10: Love You Goodbye

367 65 169
                                    

Calum

Coffee shop sudah kosong menjelang jam sembilan malam. Heran, biasanya jam segini masih rame pada nongkrong. Mungkin orang-orang udah mulai pada bosen ngopi kali ya? Sejenak gue termenung memandang ruas jalan Blok M yang ramai dan sepi pada saat yang bersamaan.

Nggak ada yang bisa dinikmati dari menyendiri kecuali kesendirian itu sendiri, dan sesungguhnya, itu yang membuatnya terasa menyenangkan. Karena ketika sendiri, cuma gue, napas gue, pikiran gue, perasaan gue, nggak akan ada orang ataupun hal lain yang bergabung di dalamnya.

Gue nggak perlu takut mendengar kabar buruk, nggak perlu merasa capek karena antrean kewajiban yang harus gue lakukan, nggak perlu bersembunyi, nggak perlu menyimpan sesuatu yang ingin gue tumpahkan. Hanya ada gue. Dan itu cukup.

Ah, kok jadi mellow begini sih, nggak cocok amat. Sebelum gue di sini bikin lagu galau, mendingan gue buru-buru balik. Udah lewat jam makan malem, kalau gue nggak balik, bisa-bisa gue disuruh tidur di luar rumah sama Mali.

Jam segini, biasanya gue selalu memasang headset untuk mendengar lagu keras-keras. Selain karena sepi, gue pernah membaca di internet, kalau mendengar lagu di jalan akan membuat fokus dan terhindar dari tipu muslihat para penghipnotis yang suka merampok harta benda. Sebenarnya, gue nggak takut dirampok, sih. 

It's inevitable everything that's good comes to an end
It's impossible to know if after this we can still be friends, yeah

Setiap mendengar lagu, gue selalu terngiang dengan apa yang dipikirkan dan dirasakan penyanyinya ketika menulis lirik. Kenapa mereka selalu dengan mudah membuat pendengarnya merasa, "Ih, ini gue banget?"

Apa itu tandanya semua manusia sama aja? Mau dia penyanyi kek, presiden kek, orang berguna, atau kuman pembawa wabah, semuanya pasti pernah merasakan fase itu? Fase ketika setiap mendengarkan lagu, kita merasa lagu itu menceritakan kita?

Hey, hey, hey
Oh, why you wearing that to walk out of my life?
Hey, hey, hey
Oh, even though it's over you should stay tonight
Hey, hey, hey
If tomorrow you won't be mine
Won't you give it to me one last time?

Oh, baby, let me love you goodbye

Anehnya, kenapa pikiran gue hanya mengerucut ke satu orang? Yang lebih aneh lagi, kenapa gue malah berimajinasi kalau dia ada di hadapan gue sekarang?

Langkah gue terhenti, membiarkan kedua mata gue menikmati pemandangan yang gue yakini hanya delusi. Sebelum memutuskan untuk masuk ke dalam mobil, tepat di depan gue, diiringi suara beberapa orang yang berlalu lalang untuk mampir di warung makan sekitar... Gue takut kalau ini bukan sekedar imajinasi.

"Mas Calum..."

Gue melepas earphone, membiarkan suara Harry Styles dan kawan-kawan menjauh dari telinga, hanya untuk memastikan kalau apa yang gue lihat nyata.

"Calum..."

Mendengarnya lagi, gue sadar kalau ini bukan sekedar ingatan. Karena ingatan cuma tinggal di hari kemarin. 

"Kaylee..."

✦✧

Asing.

Bukankah harusnya begitu? Saat seseorang pergi, menghilang dalam waktu cukup lama, ketika dipertemukan kembali, yang terasa hanya rasa asing. Nggak ada yang dikenal... Mungkin kalau rasa lain ingin bertamu, akan hadir rasa marah, kesal... karena semua terasa nggak adil.

Kenapa gue nggak merasa asing sama sekali? Saat suaranya sampai di telinga, gue tahu kalau dia masih orang yang sama. Dia masih Kaylee yang gue kenal selama ini. Sosoknya, suaranya, caranya menatap gue. Hening dengan begitu ramah mengisi, tahu kalau nggak ada satu pun yang bisa melewatkan menit dengan bicara.

Pekat | 5SOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang