15

8 2 1
                                    

1 detik

2 detik

5 detik

Kenapa ganteng banget sih lo?

Eh?

Aku menggelengkan kepala, tersadar dari lamunan. Kutegakkan badan dan melihat sekeliling, kemana saja, asalkan tidak ke arah Tama.

"Sana mandi." Tama duduk di sofa, menyalakan TV dan membuka snack yang berada di atas meja samping sofa.

Tanpa menjawab perkataannya, aku langsung melangkahkan kaki menuju kamar mandi. Membersihkan tubuhku dari bau yang menyengat. Menuangkan shampoo ke rambut dan mengusap-usap rambut supaya menjadi wangi. Tapi, tunggu dulu...

Nasib rambut gue gimana dong??

Selama dikamar mandi, aku memikirkan apa yang akan kukatakan kepada mama dan papa perihal rambutku ini.

Tapi, masa gue pulang kerumah dengan rambut aneh gini sih???

Apa gue ke salon dulu ya balik dari sini? Fix harus potong dulu.

Setelah menyelesaikan acara mandi, aku memakai celana treaning dan hodie Tama. Baju Tama terlihat kebesaran di tubuhku 'yang pendek' ini.  Tapi daripada aku harus memakai baju tadi, yang sobek-sobek dan bau, lebih baik pakai baju ini kan?

Kira-kira setengah jam berada di kamar mandi, kulangkahkan kaki keluar dan cukup terkejut.

"Udah selesai?" Aku menganggukkan kepala sebagai jawaban dengan tatapan bertanya. Berjalan mendekati Tama yang sudah mempersiapkan kursi, gunting, sisir, cermin, dan sebuah kain.

"Lo mau ngapain?" Tanyaku bingung.

"Ya mau potong rambut lo lah. Sini duduk."

Sontak kulangkahkan kaki mundur beberapa langkah, "Hah? Enggak, enggak. Gue gamau ambil resiko rambut gue jadi tambah aneh karena lo yang potong."

"Bawel," Tama mendekatiku dan menarik pergelangan tanganku ke arah kursi yang telah dia siapkan.

"Apasih, gue gamau!!!" Kutahan sekuat tenaga tubuhku supaya tidak tertarik. Tapi, mau bagaimana lagi tenaganya sangat kuat. Alhasil sekarang aku terduduk di kursi.

"Gue gamauu Tamaaa," Tanpa peduli perkataanku, dia memasangkan kain di tubuhku, supaya rambut tidak mengotori baju.

"Udah diem aja. Gue yakin pasti berhasil. Kalo hasilnya jelek yaa... nasib lo berarti" Katanya enteng.

Mampus gue. Batinku.

Sekarang aku hanya bisa pasrah. Akan dijadikan apa rambutku nanti? Aku tidak tahu. Yang jelas aku berharap hasilnya akan bagus.

Selama proses pemotongan rambut, aku memejamkan mata. Tidak berani menatap cermin di hadapanku. Takut tidak sesuai ekspektasi.

30 menit berlalu...

"Selesai" Dia melepaskan kain yang melapisi bajuku. Kemudian menyisir rambutku, merapikannya.

"Lo mau merem sampe kapan?" Suara beratnya masuk ke indera pendengaranku. Tapi, aku masih belum berani membuka mata.

"Gue takut. Aneh."

"Ck."

Cukup lama suasana hening. Kutarik nafas panjang dan membuka mata perlahan. Menatap cermin di hadapanku.

Eh?

Ini beneran dia yang potong? Kok bagus?

Rambut sepinggangku hilang menjadi rambut sebahu dengan poni tipis. Menurutku penampilanku lebih bagus saat ini. Lebih imut. Wkwkwk pd bangettt. Tapi kemana Tama?

Kuputar kepala mencari keberadaan cowok itu. Ternyata dia duduk di sofa menonton kartun spongebob dengan snack di tangannya.

Ck, gue kira cuma Galang yang masih suka nonton spongebob.

Eh tapi dari pulang sekolah tadi dia belom makan kan?

Aku menuju ke dapur, berniat membuatkan Tama makan malam, itung-itung tanda terimakasihku. Kubuka kulkas dan melihat-lihat isinya. Nasi goreng menjadi pilihanku, kuambil telur, daging ayam, dan sosis. Menyiapkan nasi di piring.

Tapi, dia suka pedes gak ya? Eh takutnya gasuka. Gak udah pedes deh.

Tidak lama aku berkutat di dapur, nasi goreng spesial ditambah telur mata sapi telah siap. Aku berjalan ke arah sofa, dengan nasi goreng dan air di tangan.

Sampai di depan sofa kuarahkan nasi goreng ke depan Tama, "Nih, makan"

Tama tidak menjawab perkataanku, hanya ekspresi bertanya yang ada di wajahnya. "Lo belum makan kan? Nih gue buatin nasi goreng"

Dia mengambil alih nasi goreng dan air ditanganku, "Emang lo bisa masak?"

"Ya... enggak sih, tapi kalo nasi goreng doang mah bisa"

Aku berbalik ingin menuju dapur, tapi Tama mencekal tanganku.

"Mau kemana? Elo gak makan?" Tanyanya.

"Mau masukin sisa ayam ke kulkas, lupa belum dimasukin. Gak laper." Setelah menjawab pertanyaannya aku ke dapur, membereskan perlengkapan dan sisa bahan untuk memasak nasi goreng tadi.

Setelah membereskan dapur, kulihat keadaan apartmen milik Tama. Sangat berantakan, menganggu penglihatanku sejak tadi.

Jadi cowok jorok banget sih!!

Aku memungut sampah yang berserakan di lantai, saat memungut sampah yang berada di dekat sofa, aku melihat Tama sudah tidur pulas dengan piring nasi goreng yang sudah kosong di atas meja.

Aku menggeleng-gelengkan kepala, "Perasaan baru sebentar gue di dapur, udah tidur aja nih cowok aneh. Eh tapi, kok dari tadi gue gak liat orang tuanya ya? Gatau deh." Monologku.

Kulanjutkan memungut sampah, mengambil baju kotor yang bertebaran di lantai, meletakannya di keranjang kamar mandi. Kusapu lantai dan terkahir mengepel lantai, menghilangkan noda-noda minuman.

"Huhhh... Akhirnyaa selesai," peluh membajiri seluruh tubuhku. Kulihat jam di dinding menunjukkan pukul 20.30.

"Yaampun, udah jam setengah sembilan, gak terasa banget udah malem. Bisa-bisa diomelin mama papa nih. Dah ah gue balik."

Aku mengambil tas, memasukkan semua baju ke dalamnya, dan kemudian menyandangnya di pundak. Melangkahkan kaki ke pintu dan membuka pintu.

"Eh ada yang lupa," seperti mengingat sesuatu, aku berbalik menuju sofa tempat Tama tidur. Mematikan TV, dan memasangkan selimut di tubuhnya. Tapi bukannya pulang, aku salah fokus pada wajahnya yang tenang saat tidur. Cukup lama aku tersenyum melihatnya yang sedang terlelap.

"Lebih ganteng kalo lagi tidur. Ehhhh apansihhh... Ziya lo udah gak waras yaa??!"

Aku mengambil kertas dan pulpen di tas, menuliskan sesuatu di atasnya,

Terimakasih potongan rambutnya :)

Ziya.

Dan meletakan kertas itu di meja, di bawah HP Tama.

****

Salam:
Penarasa 🌹🌹

3 Oktober 2020.

My Strange Enemy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang