Duduk didepan serambi depan
Katanya memecah keheningan
Tetapi lagi-lagi yang datang itu sebuah kenangan.
Dibawah tangisan sang hujan, ingin rasanya aku bicara pada rembulan.
Tetapi apa daya hanya pena yang mampu bersorak pada keadaan.Kesunyian membawaku pada ruang imaji berlebih.
Namamu selalu ada pada dinding pikiranku yang tidak pernah mengeluh untuk letih.
Lagi dan lagi namamu jadi alasan untuk merindu tanpa henti.Kini langit tertawa melihatku, bisa-bisanya pikiranku sibuk merindu dengan yang bukan miliknya.
Bercengkrama, tertawa, dan hidup bersama selamanya
kini hanya sebuah cerita yang harusnya tak pantas lagi kutulis dengan pena.
(Telah dibukukan)"Sepotong Kisah Lama"