XI - Hari Pertama

9 4 0
                                    

Jangan lupa untuk tekan tombol bintang nya dulu ya.

Jangan lupa follow aku.

Don't be a silent reader.

Selamat Membaca.

~~~~~

Apa kamu tau hal yang paling tidak aku inginkan terjadi dalam hidup ku? Saat aku hanya dapat memikirkan mu tanpa bisa melihat apalagi memilliki mu.

~~~~~

Sabtu ini menjadi waktu untuk pertama kalinya bagi Syakira menjadi pelatih dance di tempat les dance milik Tante Maura.

Waktu sudah menunjukkan pukul 14.15 WIB dan itu berarti masih ada waktu 45 menit sebelum les dimulai.

Saat ini Syakira sudah rapi dengan penampilan santai nya, ia hanya sendiri di rumah karena Caca sudah pergi ke kafe sejak pagi tadi. Setelah selesai dengan persiapannya, akhirnya Syakira berangkat menuju tempat les dance tersebut menggunakan motor matic milik Caca yang dipinjamkan untuknya.

Di Jogja ini, Caca memiliki satu mobil dan satu motor. Satu mobilnya itu selalu ia pakai jika pergi ke kafe sedangkan motornya dipakai jika ingin pergi ke suatu tempat yang berjarak dekat dari rumahnya.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 20 menit, akhirnya Syakira pun sampai di gedung tempat dia akan menjadi pelatih dance.

“Hai Syakira," sapa Anin yang melihat kedatangan Syakira.

Syakira menoleh pada Anin yang memanggilnya. "Hai Anin."

"Lo tepat waktu banget ya Sya orangnya," ujar Anin.

"Hehehe masa di hari pertama, gue udah telat aja sih, Nin."

"Iya juga ya, syukur deh kalau emang lo orang nya on time, soalnya Tante gue juga paling gak suka sama orang yang gak disiplin, Sya."

Syakira mengangguk paham. "Iya Nin, lo tenang aja, gue gak akan ngecewain Tante lo kok."

Anin mengulum senyumnya. "Iya Sya, yaudah yuk langsung masuk aja, lo kan juga harus ganti baju dulu."

"Iya, yuk."

Kedua perempuan itu masuk ke dalam gedung dengan dua lantai tersebut. Anin menuntun Syakira ke tempat dimana Syakira akan mengajar dance.

Langkah mereka pun berhenti di sebuah ruangan yang penuh dengan kaca di setiap sisi nya seperti ruang tes nya kemarin hanya saja ruangan ini lebih besar.

Dan di dalam ruangan itu sudah dipenuhi oleh banyak remaja yang sepertinya masih berusia 13-16 tahun

“Nah ini ruangan latihannya Sya, jadi nanti lo mulai dengan pemanasan dulu terus abis itu kayak gerakan-gerakan awal dan selanjutnya terserah lo aja," jelas Anin yang memang merupakan salah satu pelatih dance juga.

“Iya Nin makasih ya," balas Syakira.

Anin menganggukkan kepalanya. “Nanti kalau ada apa-apa lo bisa ke ruangan sebrang aja, itu ruangan latihan gue. Yaudah gue balik ya Sya gue juga mau ngajar soalnya."

Syakira tersenyum dan mengangguk paham. "Iya Nin, tenang aja, sekali lagi makasih ya."

"Iya sama-sama, lama-lama kenyang deh gue sama makasih dari lo," canda Anin.

"Hahaha bisa aja lo, Nin."

Setelahnya Anin pun meninggalkan ruangan dan menyisakan Syakira bersama anak-anak yang sudah menatap ke arahnya dengan tatapan berbeda-beda. Syakira pun menghampiri mereka.

“Hai semua," sapa Syakira dengan senyum ramahnya.

“Hai juga Kak." Semuanya kompak menjawab sapaan Syakira.

“Perkenalkan nama kakak Syakira, kalian bisa panggil Kak Sya atau lengkapnya Kak Syakira," ucap Syakira memperkenalkan dirinya kepada murid-muridnya.

“Nama panjang kakak siapa?” tanya salah satu murid perempuan bertubuh langsing dan cukup tinggi itu.

“Nama panjang kakak Syakira Quillina Lawoskiy," jawabnya.

“Kakak bule ya?” tanya murid lainnya.

“Iya, Kakak ada keturunan Belgia, tapi Kakak asli orang Indonesia kok. Cuma memang Papa nya Kakak asli orang Belgia, dan Mama nya Kakak asli orang Bandung."

Semua murid ber oh ria mendengar jawaban Syakira.

“Yaudah kalian pemanasan dulu ya soalnya kakak mau ganti baju dulu," ujar Syakira.

“Iya Kak."

~~~~~

“Dav, belakangan ini kok gue liatin lo kayak orang banyak pikiran sih. Cerita dong my bro," ujar Alfi sembari merangkul Davin dengan sok akrab.

Saat ini mereka sedang berada di kantin kampus karena mata kuliah mereka sudah selesai sejak dua jam yang lalu.

Davin menyingkirkan tangan Alfi. "Gue gak banyak pikiran cuma lagi mikir satu hal aja."

“Oh tapi kok kayak berat banget ya. Jangan-jangan lo mikirin cewek ya? Tapi aneh sih Dav kalau lo beneran lagi mikirin cewek, kan selama ini lo gak pernah mikirin cewek apalagi sampe ngelamun gak jelas gitu," ucap Alfi.

Davin yang mendengar ucapan Alfi pun langsung tersadar bahwa ia sudah terlalu larut memikirkan cewek itu, sedangkan selama ia memiliki pacar ia tidak pernah memikirkan pacarnya. Lalu kenapa untuk cewek ini, Davin seolah terus ditarik untuk memikirkan tentang cewek yang disebut bidadari itu.

Apa karena cewek itu sudah membuat Davin nyaman saat menatapnya dan membuat jantung Davin berdegup tak karuan saat di dekatnya? Hanya hatinya dan Tuhan lah yang tau.

“Woy malah bengong. Tuh kan lo lama-lama jadi kayak orang gak punya tujuan hidup tau gak. Btw ya, terus juga belakangan ini kok gue gak ngeliat lo gandeng cewek sih? Biasanya kan abis putus langsung ada yang baru lagi," ucap Alfi yang membuat Davin semakin pusing memikirkan apa yang sudah terjadi dengan dirinya.

“Engga tau Al, gue kayak lagi gak minat aja buat deketin cewek," jawab Davin yang membuat Alfi langsung menyemburkan minuman yang sedang diminumnya. Ia sungguh terkejut atas jawab dari sahabatnya itu.

“Apa lo bilang gak minat?" Alfi menatap Davin tak percaya. "Gila lo kesambet apaan bisa ngomong begitu."

Davin hanya mengangkat kedua bahunya, karena dia pun tak tau kenapa belakangan ini rasanya dia kehilangan rasa untuk berpacaran.

“Coba deh lo cerita sama gue Dav siapa tau gue bisa bantu," ucap Alfi dengan serius, karena hal ini merupakan hal yang sangat langka.

Davin mendengus pelan, lalu mencoba untuk menceritakannya kepada Alfi. “Jadi gini Al, lo inget kan waktu itu gue pernah cerita kalau gue ketemu sama cewek yang ngebuat jantung gue berdetak kencang gak karuan, nah dari situ gue tuh kepikiran terus sama cewek itu apalagi sama tatapannya. Tatapannya itu ngebuat gue nyaman gitu Al, terus pas kemarin kita cabut ke Minique Cafe, gak sengaja gue liat tatapan itu lagi."

Alfi terus mendengarkan cerita Davin dengan serius. Kemudian Davin kembali melanjutkan ceritanya.

“Gue liat cewek itu masuk ke dalam ruangan kerja bos nya Nadine, makanya waktu itu gue ngelamun sambil natap pintu ruangan kerja itu. Makanya pas Nadine cerita-cerita tentang bos nya itu gue langsung penasaran banget. Awalnya gue kira cewek yang gue maksud itu bos nya Nadine eh ternyata pas bos nya dateng nyamperin kita, gue jadi tau kalo dia bukan cewek yang gue maksud itu."

"Terus jadi yang lo maksud itu siapa?" tanya Alfi memotong.

"Sabar dodol, dengerin dulu."

"Hehehe iya iya maaf, yaudah lanjut."

"Nah, pas si Nadine sama si Caca itu ngomongin tentang sahabatnya Caca, gue jadi makin penasaran apalagi mereka bilang kalau sahabatnya Caca itu ada di ruangan kerja nya Caca. Dari situ gue langsung mikir apa cewek yang gue maksud itu si sahabatnya Caca, ya?"

“Oh si Syakira-syakira itu ya?" tebak Alfi yang diangguki oleh Davin.

Alfi menggeleng-gelengkan kepalanya. “Gila ya Dav gak nyangka gue kalo ternyata lo belakangan ini banyak diem karena mikirin cewek yang bahkan lo belom kenal.”

"Ya mau gimana lagi bego, gue penasaran banget sama tuh cewek."

“Yaudah gini aja deh gimana kalau kita ke kafe itu lagi, terus kita temuin deh si Syakira-syakira itu.” Alfi memberikan saran kepada Davin.

Davin mengembangkan senyum lebarnya. "Tumben lo pinter."

Yeh lo baru nyadar kalau adik ipar lo ini emang jenius," sombong Alfi.

“CALON WOY!!" ralat Davin yanv mendengar Alfi menyebut dirinya sebagai adik ipar Davin.

Alfi cengengesan. "Iya iya terserah kakak ipar aja, dianggap calon juga udah alhamdulillah banget akutuh."

Davin mendelik mendengarnya. Kok adek gue mau ya sama manusia kayak begini? Pikirnya.

~~~~~

To be continued.

~~~~~

STRUGGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang