XIV - Membuka Hati

14 2 0
                                    

Jangan lupa untuk tekan tombol bintang nya dulu ya.

Jangan lupa follow aku.

Don't be a silent reader.

Selamat Membaca.

~~~~~

Aku akan membiarkan kamu berjuang mencairkan hati yang beku ini, namun jika kamu tak dapat menjaganya dengan baik, maaf tak ada kesempatan kedua untuk menggenggamnya lagi.

Bayangan tentang bejatnya seorang Raka di masa lalunya, membuat Syakira selalu bersikap dingin kepada laki-laki yang mendekatinya.

Dulu, dia bahkan sempat mengalami trauma kepada makhluk berjenis laki-laki, namun berkat dukungan dari semua orang terdekatnya, Syakira pun berhasil sembuh dari trauma nya itu.

Butuh satu tahun untuk Syakira dapat pulih dari traumanya, segala pengobatan dan terapi ia lakukan untuk memulihkan mentalnya yang terpuruk sangat dalam akibat kelakuan mantan brengseknya itu.

Walaupun bukan Syakira yang menerima dampak dari perbuatan Raka, bukan berarti Syakira tidak merasa apa-apa, justru dia yang paling merasa terpuruk, karena yang mengalaminya adalah sahabat dekatnya sendiri. Dan Syakira juga dilingkupi rasa bersalah atas kejadian tersebut.

Seharusnya aku, bukan Bela. Batinnya saat itu.

Mengingat semua yang terjadi di masa lalu membuat Syakira sangat merindukan sahabatnya, Bela. Semua terasa berbeda saat Bela meninggalkan dirinya dan juga Caca. Maklum, karena mereka bertiga selalu bersama dan bersahabat sejak kecil.

Syakira menatap langit yang tak lagi terang dan taburan bintang yang menghiasinya. Hembusan angin malam yang dingin menusuk kulit Syakira yang saat ini sedang berdiri di balkon kamarnya.

Perempuan itu dikejutkan dengan kedatangan Caca yang menepuk bahunya.

"Kenapa Sya, lagi ada yang dipikirin?"

Syakira menggelengkan kepalanya dan menunjuk salah satu bintang di langit. “Itu Bela kan ya Ca? Dia kangen gak ya sama kita, Ca?"

Raut wajah rindu dan sedih yang mendalam terpampang di wajah Syakira yang tengah menatap satu bintang yang bersinar paling terang di antara yang lainnya.

Caca mengikuti arah pandangan Syakira. “Dia pasti kangen Sya sama kita, tapi dia udah bahagia di surga.”

“Gue kangen banget Ca sama Bela, gue kangen kita jalan bertiga, begadang bertiga, isengin orang bertiga.....”

Syakira menahan ucapannya karena sesak menjalar di dadanya saat, ini selalu terjadi saat ia mengingat kenangan dirinya bersama dua sahabatnya itu.

“Terus kita juga sama-sama bikin impian kalau nanti kita udah lulus sma, kita bakal travelling bareng bertiga, kita bakal tetanggaan kalo kita udah nikah nanti, kita bakal---"

Caca sontak memeluk sahabatnya itu dengan erat, Syakira pun langsung menumpahkan air matanya di pelukan Caca.

”Gue juga kangen semua masa-masa kita bertiga Sya, tapi inget kita itu cuma manusia biasa yang hanya bisa berencana dan Allah yang menentukan. Kita harus menerima semua yang sudah Allah takdir kan untuk kita, dan Bela. Bela meninggalkan kita lebih dulu itu karena takdir Allah. Allah terlalu sayang sama Bela, Sya, makanya dia jemput Bela duluan. Jangan sedih lagi ya gue paling gak bisa liat lo nangis, kalau di atas sana Bela ngeliat lo nangis pasti dia sedih deh. Lo mau liat disana dia sedih?” Caca merasakan jika Syakira menggelengkan kepalanya.

“Makanya lo jangan sedih lagi ya, tugas kita sekarang tuh selalu berdoa buat Bela.” Caca melepaskan pelukannya lalu menatap sahabatnya yang bermata sembab itu.

STRUGGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang