*✧・゚:*『 22 』 *:・゚✧*:

1.2K 88 6
                                    

AUTHOR POV

Sekarang hari sudah berganti dan Beneta sudah bersiap-siap untuk pergi ke sekolahnya. Pertama-tama, ia mulai menyisir rambutnya yang sudah sangat kusut karena tidak terurus beberapa hari belakangan ini. Bahkan, di rumah Pak Asep pun ia tidak menyisir rambutnya. Karena Pak Asep itu botak dan ia tidak memerlukan sisir. Jadilah ia tidak menyisir rambutnya dan hanya mengikat rambutnya asal.

Setelah ia selesai bersiap-siap dan yakin bahwa dia sudah siap untuk ke sekolah nya itu, gadis gendut itu pun melangkahkan kaki berlemaknya itu ke dapur yang ada di rumahnya itu.

“Ayo nak ... sini makan,” ajak mamanya Beneta dengan senyum manisnya yang masih terukir di bibir merahnya. Mamanya Beneta itu termasuk orang tua yang awet muda. Terkadang orang-orang banyak yang berprasangka bahwa mamanya itu adalah kakaknya Beneta. Jika itu terjadi, Beneta biasanya memasang muka yang masam dan meminimalisasi perbincangannya bersama mamanya.

“Iya ma. Gak mungkin lah anak mu ini gak bakal makan. Makan itu kan hobby aku ma,” jawab Beneta sambil cengegesan dan ia pun mendudukkan bokongnya di salah satu kursi yang tersedia.

Setelah satu keluarga itu menyelesaikan makanan mereka, papanya Beneta dan anak perempuannya pun bersiap-siap untuk langsung berangkat ke tempat tujuan mereka.

♥گ♥گ♥گ♥♥گ♥گ

Beneta pun sudah sampai di sekolahnya. Sekarang ia masih berada di depan gerbang sekolahnya. Tiba-tiba, jantungnya berdetak lebih cepat dari yang biasanya entah kenapa. Bulir-bulir keringat di kening dan tangannya pun semakin banyak pertanda bahwa ia sudah gugup untuk masuk ke sekolahnya itu.

Karena sudah terdengar suara bel masuk, ia pun bergegas untuk masuk ke kelasnya karena ia tidak mau terlambat. Setelah ia masuk ke kelasnya, ada beberapa jenis tatapan yang ia terima.

Pertama ada yang memberikan tatapan kebahagiaan. Contohnya adalah Belinda, yaitu sahabat karib Beneta.

Kedua, ada tatapan yang ngeselin. Yang ngasih tatapan itu tuh tipe cewe-cewe yang cabe-cabean yang biasanya buat onar. Tipe-tipe cewe yang ngomongin Beneta di belakang karena mereka gak berani kalau ngomong langsung. Karena Beneta aja berani ngelawan Isabela. Jadi, mereka hanya berani ngomongin Beneta di belakang aja dah.

Ketiga, ada tatapan yang tidak peduli. Mereka yang biasanya ngasih tatapan kayak begini adalah cowo-cowo di kelasnya.

Beneta sebetulnya tidak peduli dengan tatapan-tatapan yang ia terima. Ia hanya memikirkan orang yang memberikan tatapan kebahagiannya. Ia pun membalas mereka yang memberikan tatapan kebahagiaan mereka dengan senyuman yang Beneta ukir di bibirnya.

“Selamat datang lagi Beneta. Ayo langsung masuk saja,” ucap seorang guru wali kelasnya.

“Iya Pak,” balas Beneta yang langsung melangkahkan kaki gendutnya ke salah satu kursi yang kosong beberapa hari belakangan ini.

“Lu utang penjelasan sama gw,” tegas Belinda sambil memicingkan matanya ke arah Beneta.

“Iya ... iya. Gw bakal jelasin ke lo sampai tuntas. Tapi nanti aja ya. Pas istirahat,” ucap Beneta.

“Iya,” tutur Belinda.

Beneta pun meneliti wajah Belinda yang semakin tirus dan badan kurusnya yang semakin kurus. Gadis gendut itu pun langsung mengernyit dan mereka-reka apa alasan Belinda harus mengalami kondisi yang seperti ini.

✓Impossible Love✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang