*✧・゚:*『 21 』*:・゚✧*:

1.1K 85 12
                                    

AUTHOR POV

Beneta dan Pak Asep pun langsung memberhentikan satu angkot dan menaikinya. Hampir semua pasang mata yang ada di angkot itu mengarah ke arah tubuh Beneta yang memang tambun. Namun, Beneta tak memperdulikannya.

Setelah kira-kira sepuluh menit mereka berada di angkot, mereka pun sudah sampai di depan perumahan yang Beneta tinggali.

"Akhirnya ... sudah sampai juga. Ayo Pak langsung cus aja ... saya mah udah tahu kalau dari sini Pak," ucap Beneta riang.

"Ayo lah," ajak Pak Asep.

Mereka berdua pun berjalan bersama menuju rumah Beneta dengan gadis gendut itu berjalan di depan. Bukan karena sombong atau apa. Itu karena dia sudah tidak sabar untuk bertemu orang tuanya dan ia sudah mereka-reka nanti tentang ekspresi bahagia yang nanti akan terpancar di wajah orang tua yang sangat ia sayangi.

Mereka sudah berjalan kira-kira selama lima menit dan mereka sudah sampai di depan pagar rumah Beneta. Rumah Beneta bukanlah rumah yang sangat mewah seperti orang-orang kaya yang ada di Jakarta. Rumahnya tuh gak terlalu jelek tapi gak bagus-bagus amat juga.

Jantung Beneta tiba-tiba berdetak lebih cepat karena ia sudah sangat tidak sabar untuk bertemu orang tuanya. Ia pun berteriak "Mama ... Papa ... ini aku Beneta."

Kedua orang yang sudah kenal dengan suara anak mereka itu pun langsung bergegas untuk membuka pagar rumah mereka. Detik itu juga, kedua orang tua Beneta berteriak kesenangan dan langsung memeluk Beneta dengan sangat erat.

"Astaga nak ... kamu kemana aja sih ... bikin mama khawatir pake banget tau gak," ucap mamanya Beneta sambil memukul pelan lengan gendut milik Beneta.

"Tau tuh ma ... pas kemarin mama suruh aku itu ... ada tiga orang yang langsung gotong aku ke mobil gitu ma ... eh ... pertama-tama ... Mama dan Papa harus berterima kasih dulu sama Pak Asep. Pak Asep yang sudah menyelamatkan Beneta dari siksaan beberapa hari kemarin," ucap Beneta sambil mengarahkan ibu jarinya ke arah Pak Asep supaya lebih sopan makanya ia memakai ibu jarinya dari pada jari telunjuknya.

"Owalah ... mari masuk dulu Pak Asep. Sebagai terima kasih, saya ngajak Pak Asep makan siang ya Pak," ajak Papanya Beneta sambil mempersilahkan Pak Asep masuk ke rumah mereka.

"Gak usah Pak ... Saya hanya mau berbuat baik saja. Saya tidak mengharapkan balasan atas perbuatan saya Pak," tolak Pak Asep.

"Udah Pak ... gak apa-apa. Saya hanya mau mengajak bapak makan siang bersama saja, tidak lebih," ajak Papanya Beneta kekeuh.

"Ya sudah lah ... Bapak maksa sih," ucap Pak Asep menyerah.

"Ya sudah ayo Pak. Mari masuk," ajak Mamanya Beneta sambil mempersilahkan Pak Asep dan anak perempuan kesayangannya itu masuk ke rumah setelah beberapa hari yang terasa beberapa bulan bagi kedua orang tua Beneta.

◈𝅒 𝅓 𝅒 𝅓 𝅒 𝅓 𝅒 𝅓 𝅒 𝅓 𝅒 𝅓 ◈

Setelah keluarga Beneta dan Pak Asep memakan makan siang mereka bersama, Pak Asep pamit untuk pulang ke rumahnya.

"Ini Pak ... tolong diterima ya Pak," ucap Papa Beneta sambil menyodorkan satu amplop.

"Aduh Pak ... gak usah udah saya bilang," ucap Pak Asep sambil berusaha untuk mengembalikan amplop itu ke tangan Papanya Beneta.

"Udah Pak gak apa-apa. Hitung-hitung sebagai terima kasih saya dan sebagai uang ongkos ke sininya," ucap Papa Beneta dengan nada yang agak memaksa. Kalian semua pasti tahu lah yang kayak bagaimana.

"Bapak ternyata suka memaksa juga ya Pak," ucap Pak Asep sambil bercanda, "ya udah deh Pak ... saya balik dulu ya ... dan terima kasih ya Pak atas berkatnya. Mudah-mudahan bapak nanti selalu langgeng ya Pak berkatnya."

Setelah Pak Asep mengucapkan itu, ia pun melangkahkan kakinya keluar dari rumah keluarga Beneta dengan hatinya yang menghangat karena perlakuan yang ia terima dari papanya Beneta.

Keluarga Beneta pun langsung menginterogasi Beneta dan sebagai anak satu-satunya dari pasangan tersebut, Beneta pun menjelaskan kepada mereka tentang penculikan yang terjadi kepada Beneta.

Beneta pun menceritakan kepada mereka tentang semuanya. Mulai dari Aaron yang mengambil fotonya dan tentang Isabela yang terobsesi dengan Aaron makanya ia bisa melakukan hal keji ini terhadap Beneta dan terakhir, ia juga menceritakan tentang Pak Asep yang menyelamatkannya.

"Dasar ya tuh anak! Ayo Pa ... kita aduin aja tuh si Isabela. Berani-beraninya dia melakukan hal yang kayak begitu ke anak kita," ucap mamanya Beneta dengan emosi yang menggebu-gebu.

"Jangan ma. Biar aku yang membalas dia nanti dengan cara yang lebih ngena lagi. Aku mah tinggal nunggu tanggal mainnya. Jadi, mama dan papa gak usah khawatir," ungkap Beneta sambil memiringkan bibirnya itu.

Ia memang bukan orang yang sangat-sangat baik. Karena ia juga manusia biasa yang mempunyai batas kesabaran yang terbatas.  Ia mungkin bisa memaafkan Isabela atas perbuatannya. Cuman, ia mau Isabela juga menyadari tentang apa yang dilakukannya.

Setelah ia berucap seperti itu kepada orang tuanya, ia pamit untuk pergi ke kamar untuk beristirahat.

◈𝅒 𝅓 𝅒 𝅓 𝅒 𝅓 𝅒 𝅓 𝅒 𝅓 𝅒 𝅓 ◈

𝙺𝚊𝚕𝚊𝚞 𝚔𝚊𝚕𝚒𝚊𝚗 𝚜𝚞𝚔𝚊𝚔 𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚍𝚊𝚗 𝚖𝚊𝚞 𝚖𝚎𝚗𝚢𝚎𝚖𝚊𝚗𝚐𝚊𝚝𝚒 𝚐𝚠 𝚞𝚝𝚔 𝚗𝚐𝚎𝚕𝚊𝚗𝚓𝚞𝚝𝚒𝚗 𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝚒𝚗𝚒....
𝙹𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚙𝚊 𝚍𝚒𝚔𝚕𝚒𝚔 𝚒𝚔𝚘𝚗 𝚋𝚒𝚗𝚝𝚊𝚗𝚐𝚗𝚢𝚊 𝚍𝚊𝚗 𝚔𝚘𝚖𝚎𝚗.... 𝚔𝚘𝚖𝚎𝚗 𝚊𝚙𝚊 𝚊𝚓𝚊 𝚋𝚘𝚕𝚎𝚑 𝚔𝚘𝚔 ;)

✓Impossible Love✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang