10.SAHABAT??

25 7 11
                                    

***

Senin
Pagi ini, Reina kembali menginjakkan kakinya di sekolah setelah seminggu ia meninggalkan absen. Ia berjalan menyusuri koridor, suasana hatinya belum sepenuhnya membaik. kecewa, marah, sedih, sesak semua berhambur menjadi satu. Ia masih belum bisa mengikhlaskan kepergiannya. Tatapannya kosong dengan muka flat khasnya, ditambah aura dingin yang semakin dingin.

Raka, Filo, dan Ina sedang berjalan dari arah yang berlawanan.

"EH ASTAGHFIRULLAHALADZIM"Ina berteriak heboh membuat Raka dan Filo menutup telinganya. Takut budeg. Pikir mereka.

"Apaan sih na jangan teriak napa sih masih pagi ini. Kesurupan apa gimana Lo?"Raka berdecak pelan, ia kesal.

"Lo kenapa na, Lo liat apa sih ampe teriak segala? Liat kuntulanak Lo sama maknya kaga?"Tanya Filo.

"Pliss gampar gue ini nggak mimpikan gue liat Reina?"Ina semakin heboh. Tiba-tiba...

Prakk

"Lebay"ujar Raka sambil menggampar Ina dengan buku paket yang kala itu ia bawa.

"AWWW LO KOK GAMPAR GUE BENERAN SIH?"sungut Ina.

"Lu kata tadi suruh gampar udah gue gampar lu marah" mau Lo apa sih? Oh iya tadi Lo bilang Lo liat Rei....APAA LO LIAT REINA? MANA WOY MANA?"ucap Raka ikut heboh kala mendengar kata Reina. Matanya langsung jelalatan.

"HAH?!MANA NA REINA?"pekik Filo,ikut heboh. Lalu tangan kanan Ina menunjuk kedepan kearah sosok dengan muka flatnya sedang berjalan kearah mereka, eum lebih tepatnya kekelas. Mereka langsung berlari mendekati Reina, Ina langsung memeluk Reina. Ia sangat rindu dengan sahabatnya itu, seminggu duduk sendiri tanpa kehadirannya.

"Alhamdulillah Lo sehat Rein? Lo kemana aja? Gue kangen tau nggak? Seminggu gue duduk sendiri Rein?!"cerocos Ina.

"Iya Rein kita kangen lu tau kemana aja sih seminggu ngilang tanpa kabar bikin kita semua khawatir"ujar Raka.

"Iya Rein gila, gila, gila kelas hampa tanpa Lo. Aaaaaiiiimissyuuuu"sambung Filo lebay.

Dan hanya dibalas tatapan datar dan dingin. Ia sedang tidak mood untuk bicara. Lebih baik ia diam daripada nanti orang lain menjadi lampiasan emosinya. Tanpa sepatah kata keluar, ia berbalik melengos pergi meninggalkan wajah cengo mereka. Reina melangkahkan kakinya menuju rooftop.

Sesampainya di rooftop ia duduk menyilakan kakinya dan kedua tangannya terlipat dibesi pembatas dengan tatapan kosong kearah langit. Pembatas itu dibuat setinggi tulang kering saat berdiri tapi sedada saat duduk.

"Hiks hiks Kein kenapa? Kenapa kamu pergi hiks? Mana janji hiks kamu yang kamu bilang hiks bakal ditepatin hiks?"ujar Reina lirih dengan isakan kecil keluar dari bibirnya.

"Kenapa kamu tega hiks ninggalin aku hiks sendirian disini hiks hiks.aku coba hiks buat ikhlasin kamu hiks tapi kenapa itu sulit hiks?"tiba-tiba ada menepuk bahunya pelan. Reina menghapus air matanya kasar lalu berdiri dan berbalik. Ketiga temannya sudah ada dihadapannya.

"Rein, Lo kenapa? Kalo Lo ada masalah Lo bisa berbagi sama kita Lo nggak sendirian, masih ada kita disamping Lo"ujar Ina menenangkan.

"Hiks hiks na kenapa na disaat gue bahagia kenapa rasa sedih itu ikut menghampiri hiks"tangis Reina pecah.

"Sutt udah tenang ya jangan nangis kalo Lo sedih kita jadi ikut sedih Rein"Ina mencoba menenangkan Reina dan mengusap air mata dipipi putih Reina. Setelah sedikit tenang ia kembali duduk,teman-temannya ikut duduk melingkar dihadapan Reina. Ia menunduk dalam menhembuskan nafas pelan dan kembali mendongak.

"Makasih na, Lo udah mau jadi sahabat gue dan kalian juga.kenapa Lo betah temenan sama gue? Betah sama sikap gue?"Tanya Reina.

"Gue temenan nggak pilih kasih Rein Lo itu unik, asik, penasihat yang baik, penyayang, Lo temenan sama gue tulus ga mandang gue rendah kaya yang lain. Disaat orang lain temanan sama gue karena ada apanya Lo nerima gue apa adanya. Entah itu mereka manfaatin kepolosan gue atau apa tapi Lo beda."terang Ina membuat Reina tersenyum tipis.

"Iya Rein saat kita sadar nama marga Lo kita sempet rendah diri karena tau Lo bukan orang biasa.beda sama kita, kita terlahir dari keluarga sederhana tapi kita mikir" lagi Lo aja nerima kita apa adanya masa kita harus jauhin orang sebaik Lo hanya karena derajat. Lo terlahir dari keluarga terpandang, Lo orang kaya, temen-temen Lo Yang disana jauh lebih sempurna dibanding kita tapi Lo bahkan nggak pernah sekalipun bersikap besar kepala. Salah satu impian kita adalah bisa kenal sama keluarga Yang terpandang ramah, gak pernah merasa tinggi dihadapan rakyat biasa dan itu semua terwujud, kita bisa kenal sama Lo"ujar Raka panjang lebar.

"Gue nggak tau harus ngomong apa Rein, yang pasti gue seneng bisa kenal Salah satu anggota keluarga Nazata. Itu suatu kebahagiaan tersendiri bagi gue. Kita sempet kaget saat sadar marga yang lo pake. Gue seneng bisa kenal sama orang sebaik Lo gak peduli sama sikap Lo."ujar Filo sambil tersenyum manis.

"Makasih kalian udah mau nerima gue, gue nggak peduli gue terlahjr dari keluarga seperti apa. Yang patut gue lakuin cuman bersyukur entah kaya atau sederhana. Gue ya gue bukan manusia sempurna gue hanya orang biasa kaya kalian. Toh bagi gue yang kaya itu orang tua gue bukan gue, dan gue nggak pernah sekalipun merasa malu bisa kenal sama kalian. Gue seneng malah karena kalian gue tau arti sahabat yang sebenarnya. Jangan pernah mandang gue sebagai anak keluarga terpandang pandang gue sebagai Reina. Just Reina orang biasa."ucap Reina.

Mereka tersenyum lebar lalu mengangguk pelan,mereka bahagia.

"PELUKAN DONG"seru Filo Yang dibalas gerakan telunjuk pertanda tidak boleh oleh Reina.

"Bukan muhrim bagi cewek sama cowok pelukan tanpa ada ikatan sah.tapi kalo darurat gapapa.hehe"ceramah Reina sembari menyengir.

"Ustadzah Reina"Cengir Filo.

"Apaan sih"balas Reina.

"Hahahaha"tawa mereka pecah entah apa Yang lucu tapi intinya satu, bahagia. Kata yang menggambarkan perasaan mereka saat ini.

Raka mengangkat jari kelingkingnya.sambil berkata "Kita sahabat?"ujar Raka.

Mereka mengikuti gerakan Raka dan berucap bersama. "KITA SAHABAT"teriak mereka membuktikan bahwa mereka kini adalah sebuah kumpulan yang disebut sahabat. Lalu mereka tertawa bersama. Dan tiba-tiba mereka tersadar akan satu hal.

"KITA BOLOS"pekik mereka bersamaan. Mereka berpandangan seperkian detik lalu detik berikutnya mereka tertawa lagi.

-------------------------------
Assalamualaikum temen-temen

Gimana nih sama chapter ini ikut seneng nggak bacanya? Next chapter Reina bakal curhat guys.
Jangan lupa vote and comment:)

Babayyy.

Waalaikumsalam.

Salam dari Clarein:)

Triangle LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang