*✧・゚:*『 31 』 *:・゚✧*:

1.2K 94 6
                                    

AUTHOR POV

Terlihat seorang gadis cantik yang tengah menangis di kamar miliknya. Entah sudah ke berapa kalinya ia berusaha untuk menghentikkan tangisnya itu.

“Gw gak bisa diginiin terus ... gw gak bisa hidup tanpa ngelihat my baby,” lirih gadis cantik itu masih dengan air mata yang terus membasahi wajah tirusnya itu.

“Maaf mama ... papa ... aku tetep gak bisa hidup jauh dari Aaron my baby ... mama dan papa sudah seperti sedang menjauhkan aku dari sumber semangat hidup aku ... mama dan papa udah jauhin aku dari Aaron ... aku udah gak ngelihat Aaron lama banget. Aku mendingan mati dari pada mama dan papa menjauhkan aku dari sumber semangat hidup aku,” ucap gadis cantik itu.

Setelah itu, ia langsung mengambil sebuah racun yang sengaja ia beli untuk membunuh korbannya yang ia panggil babi dulu. Namun, sebelumnya ia tidak menyangka akan menggunakannya untuk dirinya sendiri.

I fucking love you, Aaron Alcander,” gumam gadis cantik itu sebelum ia meminum cairan yang akan membunuhnya secara perlahan.

»»————- ➴ ————-««

“Pagi mama ... papa,” sapa Beneta sopan dengan nada cerianya.

“Pag juga nak,” ucap orang tuanya serempak.

Saat mereka tengah makan bersama, mamanya Beneta mengambil gawainya dan setelah ia melihat apa yang terpampang di sana, mulutnya langsung terbuka lebar.

“Kenapa ma?” tanya Beneta penasaran.

“Ini ... kan temen kamu yang culik kamu itu kan?” tanya mamanya Beneta yang setelahnya langsung memperlihatkan foto pelaksanaan acara pelayatan. Terlihat ada suatu foto dari seorang remaja perempuan cantik yang sangat ia kenali.

“Isabela ....” gumam Beneta bingung.

“Ini kenapa ma? Mama tahu gak apa penyebabnya?” tanya Beneta ke mamanya.

“Coba ini kamu lihat aja di HP mama,” ucap mamanya Beneta yang setelahnya langsung menyodorkan gawai miliknya supaya Beneta bisa melihat info yang menampilkan perihal kematian remaja cantik itu.

Beneta pun langsung mengambil ponsel milik mamanya. Ia langsung membaca info yang tertulis di sana.

“Bunuh diri?” gumam Beneta.

“Pa ... ayo ce—“ ucap Beneta yang terpotong karena terdengar sebuah ketukan di pintu depan rumahnya.

“Tolong kamu bukain pintunya nak,” pinta papanya Beneta kepada anak semata wayangnya itu.

“Ok Pak,” ucap Beneta patuh.

Beneta pun langsung berlari ke arah pintu depan rumahnya dan membukanya. Saat ia membuka pintunya, terpampang jelas ekspresi kesalnya di muka tembemnya itu.

“Astaga ... ngapain lo kesini?” tanya Beneta jengkel.

“Mau nganterin lo ke sekolah lah baby,” ucap Aaron manja.

“Jijik ... ya udah bentar ... gw mau pamit dulu sama ortu gw,” balas Beneta.

“Mah ... pah ... aku berangkat dulu ya,” ucap Beneta.

“Sama siapa emangnya?” tanya papanya Beneta.

“Itu ada temen aku yang dengan berbaik hati akan mengantar ku ke sekolah,” balas Beneta sambil menunjuk Aaron yang tengah berdiri di pintu rumah Beneta yang sudah sedikit terbuka.

Aaron yang merasa ditunjuk oleh Beneta pun langsung melangkahkan  kakinya ke arah di mana Beneta berdiri.

“Halo Om ... Tan ... perkenalkan nama saya Aaron,” ucap Aaron sopan sambil membungkukkan badannya sedikit.

“Halah ... pencitraan,” gumam Beneta jengkel.

“Heh ... jangan kaya gitu nak,” tegur mamanya Beneta.

“Hehehe ... iya ma ... maap,” ucap Beneta sambil mengangkat jari tengah dan jari telunjuknya.

“Ya udah nak ... antar aja anak saya. Jangan sampe lecet ya anak saya,”canda papanya Beneta.

“Ya kagak bakal lecet lah Pak anak bapak ini ... kan strong,” ucap Beneta sambil memperlihatkan bagian otot bisepnya yang di antara ada dan tiada.

“Iya Pak ... saya gak bakal ngebuat pacar saya lecet ... eh ... maksudnya temen saya,” ujar Aaron yang dihadiahkan pelototan tajam dari gadis gendut yang berada di sampingnya itu.

“Hahaha ... iya nak ... udah sana ... nanti telat loh masuk sekolahnya,” balas papanya Beneta.

“Siap Pak,” ucap Aaron patuh.

Setelah itu, ia langsung memegang tangan Beneta dan menuntunnya ke arah motor miliknya. Tiada angin tiada hujan, tiba-tiba saja Beneta tertawa kecil.

“Kenapa lo ketawa njir?” tanya Aaron.

“Enggak ... hahaha ... gw lagi ngebayangin aja kalo misalnya nanti ban motor lu kempes ... hahaha,” ucap Beneta diselangi dengan tawa yang keluar dari bibirnya itu.

“Kenapa emangnya? Motor gw kuat kok,” balas Aaron sambil menepuk pelan bangku motornya itu.

“Ya udah deh serah lo aja,” pasrah Beneta yang langsung menaiki motor Aaron dengan pedenya. Pas dia mau menaruk kaki kirinya, ia tak mempunyai tumpuan untuk tubuh tambunnya itu. Jadilah ia harus merelakan dirinya terjatuh ke tanah dengan cara yang mengenaskan. Apalagi di hadapan manusia tampan menjengkelkan itu.

“ASTAGA! BUSET!” pekik Aaron saat ia melihat keadaan mengenaskan yang dialami Beneta. Langsung saja ia membantu Beneta untuk berdiri. Tanpa ia sadari, jarak wajah mereka berdua sudah sangat dekat. Beneta yang menyadari itu langsung saja membuang mukanya ke arah lain. Aaron juga sebetulnya menyadarinya dan dia merasakan jantungnya berdetak dengan cepat. Bahkan ia bisa merasakan jantungnya berdetak di dadanya.

“Ayo ke sekolah dulu ih ... udah mau masuk soalnya,” ucap Beneta.

“Lo baek-baek aja kan?” tanya Aaron memastikan.

“Iya elah. Udah makanya cepetan. Jangan pakek lama. Gw gak mau telat masuk sekolah,” balas Beneta.

“Ya udah iya ayo,” ucap Aaron. Setelah ia mengucapkan itu, mereka berdua langsung bergegas menaiki motor Aaron.

Selama perjalan mereka hanya diam saja. Bukan berarti suasanya tegang atau apa sih.... cuman Aaron sedang berkonsentrasi mengendarai motornya dalam kecepatan yang cukup cepat agar mereka bisa sampai di sekolah tepat waktu.

Setelah kira-kira lima menit, mereka sudah sampai ke sekolahnya dengan selamat sentausa. Walaupun pada saat mereka nyampe, Aaron dimarahin oleh Beneta karena lelaki tampan itu sudah membuat jantung Beneta melompat-lompat karena si Aaron sialan itu mengendarakan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata.

»»————- ➴ ————-««

Sekarang sudah jam istirahat. Beneta dan Belinda sudah memutuskan untuk makan bareng di kantin. Setelah mereka sampai di kantin, sudah banyak terdengar suara-suara bisikan dari murid-murid yang ada di sana. Saat Beneta mendekatkan telinganya ke arah pembicaraan mereka, terdengarlah kalau misalnya mereka membicarakan kematian Isabela.

Ya pastilah...

Kan Isabela memang salah satu murid populer di sekolahnya.

Saat mata Beneta menangkap ada Aaron yang mau masuk ke kantin, ia langsung berlari ke arahnya dan menyeret tangannya ke gudang yang pernah ia kunjungi dulu bersama Aaron.

“Aaron,” panggil Beneta.

“Iya kenapa babe?” tanya Aaron dengan senyum palsunya yang bisa diketahui oleh gadis tambun yang tengah berdiri di depannya ini.

“Lu gak apa-apa kan?” tanya Beneta lembut.

Aaron yang ditanya dengan lembut seperti itu hanya terdiam. Namun, beberapa detik setelahnya, ia meneteskan cairan bening dari kedua matanya.

“Gw gak baik-baik saja ... gw rasanya menyesal banget,” lirih Aaron masih dengan air matanya yang sudah membasahi wajah tampannya.

“Udah ... udah ... sekarang lo fokus dulu untuk ngeluarin emosi lu ... nanti kalau lo mau, lo bisa jelasin ke gw dengan emosi lo yang sudah stabil,” ucap Beneta dengan nada lembutnya. Setelah itu, ia langsung mendekap tubuh Aaron sambil menepuk-nepuk punggung milik Aaron.

»»————- ➴ ————-««

𝙺𝚊𝚕𝚊𝚞 𝚔𝚊𝚕𝚒𝚊𝚗 𝚜𝚞𝚔𝚊𝚔 𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚍𝚊𝚗 𝚖𝚊𝚞 𝚖𝚎𝚗𝚢𝚎𝚖𝚊𝚗𝚐𝚊𝚝𝚒 𝚐𝚠 𝚞𝚝𝚔 𝚗𝚐𝚎𝚕𝚊𝚗𝚓𝚞𝚝𝚒𝚗 𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝚒𝚗𝚒....
𝙹𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚙𝚊 𝚍𝚒𝚔𝚕𝚒𝚔 𝚒𝚔𝚘𝚗 𝚋𝚒𝚗𝚝𝚊𝚗𝚐𝚗𝚢𝚊 𝚍𝚊𝚗 𝚔𝚘𝚖𝚎𝚗.... 𝚔𝚘𝚖𝚎𝚗 𝚊𝚙𝚊 𝚊𝚓𝚊 𝚋𝚘𝚕𝚎𝚑 𝚔𝚘𝚔 ;)

✓Impossible Love✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang