"Pembagian teman kamar kalian yang menentukan. Jika sudah memilih, ibu akan bagikan kunci kamarnya. Satu kamar diisi oleh empat orang." Ibu Dewi, salah satu koordinator acara perpisahan, langsung memberikan arahan kepada murid-muridnya.
Bagaikan magnet yang sudah tau mana kutub pasangannya, Zania dan Ayanda langsung bergandengan tangan. Butuh dua orang lagi agar bisa mendapatkan kunci kamar.
"Nia! Ayanda! Gue boleh satu kamar sama kalian gak?" Tanya Oki sambil sedikit berlari dengan koper besar di tangan kanannya. Mereka pun mengangguk.
"Mantap! Berarti tinggal cari satu orang lagi." Ujar Ayanda.
"Ki, lo udah dapet kamar?" Seseorang menepuk pundak Oki dari belakang.
"Udah. Lo?" jawab Oki.
"Gue belom. Boleh bareng lo gak?"
"Boleh gak Ni? Yan?" Oki meminta persetujuan Zania dan Ayanda.
"Siapa?" Tanya Zania karena posisi gadis itu berada di belakang tubuh Oki.
"Kyana, anak kelas sebelah."
DEG!
"O-ohh boleh kok. Kebetulan kita kurang satu orang lagi." Dengan gugup, Zania mengizinkan.
Ayanda yang memahami situasinya langsung bertanya secara tidak langsung dengan mengerutkan alisnya kepada Zania. Zania tersenyum sambil mengangguk.
Kemudian mereka ber empat meminta kunci dan langsung menuju kamar.
Ternyata kamar yang mereka tempati ada dua ruangan terpisah untuk tempat tidur. Satu kamarnya terdapat dua ranjang. Di salah satu ruangan ada yang kamar mandi nya di dalam.
"Oke kita suit. Yang menang, dapet kamar mandi di dalem." Ayanda membantu membuat keputusan. Mereka mengangguk setuju. Ternyata permainan dimenangkan oleh Kyana.
Sebenarnya bisa dikatakan kamar ini seperti apartemen tipe two bedroom. Didekat pintu masuk, terdapat dapur dan meja makan. Tak jauh dari meja makan, ada ruang tamu yang berukuran besar. Kemudian kamar Zania dan Ayanda berada di belakang ruang tamu, sementara kamar Oki dan Kyana berada di depan ruang tamu. Warna putih gading sangat mendominasi kamar ini.
Walaupun Zania dan Ayanda tidak mendapat kamar yang ditepati Oki, kamar mereka terdapat balkon dengan view yang sangat bagus, yaitu patung merlion.
Mereka diberikan waktu istirahat selama satu setengah jam. Selesai merapihkan barang bawaan, mereka berleha-leha di atas kasur. Tiba-tiba ponsel Zania berbunyi.
'Lo di lantai apa? Kamar nomor berapa?'
Ternyata pesan dari Manu.
'Gausah kesini.'
Balas Zania. Zania benar-benar tidak ingin Manu datang ke kamarnya. Jika ia sampai datang, ia tak tahu apa yang mungkin terjadi. Sebenarnya daritadi pikiran Zania sedang tak karuan. Hal-hal negatif terus mengganggu pikirannya.
"Kalo Manu atau kembar idiot nanya kita di kamar nomor berapa, jangan dikasih tau." Zania langsung memperingati Ayanda.
Tak lama setelah mengatakan hal tersebut, ponsel Ayanda langsung berbunyi. Ada panggilan masuk dari Romi.
Ayanda langsung menatap Zania dengan pandangan bertanya. Zania menangguk, menyuruh Ayanda untuk mengangkatnya.
"Lo dimana?" tanya Romi.
"Apa-apa tuh di awali dengan salam. Dasar islam KTP." Ayanda ceramah.
"Baiklah ustazah Ayanda. Assalamualaikum, mah. Curhat dong mah."
KAMU SEDANG MEMBACA
S(He) is Mine
Подростковая литература"Gue gak tau, ini namanya apa. Tapi, setiap gue ngeliat lu bareng sama cewek lain, hati gue sakit. Apa perasaan ini sebatas takut? Takut lu pergi dari gue karena kita sahabat dari dulu?"- Zania. "Rasanya gak rela, liat lu berdua sama cowok lain. Apa...