Mark's Love Story : Part 1

715 64 4
                                    

February 2012, Switzerland || 23.45

Kobaran api memakan seluruh bangunan besar itu tanpa sisa. Semua orang berada di halaman meratapi, menangis, berteriak melihat tempat tinggal mereka sudah tidak ada lagi. Memikirkan kemana mereka harus tidur malam ini. Tidak ada yang bisa menolong karena bangunan itu berada di tengah hutan yang tidak banyak dihuni orang-orang. Jadi mereka hanya dapat menunggu hingga pemadam kebakaran datang.

Seorang gadis memegangi kedua boneka kesayangannya saat menatap gedung itu terbakar habis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang gadis memegangi kedua boneka kesayangannya saat menatap gedung itu terbakar habis. Malam itu mereka hanya diterangi cahaya dari api. Namun dapat terlihat dengan jelas melihat betapa kotor dan lemahnya gadis kecil itu. Jika bukan karena boneka ini, ia mungkin tidak akan terluka dan nekat masuk kembali ke dalam kamarnya.

"Amor sayang, ayo kita pergi nak. Kita harus mencari tempat beristirahat untukmu dan yang lainnya." Ujar seorang wanita paruh baya yang berlutut di depannya.

Wanita yang kini mengusap darah yang menetes dari dahi gadis kecil dipanggil Amor itu dengan lengan bajunya. Sementara Amor sendiri hanya dapat mengangguk lemah menuruti. Saat ia berjalan menuju bus, gadis itu menoleh ke sebuah rumah lain yang kini tidak berpenghuni di sebelah tempat tinggalnya. Tapi tubuhnya terangkat ke dalam dekapan wanita lain untuk masuk ke dalam bus. Gadis itu dibaringkan pada kursi paling belakang karena butuh istirahat.

"Aku akan kembali. Aku berjanji. Tidak akan lama. Saat aku kembali, aku akan memiliki dan menikahimu seperti yang kita janjikan."

Suara terakhir yang gadis itu dengar menggema di kepalanya sebelum kegelapan menelan kesadarannya.

.

***

.

After 4 Years || West Boylston, Massachusetts, Amerika Serikat (21.45)

"Apa masih belum ada perkembangan?"

"Hari ini data berisi nama yang Anda sebutkan masih belum ditemukan, Tuan."

Seorang pria yang tadi menatap jalanan dari penthouse-nya, kini sudah memegang kerah pria lain yang melaporkan informasi yang sudah terbiasa ia dengar. Gelas wine yang ia pegang, kini sudah menjadi pecahan kaca di lantai sebagai pelampiasan kemarahan. Mata pria itu memerah dengan tubuh bergetar tapi masih sanggup membuat orang lain ketakutan.

"Aku tidak peduli. Itu bukan jawaban yang aku inginkan. Temukan dia meski nyawa menjadi taruhannya. Aku akan membayar nyawa itu berapapun sampai kau benar-benar menemukannya!" teriak pria itu dengan sangat keras. Terlihat sangat frustasi sampai akan menghancurkan apapun yang ada di hadapannya.

"Aku akan berusaha Tuan."

"Jangan hanya keluarkan omong kosong itu! Sampai gadis itu benar-benar berada di depanku, aku tidak akan berhenti membuat kalian tersiksa. Camkan itu!" geram pria itu sambil melepaskan kerah pegawainya tadi dengan kasar. Kembali ke kursinya dengan tubuh yang bergetar hebat menahan amarah yang tidak bisa ia sampaikan hanya dengan kata-kata saja.

The Love Story of TripletsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang