lama di ponsel,setelah aku memasuki tahun SMA aku tak pernah lagi mengalami hal-hal itu.Sekarang aku SMA semester kedua lagi beberapa bulan aku akan lulus dan akhrinya aku mengalami hal yang sama tetapi aku masih bisa mengendalikannya.
"ibu aku mau ke supermarket untuk membeli minuman,"aku memberi tahu kepada ibu jadi ibu tak perlu cemas menelfon ku nanti "baiklah."
Aku keluar dan menyalakan mesin mobil ku dan pergi ke supermarket.
"hmm...sepertinya aku akan beli jus orange saja,tak apa bukan meminum obat dengan ini,obatnya terlalu pahit untuk ku minum."aku memutuskan pilihan ku dan pergi ke kasir untuk membayar dan membeli sebungkus rokok.aku menaiki mobil ku dan Cuma satu tujuan yang terlintas di pikiran ku jadi aku memutuskan untuk pergi kesana,saat hendak menyalakan mesin mobil seseorang mengetuk jendela mobil ku dan itu ellie jadi aku menurunkan jendela mobilku.
"hei,kau ingin pergi?"ellie bertanya tanpa mengatakan hai atau basa-basi yang lain.
"ya."aku menjawab "apa aku boleh ikut?"
"tentu,masuk lah" aku tau aku perasaan ku kacau karna dia tetapi mungkin akan sedikit tenang jika ada orang yang bisa kuajak berbicara.
Ellie memasuki mobil ku dan kami langsung pergi.
"jadi kau tak datang ke pestanya aura,aku mencari mu tapi kata teman-teman mu kau tak datang."
"ya aku sedang tak ingin" akhirnya kami sampai ya karna lokasinya memang tak terlalu jauh.
Kami keluar dari mobil ku dan aku melewati garis polisi yang terbentang didepan pagar kami,bangunan ini tak pernah diruntuhkan semenjak kebakaran itu.
"wow rumah itu sangat mengerikan,"kata ellie yang mengikuti ku di belakang.
"ini rumah lama ku"aku duduk tepat di depan rumah ku.
"oh..maafkan aku,apa yang terjadi?" ellie bertanya,dan dia duduk didepan ku.
"kebakaran dan ayah ku meninggal didalam sana," aku berbicara secara terbuka dengannya.
Aku mengambil pil ku dan meminumnya,ellie melihat ku tetapi setelah itu dia tak menanyakan lebih lagi tentang pil yang ku minum.
"apa menyukai lukisan?" aku mengalihkan pembicaraan.
"lukisan..hmm aku lebih tertarik dengan komik,lukisan terlalu tua untuk ku," dia tertawa kecil.
"ayah dan aku menyukai lukisan,ayah mengenaliku sebuah lukisan yang di ciptakan oleh Edvard Munch lukisan yang ia namai the scream,lukisan yang memiliki makna tentang kecemasan,kesedihan,dan perasaan kagum,aku menyukai lukisan karna memiliki makna-makna tersembunyi dan penciptanya melukiskan hasrat,emosi,dan keinginan mereka ke dalam sebuah canvas putih," Aku menatap ellie.
the scream by edvard munch
Ellie hanya terdiam melihat ku "bagaiman kalau kita pulang aku akan mengantar mu el" ini sudah terlalu malam besok juga kami harus sekolah "t-entu".
Akhrinya kami meninggalkan rumah itu dan pergi.
kupikir aku akan mencoba untuk menghapus perasaan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
NONSENSE (COMPLETE)
Romancecinta... cinta tak selamanya selalu tentang kebahagiaan... cinta tak selamanya ada satu untuk yang lain... cinta tak selalu harus sempurna... cinta tak selalu rendah hati... cinta itu tak~