16: Perpisahan

339 63 145
                                    

Sangat disarankan untuk mendengarkan dua lagu ini:
Kereta Ini Melaju Terlalu Cepat - Nadin Amizah
High - 5 Seconds of Summer

✦✧

Calum

Pemandangan langit yang biru, rumah-rumah warga, perkebunan dan sawah yang hijau, semuanya tetap terlihat menyenangkan sekali pun dilihat dari kursi penumpang. Sudah hampir tiga jam gue duduk di kursi kereta eksekutif yang sedang gue tumpangi, tapi gue belum merasa bosan melihat pemandangan-pemandangan seperti ini, pemandangan yang jarang gue lihat ketika berada di Ibu Kota.

Kalau nggak salah Bung Fiersa Besari pernah ngomong atau nulis, "Hidup ini bukan sinetron di mana yang baik selalu teraniaya, dan yang jahat selalu berbicara sendiri sambil melotot-melotot. Manusia sulit ditebak. Alangkah disayangkan jika kebencianmu membabi buta dan kecintaanmu fanatik, seolah yang benar takkan pernah salah, pun sebaliknya." Entah kenapa, gue merasa relate dengan kata-kata tersebut.

Buktinya, percaya nggak percaya, dua hari yang lalu gue ngobrol-ngobrol santai sama Luke. Lebih dari satu jam kita ngobrol dan ketawa-ketawa, lebih dari satu jam juga kita membicarakan sesuatu yang nggak pernah gue pikirkan sebelumnya. 

Malam itu, setelah gue bertemu dengan Luke, gue dikejutkan oleh chat WhatsApp dari Luke. Isi chat tersebut tepat seperti apa yang ia janjikan saat kami bertemu. 

Luke Triwahana: Cal
Luke Triwahana: Mikum

Gue nggak salah baca kan? Anak sultan yang keren dan anak yang kerja di perusahaan elite Triwahana ngechat gue pake kata mikum? Gue membacanya berulang kali, memastikan kalau gue nggak salah baca, takutnya gue yang nggak fokus. Ternyata emang bener Luke chat gue pakai kata mikum.

Luke Triwahana: Cal
Luke Triwahana: Mikum

Calum Hood: Gimana pak?

Luke Triwahana: Gue barusan ngomong sama kaylee
Luke Triwahana: Dia setuju

Agaknya gue terkejut saat selesai membaca pesan itu. Untuk kesekian kalinya gue membaca ulang pesan itu, lagi-lagi karena nggak percaya dan takut salah baca. Gue sampai harus mengucek mata untuk memastikan yang gue baca itu benar.

Saat sudah yakin kalau gue nggak salah baca, gue menghela napas. Jadi, saat kami bertemu, Luke nggak cuma menyampaikan permintaan maaf ke gue. Dia juga menyampaikan poin-poin penting lainnya sebagai bukti kalau dia mau berubah. Salah satunya, ia ingin diberi kesempatan satu tahun lagi untuk bisa memperlakukan Kaylee dengan baik. 

"Nanti kalau satu tahun ke depan kita nggak bisa ngerasain apa-apa," Luke melihat mata gue dengan serius. "Then at that time you can use your chance."

"A chance for what?"

Luke lalu memutar kedua bola matanya dan menghela napas. "Cal, gue tahu kalau lo suka sama Kaylee. You clearly have feelings for her, I can see it from my own eyes. Go get her," ucap Luke. "Tapi tunggu sampe tahun depan. Kan pas juga tuh, lo bakal pindah tugas." Lanjutnya lalu tertawa kecil.

"Gue di Malang cuma dikontrak dua tahun doang, Luke."

Gue nggak pintar berbohong atau menyembunyikan raut wajah. Intinya, gue nggak bisa pura-pura kalem waktu Luke ngomong kayak gitu. Seharusnya gue bisa senang ketika Luke mendeklarasikan hal tersebut, seharusnya gue bisa langsung bersemangat, tapi kenapa gue malah bingung dan nggak yakin sama perasaan gue sekarang?

Fakta bahwa gue telah mengetahui Kaylee benar-benar menyayangi Luke, ditambah lagi gue yang memutuskan untuk tidak ingin bertemu dengannya lagi—gue bahkan ngomong kayak gitu langsung di depan wajahnya, semuanya berhasil membuat perasaan gue campur aduk. Bukan main, gue makin pusing, nggak tahu harus senang atau sedih.

Pekat | 5SOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang