Aku terbangun dari tidurku tepat pukul 5 pagi. Aku tidur dengan perasaan khawatir. Aku takut jika nanti di sekolah banyak fans Tama yang akan mengeroyokku. Secara Tama adalah most wanted boy di SMA Tunas Bangsa. Sosok yang paling diincar oleh cewe untuk dijadikan pacar. Tapi bodoh banget ya aku, kenapa waktu itu tidak minta maaf saja sih. Jadi tidak akan serumit ini masalahnya.
Apa aku telepon Lintang aja ya, buat berangkat bareng ke sekolah.
Aku segera mengambil HP ku yang terletak di bawah bantal. Dan segera mencari kontak bertulis Lintang.
"Halohhh Zhhhiy?" suara lintang tidak jelas karena bicaranya sambil menguap.
"Lintang, please lo harus bantuin gue. Gue gamau masa depan gue ancur gara-gara dikeroyok fans-nya Tama. Lo harus berangkat bareng gue ke sekolah. Nanti jemput gue ya Lintang, pleasseeee...." aku berusaha membujuk lintang untuk berangkat ke sekolah bersamaku, supaya dia bisa menutupiku saat berjalan di koridor nanti.
"Ogah ah, lagian lo sendiri sih. Tinggal minta maaf sama Tama apa susahnya. Ogah gue!!"
"Kejam banget lo Tang sama sahabat sendiri kan...". "Ogah!!!" baru saja ingin melanjutkan bicara, Lintang langsung memotongnya. Dasar tidak setia kawan. Liat aja nanti di sekolah akan aku cuekin dia.
Aku segara turun dari kasur dan menuju kamar mandi. Setelah selesai mandi aku memakai seragam sekolah, menyiapkan buku pelajaran hari ini, dan bersiap turun ke bawah untuk sarapan.
"Pagi sayang" aku melihat mama yang dengan gesitnya memasukan telur ke dalam penggorengan, berpindah menyiapkan kopi untuk papa, dan kembali lagi ke depan penggorengan. Aku yang hanya melihat saja pusing, apa mama tidak pusing mondar-mandir kaya gosokan gitu ya.
"Pagi mama, papa belum turun ma?" tanyaku karena tidak melihat papa ada di meja makan.
"Mungkin sebentar lagi sayang. Cepat ambil sarapanmu Athi, susunya ada di meja."
"Oke ma" aku segera beranjak mengambil nasi goreng dan susu di atas meja.
Apa nanti aku minta maaf saja ya sama Tama. Daripada masa SMA ku tidak tenang, lagi pula cuma minta maaf saja apa susahnya sih.
Oke! nanti aku harus minta maaf sama Tama.
"Anak papa pagi-pagi kok udah bengong aja. Nanti kesambet loh Athi. Mikirin apa sih?" aku kelimpungan mencari jawaban yang tepat.
"Ee... Itu... anu, Athi lupa belum menyelesaikan PR matematika pa. Jadinya kepikiran"
"Ohhh, lain kali sebelum tidur di cek dulu tugas apa saja untuk besok. Apakah sudah dikerjakan atau belum." aku hanya mengangguk-anggukan kepala sebagai jawaban.
Aku segera menghabiskan sarapanku dan bergegas memakai sepatu sembari menunggu papa yang masih minum kopi.
Aku mencium tangan mama saat papa sudah mengambil kunci mobil. Aku berjalan beriringan masuk ke mobil bersama papa. Di dalam mobil aku hanya melihat ke arah jalan, tidak minat untuk mengobrol dengan papa.
****
Jika ada gosip apalagi gosip itu menyangkut orang yang dipuja di sekolah pasti akan cepat menyebar di sosmed. Dan, aku yakin gosip tentang aku dan Tama sudah menyebar ke seluruh penjuru SMA Tunas Bangsa. Kenapa aku bisa begitu yakin? Karena saat aku baru turun dari mobil semua pasang mata melihat ke arahku. Ada yang melihat dengan tatapan bodo amat, ada yang meremehkan, dan ada yang terlihat kesal.
Aku berjalan dengan kepala tertunduk. Aku tidak berani melihat kedepan karen banyak mata yang menatapku kesal dan ada juga yang membicarakanku terang-terangan. Aku semakin memepercepat langkahku, berharap cepat sampai di kelas. Saat hendak menaiki anak tangga aku terjatuh, karena ada yang menabraku dari arah tangga. Aku mendongak dan ternyata yang menabraku Tama. Dia melihatku dengan menyeringai.
Apa jangan-jangan dia sudah tau mengenai foto itu?
Aku kesal karena bukannya membantuku berdiri atau paling tidak minta maaf lah, tapi Tama hanya melihatku dengan tetap memasang seringaian di wajahnya. Aku jadi berniat untuk minta maaf sekarang juga, supaya aku tidak perlu mencari-cari ke kelasnya. Tapi, baru saja berdiri dan ingin bicara, Tama langsung pergi dari hadapanku diikuti oleh 2 orang temannya dibelakang. Ah.. kenapa masalah ini menjadi semakin rumit saja.
Aku memutuskan melanjutkan langkahku ke kelas. Aku melihat kelas masih sangat sepi dari jendela, hanya ada 3 orang salah satunya Lintang. Aku bergegas menghampiri lintang yang sedang membaca novel.
"Emm... Lintang." Lintang bergumam sebagai jawaban, tapi aku ragu-ragu untuk bertanya kelas Tama kepada Lintang.
"Emmm... Tama.. Kelas berapa deh?" tanyaku akhirnya.
"Em, kalo gak salah... XII IPA 2. Kenapa emang?" Lintang bertanya tanpa mengalihkan tatapan dari novel yang dibacanya.
"Gue mau minta maaf sama dia. Semalem gue gabisa tidur gara-gara terus kepikiran ancemannya," Lintang langsung memutar badanya menghadap aku saat mendengar ucapanku barusan.
"Tapi emangnya lo berani ke kelas dia sendirian?" ohhh... iya... benar juga, kenapa aku tidak memikirkannya ya.
"Lintang lo kok hari ini cantik banget sih."
"Gak, gua gak bakal mempan sama pujian lo. Gue gak mau nganterin lo ke kelasnya Tama. Nyari mati namanya!!!"
huh... apa tidak usah minta maaf saja ya, tapi nanti fans-nya Tama semakin menghantuiku. Tidak papa lah sendiri, dari pada tidak sama sekali.****
"Ziya kantin yok"
"Enggak, gue mau ke kelasnya Tama," mendengar ucapanku, Lintang membulatkan mata tak percaya.
"LO SERIUS? SENDIRIAN?" aku hanya mengangguk seraya berdiri dari kursiku.
"Sorry ya Ziy gue gak temenin, serius deh gue takut. Good luck ya." aku mengerti jika Lintang tidak mau menemaniku. Wajar saja. Siapa juga yang mau ke kandang macan.
"Thank you" jawabku singkat.
Aku melangkah menuju koridor kelas XII di lantai 3. Aku sangat gugup dan takut, karena aku belum pernah menginjakan kaki di lantai 3 apalagi sengaja menemui macan. Aku melangkah mencari kelas XII IPA 2. Koridor kekas XII cukup sepi hanya ada beberapa siswa saja yang berlalu lalang, mungkin karena ini jam istirahat makanya mereka memilih untuk mengisi perut di kantin. Saat aku ingin lewat di depan tiga orang siswi kelas XII, aku menundukkan kepalaku dan mengucapkan kata 'permisi' dengan sangat sopan.
Tetapi tiba-tiba aku terjatuh, gara-gara ada yang menjegal kakiku. Bukannya tadi aku sudah bilang permisi ya. Aku mendongak untuk melihat siapa pelakunya. Satu orang diantara mereka yang berdiri di depan melihatku dengan tatapan meremehkan, aku yakini pasti dia adalah pemimpin dari dua orang yang berdiri di belakangnya.
"EH NGAPAIN LO KE SINI!!? MAU CAPER KE TAMA? HAHAHA... SOK CANTIK BANGET LO!!!"
****
Salam:
Penarasaa 🌹🌹31 May 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
My Strange Enemy
Teen FictionZiya Athisya cewek dengan kehidupan biasa saja. Ia berharap masa SMA nya normal. Tetapi harapan tinggalah harapan. Semua kehidupan SMA Ziya berubah karena masalah kecil. Tama Adelard The Most Wanted Boy di SMA Tunas Bangsa tak menyangka jika ada seo...