VIII - Pekerjaan (?)

17 9 0
                                    

Jangan lupa untuk tekan tombol bintang nya dulu ya.

Jangan lupa follow aku.

Don't be a silent reader.

Selamat Membaca.

~~~~~~

Hari ini merupakan hari yang cukup melelahkan untuk Caca dan Syakira, karena kafe milik mama Caca itu sangatlah ramai, lebih ramai dari hari biasanya dan hal tersebut membuat mereka berdua turut ikut tangan dalam melayani pelanggan.

Setelah dirasa sudah lumayan sepi, Caca dan Syakira memutuskan untuk beristirahat di ruang kerja Caca.

“Maaf ya Sya lo jadi ikutan capek gini," ucap Caca merasa bersalah.

“Engga kali Ca gue malah seneng bisa bantuin lo, itung-itung sebagai balasan gue karena lo udah mau nampung gue di Jogja," jawab Syakira.

“Iya deh, btw Sya emangnya lo gak ada niatan mau berkegiatan apa gitu?” Caca mulai bertanya tentang rencana Syakira untuk kedepannya.

“Apa ya Ca? Gue juga bingung, mau kuliah juga masih ragu terus kalo kerja, ya gue kerja apaan disini,” balasnya.

“Gue cuma ngerasa gak enak aja Sya sama lo, masa lo jauh-jauh dateng ke Jogja cuma mau bantuin gue di kafe,” ujar Caca.

Syakira tersenyum, “Iya Ca nanti gue pikirin lagi deh, siapa tau gue bisa dapet pekerjaan yang sesuai sama keahlian gue.”

“Iya tuh cari pekerjaan yang bisa sesuai sama keahlian lo. Lo kan ahli di bidang kesen---“ ucapan Caca terhenti karena tiba-tiba ia teringat sesuatu.

“Kenapa Ca?” ucap Syakira bingung melihat Caca berbicara sepotong-potong.

Caca seperti baru saja menemukan sepotong ingatannya, “Gue baru inget Sya, kan lo ahli tuh di bidang nari-nari gitu nah kebetulan beberapa hari lalu temen gue tuh bilang kalo di tempat les dance milik tantenya lagi butuh pelatih.”

“Maksud lo gue jadi pelatih dance gitu?” tanya Syakira memastikan.

Caca mengangguk tanpa ragu, “Iya Sya, kan lo jago banget tuh kalau udah urusan ngedance.”

“Engga ah Ca, gue emang suka dance tapi gue kan gak jago-jago amat dance nya, nanti malah jadi gak bener lagi. Lo kan tau gue tuh sukanya yang ngajar tentang materi politik, pkn, dan sejenisnya.”

Dari kecil Syakira memang bercita-cita ingin menjadi seorang guru. Lalu saat smp, dia menyadari bahwa kemampuan otaknya sangat mendukung untuk dirinya menjadi guru pkn, atau sejenisnya. Percayalah, Syakira dapat dikatakan jenius dalam mata pelajaran itu.

“Sini coba ngomong sekali lagi gak jago-jago amat. Denger ya Sya gue tuh sahabatan sama lo dari kita masih sama-sama belom bisa ngomong R, terus juga dari sd sampe sma kita  selalu satu sekolah bahkan satu kelas. Dan gue tau nilai lo di mata pelajaran seni budaya itu selalu yang tertinggi di kelas, dari teori sampe praktek. Ya kalau kemampuan lo di matpel pkn sih gue gak mau ngomongin lagi emang lu udah ahlinya itu mah, tapi kan untuk keadaan lo sekarang jarang Sya dapetin pekerjaan dengan ngandelin kecerdasan lo di matpel pkn itu.” Ujar panjang Caca.

“Ya tapi kan---“ucap Syakira yang langsung disela oleh Caca.

“Udah deh Sya, jangan tapi-tapi an, lagian nih ya lo nanti di tes dulu kok kalo nanti kalau lo lulus tes, baru deh bisa jadi pelatihnya. Jadi gak sembarangan Sya,” ucap Caca meyakinkan Syakira “Gak ada salah nya kan lo coba dulu," tambahnya.

Tanpa mereka sadari ada seseorang yang mendengar perbincangan mereka dari luar. Karena tak mendengar suara lagi dari dalam, akhirnya orang itu memutuskan masuk ke dalam dengan mengetuk pintu terlebih dahulu.

Tok tok tok.

Caca menoleh pada pintu yang diketuh, “Masuk,” suruhnya.

Setelah mendengar ucapan Caca, orang tersebut langsung membuka pintu dan menghampiri Caca dan Syakira.

“Ada apa mba Nadine?” tanya Caca kepada orang itu yang tak lain adalah Nadine.

Nadine menyerahkan sebuah map berwarna hijau kepada Caca. “Ini Mba, aku mau kasih laporan pengunjung kafe selama seminggu ini.”

“Makasih ya mba Nadine,” ucap Caca sembari mengambil map hijau tersebut dari tangan Nadine.

“Iya mba sama-sama. Dan sebelumnya aku minta maaf nih mba Caca, mba Syakira karena sebenarnya aku gak bermaksud buat nguping pembicaraan kalian, tapi pas aku mau masuk, aku denger kalian lagi debat gitu jadi aku diem dulu dan gak sengaja denger pembicaraan kalian.”

STRUGGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang