#19

32 3 0
                                    


Hampir satu bulan Quinsha menghilang tanpa kabar,

Dan hampir satu bulan diam-diam Akasa kontek-kontekan dengan teman Alina yang waktu lalu ia kenalkan padanya.

Hanya untuk pengisi kekosongan, namun akankah kekosongan tersebut berakhir dengan rasa nyaman? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.

~di rumah sakit~

Quinsha hampir satu bulan tak sadarkan diri, tak ada yang tahu bila ia sedang dirumah sakit.

Mama, Papa dan Bibi disuruh diam agar tidak memberi tahu yang lain karena Quinsha tak ingin yang lainnya khawatir, itu pesan Quinsha sebelum koma.

Gadis cantik ini masih setia menutup mata, wajahnya yang pucat menandakan kalau ia sangat kesakitan.

Mama tak henti-hentinya memandang anaknya di balik kaca.

"Ma, makan dulu yuk."bujuk Papa karena dari kemaren ia tak makan apapun.

"Makan aja dulu Pa, Mama mau nemenin Caca disini."elak Mama masih setia memandangi putri kecilnya yang terbaring lemas.

Papa langsung beranjak menuju kantin, dipaksa pun Mama akan bersikekey eh kekeh untuk tetap berada disamping putri tercintanya.

Selepas kepergian Papa, Mama mengambil air wudhu lalu masuk kedalam ruangan dan membacakan ayat suci Al Qur'an, dengan harapan putri kecilnya sadar.

Lantuman ayat suci Al-Qur'an yang di baca kan oleh Mama melantun sangat merdu. Sesekali ada isakan tangis karena tak kuasa melihat anaknya yang kini belum sadar.

"Sodaqoallah hilazm,"Mama selesai membaca Ayat suci Alquran.

Tangan Quinsha bergerak, mata indahnya mulai membuka perlahan.

"Ma,"lirih Quinsha melihat Mamanya yang menunduk.

Mama yang tersadar mendengar namanya dipanggil pun mendongak ke sumber suara.

"Sayang kamu yah sadar."ucap Mama bahagia melihat anaknya tersenyum kepadanya.

"Dokter, suster."teriak Mama dari dalam ruangan.

Dokter, suster datang lalu mengecek keadaan Quinsha.

Kemudian disusul oleh Papa yang muncul dengan wajah cemas.

"Gimana keadaan putri saya dok."ucap Papa.

"Putri bapak dan ibu sudah sadar, namun harus dirawat untuk beberapa hari agar kesehatannya pulih."ucap Dokter tersebut.

"Saya pamit dulu."ucapnya diangguki oleh Papa.

Setelah kepergian dokter dan suster tersebut kini Quinsha dikelilingi orang tersayang yaitu Papa, Mama, dan Bibi.

Bagaimana dengan sahabat Quinsha? Ah mereka tak mengetahuinya bukan karena tak dianggap sahabat namun Quinsha tak ingin mereka khawatir dengan dirinya.

"Aku disini udah berapa hari Ma?"ucap Quinsha lirih.

"Hampir satu bulan sayang, kamu tidur lama banget Mama khawatir"ucap Mama sesegukan.

"Maafin Mama gak bisa ngejaga kamu."

"Maafin kami ya sayang ga ada waktu buat kamu."sambung Papa mengelus puncak kepala Quinsha.

Quinsha tersenyum dan mengangguk, bibirnya yang pucat namun masih terlihat manis dikala senyum.

Seketika Quinsha memikirkan Akasa yang sampai saat ini gimana kabarnya, terakhir kali ia menyepam di chat namun Quinsha enggan membalasnya.

Quinsha merasa bersalah karena sampai saat ini ia tak memberi kabar kepada Akasa.

"Ma, handphone Caca mana?"ucapnya lirih menatap Mama nya.

Shaka [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang