Dering alarm memenuhi ruang lift yang sedang berjalan turun. Suasana lengang dan mencekam diisi oleh dua orang dengan aktivitas ganjil. Joohyun disana dengan tubuh yang terpojok ke sisi dinding, cekikan si wanita asing mengerat menekan leher.
Wajah Joohyun memucat berusaha menggapai udara, melepaskan cengkeraman yang tak bergerak dari bagian lehernya sementara tangan satu si ibu hamil menahan bagian depan perut.
Lift berjalan terasa lambat. Bunyi peringatan masih berdering keras seolah beradu dengan kekuatan cekikan bengis. Hasrat membunuh wanita asing itu tampak berkilat-kilat dari maniknya.
-
-
-Joohyun akan menggeleng lugu ketika ditanya bagaimana tentang lelaki idealnya. Ia selalu berharap bahwa kehidupan yang dijalaninya akan serupa kisah-kisah klasik yang menceritakan plot happy ending.
Joohyun hanyalah seorang gadis biasa yang begitu naif kala itu. Menganggap Chanyeol sebagai sosok suami yang sudah sepatutnya ia melayaninya sebagaimana seorang istri yang baik.
Pada malam pertama yang ia lewati dengan cukup tragis. Menuruti bagaimana Chanyeol memperlakukannya di ranjang. Satu minggu kepergian pria Park itu ke Dubai, memberi kesempatan pada Joohyun untuk berkutat sendiri dengan beragam pemikiran.
Bahwa kehidupan pernikahan tak sesederhana yang ia impikan.-
-
Dengung alarm yang berdering keras menyelamatkan Joohyun di hari yang cukup naas itu. Lift berhenti di lantai dasar dan dibuka dengan paksa. Security berhasil meringkus wanita misterius yang justru tertawa puas menyaksikan Joohyun yang meluruh lemas akibat cekikannya.Seulgi menghampiri, tergopoh meraih kesadaran Joohyun, si ibu hamil terbatuk berusaha menghirup udara lebih banyak.
Pelayan dengan monolid unik itu memekik histeris mendapati bekas cekikan meninggalkan jejak merah serta beberapa luka cakaran yang mengeluarkan darah.Kesadaran Joohyun menghilang ditengah usahanya yang tak henti meraba bagian perut. Seolah memberikan perlindungan kepada bayinya.
Jaejoong berdiri disana dengan sebentuk penyesalan dan perasaan bersalah.
-
-
-"Ceritakan tentang dia , Chanyeol-ssi."
Alis Chanyeol bertaut mendengar permintaan aneh Joohyun. Ada helaan nafas yang terhembus putus asa.
"Wae? Itu bukan cerita yang indah untuk diceritakan."
Chanyeol mendekap tubuh Joohyun, merapatkan buku-buku jari keduanya. Pandangan menerawang kosong langit jingga yang menggelap. Tersenyum pahit kala menyadari mendiang istrinya dulu sudah bahagia diatas sana.
"Mianhae Joohyun-ieㅡ"
Ia mengungkap lemah."Ahh ssh." Ibu hamil mendesis ngilu menyentuh bagian perut. Wajahnya menegang. Bayi-bayinya bergerak cukup aktif belakangan.
"Mereka ingin aku memindahkan Eomma-nya ke kamar."
Chanyeol terkekeh kecil. Mendekat menyatukan bibirnya dengan belah lembut milik Joohyun. Melumat dengan gerakan lembut yang rupanya tak diantisipasi oleh si ibu hamil. Chanyeol tersenyum menghentikan lumatannya ketika wajah Joohyun cukup memerah dengan nafas memburu.
Dekapan seputar lengan Joohyun berganti dengan membimbingnya untuk melingkari diseputar pinggang.Joohyun menatap wajah sang suami dengan sorot haru. Memastikan berkali-kali bahwa pendengarannya tidak salah. Ia pikir selama ini Chanyeol tidak pernah memeriksa hasil usg-nya.
"Mereka lucu sekali." Chanyeol mengingat setiap detil dua wajah dalam usg yang dibukanya tadi malam. Bayi kembarnya tampak bergelung nyaman dan tumbuh dengan baik di dalam perut sang ibu.
"Aku sudah melihatnya. Maaf. Aku tahu ini sudah terlambat. Maafkan Appa." Menatap sendu perut buncit Joohyun.
"Besok kita akan memeriksakan kandunganmu. Aku akan menemanimu."
-
-
-
Chanyeol berusaha tidak menenggak alkohol jenis apapun mengatasi masalah yang ditimbulkan perusahaannya kali ini.Ia baru kembali ke mansion ketika petang sudah lewat. Permasalahan perusahaan belum benar-benar tuntas saat ia mengabaikan panggilan masuk yang memenuhi notifikasi ponselnya.
Memilih untuk menenangkan diri yang cukup singkat dengan rendaman air hangat. Keheningan yang mengisi istananya bukan hal baru. Tetapi untuk kali ini berjejal urusan yang memenuhi kepala membuatnya sedikit kehilangan sikap awas.Pukul 7 lewat Chanyeol masih disibukkan dengan beberapa berkas yang harus diperiksa.
Tabnya menyala menunjukkan panggilan face time.
Jeda sesaat sebelum wajah Taeyong menghiasi layar, senyum khas merekah. Basa-basi sejenak antara kakak beradik itu terjadi sebelum pembicaraan mengalir lebih serius.Taeyong selalu bersikap manis yang sanggup membuat Chanyeol menunjukkan seberkas senyum. Rasanya begitu berbeda mengingat bagaimana masa lalu Taeyong dulu sebelum ia mengangkatnya sebagai saudara, seorang adik yang selalu ia impikan semasa kecil dulu.
Pembicaraan itu kemudian ditutup dengan satu pesan sederhana dari sang adik. Wajah lelah Chanyeol memperlihatkan segalanya tanpa perlu dijabarkan.
"Jaga dirimu, hyung."
Seberkas senyum tipis tahu kemana harus ditujukan. Pandangan Chanyeol bergulir mengarah menuju laci dimana tersimpan semua hasil pemeriksaan kehamilan Joohyun.
Usg terakhir yang menunjukkan perkembangan bayi kembarnya berhasil menerbangkan kupu-kupu di perut. Perasaan membuncah haru memenuhi dada tatkala jemari besar menghusap lembut dua wujud bayi dalam bentuk hasil cetak tiga dimensi. Sejak semalam gelenyar aneh, naluri sebagai seorang ayah dari bayi kembarnya masihlah sama.
Rasa menyesal menyeruak, kenapa ia tak pernah peduli sejak awal pemeriksaan. Pria Park itu selalu bersikap biasa meskipun merasakan tendangan berbeda saat ia meletakkan tangannya di perut Joohyun.
"Appamu pengecut ya." Tersenyum miris membatin seorang diri menatap bayi kembar.
Getaran berkali-kali dari ponsel kali ini membuat Chanyeol terusik. Ia masih memegang hasil cetak pemeriksaan si kembar ketika satu pesan membuat dirinya yang sempat membumbung tinggi seakan dihempas begitu saja.
Alamat rumah sakit dan Joohyun. Lalu bayi kembarnya.
Bangkit dari kursi dengan kasar, di ambang pintu ruang kerja salah seorang pelayan yang berdiri dengan seseorang lain membuatnya urung bergegas pergi.
Atau mungkin setelah ini ia tidak bisa menyembunyikan apapun lagi.Melangkah menghampiri pria paruh baya dimana gennya diwariskan.
"Appa.."
-
-
-Kebisuan mengisi antara anak dan ayah di bangsal rumah sakit sebelum sebuah suara memecah keheningan.
Chanyeol meluruh berlutut bersimpuh didepan Tuan Park. Tubuhnya bergetar karena tahu apa yang telah dilewati wanita pendamping hidupnya didalam ruangan putih disana.
"Appa maafkan aku Appa.. Aku gagal. Aku gagal menjaga istriku lagi."
Tangan pria yang sudah melewati lebih dari usia separuh abad itu mendarat lembut pada bahu anak semata wayang. Senyum rentanya masih teduh, belum berubah, menyiratkan betapa banyak cerita hidup yang telah ia lalui.
"Kau sudah melakukannya dengan baik nae adeul."
Tuan Park memberinya semangat. Biar bagaimanapun ia adalah orang tua yang selama ini menjadi saksi perjalanan pahit Chanyeol.
Tuan Park pernah melihat kondisi Chanyeol yang jauh lebih menyedihkan daripada sekarang dan sejak saat itu ia berjanji tak akan membiarkannya terulang."Temui istrimu. Temui Joohyun, Chanyeol-ah. Joohyun dan anak kalian membutuhkanmu."
-
-
-
26/5/2020
Gajadi end 😢
Ada yang nungguin ini?
Vote & Comment dulu boleh yah? Semoga bisa jadi penyemangat segera UP lagi kayak Empress Bae hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑷𝑶𝑺𝑺𝑬𝑺𝑺𝑰𝑽𝑬 𝑴𝑨𝑵 ㅡ 𝐶ℎ𝑎𝑛𝑅𝑒𝑛𝑒
Romance2nd story presented from Short Cake ! ChanRene ! Marriage-Romance Park Chanyeol seorang duda kaya yang memiliki kelainan terhadap seks. Mengakhiri masa dudanya dengan Bae Joohyun, gadis lugu dan polos dari sebuah panti asuhan tempatnya melakukan don...