*✧・゚:*『 29 』 *:・゚✧*:

1.1K 88 11
                                    

BENETA POV

Seriusan deh...

Kenapa sih malah jadi gini semuanya????

Gara-gara itu Aaron sialan yang malah kekeuh hanya untuk mau jalan bareng sama gw.

Dia mikir gak sih kalau misalnya kalau dia sama gw itu bisa bener-bener nurunin reputasi sosialnya tahu gak karena gw bukan anak yang populer kayak dia orang.

UDAH AH BODO!

CAPEK GW MIKIRINYA!

GW POKOKNYA MAU TIDUR!

Langsung aja gw lipat tangan gw yang bisa dijadikan sebagai bantal ini di atas meja gw. Tapi, sialnya gw gak bisa tidur karena selalu kepikiran lagi soal Aaron yang begonya kebangetan. Dia yang udah kayak bintang malah mau berjalan sama apik abu kayak gw gini.

Ini juga...

Si Belinda lama banget sih ke toiletnya!!

Gak mungkin banget orang berak atau pipis selama dua puluh menit. Dia ngapain sih coba di toilet lama-lama.

Karena gw udah gak sabaran lagi untuk nunggu si Belinda langsung aja gw melangkahkan kaki gw ke toilet. Pas gw jalan, udah banyak banget pasang mata yang memandang gw dengan tatapan meremahkan, tatapan mengejek, tatapan yang gak mengenakkan lah pokoknya. Lagian gw juga gak peduli.

Bomat apa kata orang.

AUTHOR POV

Di belakang salah satu pintu toilet itu, terdapat seorang remaja perempuan yang sudah menangis sampai terisak-isak. Alasan tentang kenapa ia menangis masih sama dengan kemarin. Ia sedang menangisi dirinya sendiri yang sudah terlanjur mencintai dia.

Tanpa aba-aba, pintu toilet yang ia kunci itu bergetar karena ada seseorang yang menggedor pintu tersebut dengan kencang.

“BELINDA! GW TAU LO ADA DI SINI! MENDINGAN LO KELUAR DEH! LO KAGAK BAKAL BISA BOHONGIN GW!” teriak Beneta sambil menggedor-gedor pintu toilet itu.

Remaja perempuan yang masih di dalam toilet itu hanya bisa pasrah. Beberapa detik kemudian, ia memutuskan untuk membuka pintu toilet itu dan sahabat karibnya langsung memeluk tubuh letihnya dengan sangat erat.

“Lu kenapa hmm?? Masalah yang kemarin lagi ya??” tanya Beneta dengan sangat lembut. Nada bicaranya itu sama seperti seorang ibu yang berusaha untuk menenangkan anak bayinya.

Lawan bicaranya itu hanya bisa menganggukkan kepalanya pelan dengan keadaannya yang masih memeluk tubuh tambun sahabatnya dan matanya yang masih mengeluarkan cairan bening yang rasanya tidak akan pernah habis.

“Ya udah ... kasih tau semuanya ke gw tentang semua yang lo rasain ke gw. Keluarin semua emosi lu ke gw supaya lo gak stres oke,” saran Beneta masih dengan nada lembutnya itu sambil mengeluskan punggung sahabat kesayangannya itu.

Lawan bicaranya masih mengatupkan bibirnya. Setelah itu, ia langsung menganggukkan kepalanya dan mengikuti arahan Beneta yang berjalan keluar dari toilet. Entah kemana mereka akan berjalan, Belinda hanya akan menuruti arahan sahabatnya itu saja. Tubuhnya sudah terlalu capek untuk melawan karena sudah banyak cairan yang keluar dari kedua matanya itu.

✓Impossible Love✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang