[ A U T H O R P O V ]
Tidak ada yang istimewa di sekolah hari ini. Selain perlakuan Kevin tadi pagi, sisanya membosankan menurut Ziya. Tunggu, menurut Ziya perlakuan Kevin tadi pagi itu spesial?
Cuaca siang yang begitu panas ditambah guru Bahasa Indonesia yang sedang menjelaskan pelajaran bagaikan mendongeng, membuat keadaan sangat mendukung untuk tidur. Ziya sedang berusaha menahan kantuknya, sedangkan beberapa murid lain sudah banyak yang masuk ke alam mimpi.
Kringgg... kringgg... kringgg...
Seketika semua murid membuka matanya dengan sangat lebar. Yang sebelumnya tertutup rapat menjadi sangat lebar ketika mendengar bel pulang sekolah menggema di seluruh penjuru SMA Tunas Bangsa. Tak terkecuali Ziya. Ia sekarang sedang memasukan buku dan alat tulis yang tergeletak di atas meja ke dalam tas.
Lintang yang sudah selesai membereskan alat tulisnya berdiri dan melihat ke arah Ziya, "Ziy, lo balik naik apa?"
"Naik angkot kayanya, papa gue gak bisa jemput," jelas Ziya tanpa mengalihkan pandangannya.
"Hmm... gue udah ditungguin kak Raffa, mau turun bareng gak?"
Mendengar itu Ziya langsung menengokkan kepalanya ke arah Lintang, "Lo pulang bareng mulu sama dia. Udah jadian?"
Pertanyaan Ziya menimbulkan rona merah di pipi Lintang, "Kemaren dia nembak gue, mau gue jawab sekarang niatnya."
"Widihhh, besok dapet traktiran nih gue..." sahut Ziya cepat dengan menaik-turunkan alisnya.
"Ck, traktiran mulu otak lo. Dah ah gue mau turun. Mau bareng gak lo?"
"Duluan aja. Gue belom selesai."
"Oke gue duluan ya. Bye Ziy..." Lintang berjalan keluar kelas sambil melambaikan tangannya.
Tak lama setelah itu, Ziya telah selesai membereskan alat tulisnya dan segera melangkahkan kakinya keluar kelas. Tapi, saat sampai di depan pintu Ia melihat sesosok lelaki jangkung yang tengah melambaikan tangan kearahnya. Ziya mengernyitkan dahi, bingung.
"Cari siapa kak?" Tanya Ziya.
"Menurut lo, gue cari siapa?" Tanya Kevin balik dengan memasukkan kedua tangannya ke saku celana.
Ziya menolehkan kepalanya ke dalam kelas, "Hmm... cari Putri?" Kevin menggeleng. "Ayu?" Kevin menggeleng lagi. "Fery? Rio? Oh gue tau kak Kevin pasti cari Clarissa, dia kan anak cheerleader." Cerocos Ziya menyebutkan semua teman sekelasnya yang sedang piket hari ini. Tapi, lagi-lagi dibalas gelengan oleh Kevin.
"Gue cari yang namanya Ziya." Jawab Kevin dengan memasang senyum yang sangat manis menurut Ziya. Saking manisnya membuat Ziya melihat wajah Kevin cukup lama. Bahkan mungkin akan sangat lama jika saja Kevin tidak melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Ziya.
"E-eh? Kok cari gu-gue, ke-kenapa kak?" Tanya Ziya gugup dengan melihat sekeliling, menyadarkan dirinya lagi dari hipnotis senyuman Kevin.
"Kalo gue cari lo emang ada yang marah?"
"Ha? Si-siapa coba yang marah?"
"Kali aja pacar lo,"
Seketika Ziya tertawa mendengarnya, "Hahaha mana bisa pacar gue marah, pacar aja gak punya."
"Yaudah, gue aja jadi pacar lo kalo gitu," Jawab Kevin, yang membuat Ziya seketika menghentikan tawanya dengan wajah terkejut.
"HAHAHA bercanda," tawa Kevin meledak saat melihat wajah terkejut Ziya yang menggemaskan.
"Hehe" Ziya hanya mengeluarkan tawa garingnya karena tingkah Kevin yang mengerjainya.
Aduh malu, pede banget sih gue. Mana mungkin kak Kevin nembak gue. Mau taro dimana nih muka. Batin Ziya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Strange Enemy
Teen FictionZiya Athisya cewek dengan kehidupan biasa saja. Ia berharap masa SMA nya normal. Tetapi harapan tinggalah harapan. Semua kehidupan SMA Ziya berubah karena masalah kecil. Tama Adelard The Most Wanted Boy di SMA Tunas Bangsa tak menyangka jika ada seo...