Happy Reading and don't forget to vote... 😉😉😉
.
.
.
Hari kedua, ketiga, hingga mencapai hitungan seminggu Bella terus menunggu pria itu di depan gedung. Sebelum pergi sekolah, saat orang-orang berangkat kerja dan sepulang sekolah. Tapi respon yang ia dapat tetap sama. Pria itu tetap menjawab dengan ekspresi, ucapan, dan juga tindakan yang sama.
Rintik hujan perlahan membasahi tanah saat matahari sudah mulai tenggelam. Bella mengusap lengannya agar tetap hangat. Gadis itu berpikir, bahkan cuaca juga tidak mendukung usahanya. Kenapa semuanya menjadi sulit hanya karena pria itu menjawab tidak saja saat ditanya.
Saat mobil yang gadis itu kenal berhenti di depan gedung, dengan cepat ia berlari menyusul. Namun Mark keluar dengan cepat dan masuk ke dalam gedung tanpa menatapnya sama sekali. Sial sekali!
"Kau pikir aku akan menyerah, kan? Sampai malam akan kutunggu. Sampai kau benar-benar memikirkan jawaban dari pertanyaanku." Ujar Bella dengan ekspresinya yang kecewa, namun ada tekad kuat yang terlihat di sana.
Gadis itu kembali ke tempatnya tadi berdiri menunggu. Bersandar di dinding kaca tebal dengan atap tinggi yang melindungi hujan. Seminggu bukanlah waktu yang lama. Itu baru permulaan. Sudah berapa lama ia menunggu? Setahun pun masih terasa singkat karenanya.
Tapi seiring berjalannya waktu, gelap pun kini sudah menyapa dunia. Bella masih menunggu dengan berjongkok di depan gedung. Kakinya sudah keram, tubuhnya menggigil, dan ia kelaparan.
"Apa aku bodoh ya?" lirih gadis itu mengerut kesal.
"Ya, Anda terlihat bodoh, nona." Suara seseorang membuat Bella mendongkak cepat. Berharap itu adalah Mark, tapi gadis itu kembali lesu saat menyadari itu adalah sesuatu yang mustahil dan kembali menunduk.
"Saya Jay, Jay Parker. Pengawal pribadi Tuan Mark." Ujar pria itu─memperkenalkan dirinya.
"Pengawal Mark? Apa dia menyuruhmu ke sini?" tanya Bella berdiri dengan cepat, menghiraukan kakinya yang keram dan sakit.
"Tidak nona. Tuan Mark saat ini tengah sibuk. Dia tidak akan keluar karena dia akan menginap. Sebaiknya Anda kembali." jawab pria itu dengan sangat sopan.
Bella menunduk dan menghela nafasnya kecewa. Gadis itu merogoh tasnya dan memberikan bingkisan kepada pria di depannya. Pria itu menerima bingkisan itu dengan bingung.
"Aku minta tolong berikan ini, boleh? Tapi katakan bukan aku yang mengirim. Dia bisa membuangnya lagi seperti hari-hari yang lalu. Please." Ujar Bella dengan ekspresi yang putus asa.
"Saya sudah memperhatikan Anda beberapa hari ini. Tapi, bukanlah ide yang baik untuk mendekati Tuan Mark. Anda bisa terluka." Ujar Jay menatap Bella khawatir. Tapi gadis itu tersenyum setelah merenungi ucapan pria di depannya.
"Tidak. Mark bukan orang yang ingin melukaiku. Pasti terjadi sesuatu." Gumam Bella yang hanya dapat di dengar oleh dirinya sendiri.
"Aku percayakan kepadamu Jay. Terimakasih banyak." Ujar Bella sebelum menembus hujan dan mencari kendaraan yang dapat membawanya pulang.
***
"Dia tidak menyerah, huh?" ucap Mark saat Jay meletakkan sebuah bingkisan di atas meja pria itu. Matanya hanya menatap kantong itu sebentar sebelum kembali menatap layar komputer.
"Saya pikir melihat bingkisan ini bukanlah hal yang..."
"Singkirkan!" potong Mark cepat.
"Kau tahu aku tidak suka dengan hal-hal seperti ini. Melihatnya setiap hari di depan gedung membuatku jenuh. Menanyakan hal yang sama dan membuatku benar-benar terganggu." ujar Mark menggumam. Ekspresinya datar seperti biasa, namun pria itu terlihat lebih emosi dibandingkan biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Love Story of Triplets
RomanceCerita cinta (full romance) masing-masing kembar tiga Keluarga Rodriguez. Mark, Matt, dan Marcus. . . . Update once in 3 days.... Happy Reading 📖 . ### - Mark & Amor Story - [Completed] ✔ - Matt ➡️ Soon