Mark's Love Story : Part 2

469 55 3
                                    

Happy Reading!!!

.

.

.

03.00 pm || The Rodriguez Corporation

Bella menelan ludahnya gugup menatap gedung pancakar yang sangat tinggi di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bella menelan ludahnya gugup menatap gedung pancakar yang sangat tinggi di depannya. Ia merasa ragu akan menemukan Mark di tempat ini. Tempat ini mungkin ada ratusan ribu orang di dalamnya. Beberapa orang bahkan menatapnya dengan tatapan heran. Tentu saja, apa yang dilakukan siswi dengan seragam sekolah menatap gedung yang besar itu.

Perusahaan terbesar di dunia yang selalu di ceritakan ayahnya. Ia hanya tahu bahwa perusahaan ini bergerak di banyak bidang. Tidak ada petunjuk sama sekali yang bisa ia temukan mengenai Mark.

"Kau bisa melakukannya, Bella!" lirih gadis itu menyemangati dirinya sendiri.

Langkah kaki kecil itu sedikit ragu tapi masih membawanya ke meja resepsionis bagian depan. Dimana beberapa wanita yang tersenyum menunggunya datang bertanya. Bella pun membalas senyum salah satu dari mereka. Senyum yang terlihat canggung, namun mencoba untuk menepis kecemasannya.

"Ada yang bisa saya bantu, Nona?" tanya wanita itu saat Bella sudah berada di depannya.

"Uhm, aku mencari seseorang yang bernama Mark Jonathan. Apakah ia ada?" Bella kembali tersenyum ragu karena tidak yakin pertanyaannya ini benar atau tidak, sopan atau tidak. Meskipun ia hanya seorang siswa, ia juga tahu ada prosedur saat mencari seseorang. Apalagi di perusahaan besar seperti ini. Tapi hanya ini jalannya.

"Maksud Anda direktur kami?"

"Direktur?"

"Ya, nona. Mr. Rodriguez tidak dapat ditemui tanpa janji. Anda harus membuatnya terlebih dahulu." Ujar wanita itu yang tersenyum remeh saat membalas pertanyaan Bella. Gadis itu bukannya tidak tahu bahwa wanita resepsionis ini mengira dirinya menanyakan sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Jadi yang bisa ia lakukan hanya bermuka tebal dan tetap bertanya.

"Bagaimana caranya?"

"Apa Anda punya urusan yang berhubungan dengan bisnis?"

"Tidak" jawab Bella ragu-ragu.

"Kalau begitu karena urusan pribadi?" tanya wanita itu lagi dengan nada suara yang berusaha sabar tapi entah mengapa terasa ketus dan meremehkan. Senyumnya bahkan terlihat memaksa.

"Aku pikir begitu."

"Kalau begitu Anda tidak bisa membuat janji, Nona. Jika itu urusan pribadi, Anda bisa langsung menghubungi Mr. Rodriguez secara pribadi dan kami akan mengkonfirmasinya." Ujar wanita itu dengan cepat lalu mengalihkan pandangannya ke layar monitor kembali tanpa memperdulikan jawaban Bella.

Sekarang gadis itu hanya dapat menunduk dengan bibirnya yang cemberut. Bella hanya ingin memastikan sesuatu dari pria itu. Kejadian kemarin membuatnya tidak bisa tidur. Apa benar pria itu tidak mengenalnya, atau memang melupakannya. Semua terasa semakin sulit. Tapi apa yang bisa dilakukannya.

Dengan kecewa Bella melangkahkan kakinya keluar gedung. Ia melihat keadaan sekitar yang masih ramai di lalui orang untuk berjalan. Beberapa orang juga bergantian masuk dan keluar gedung perusahaan ini. Hal yang membuat gadis itu menyadari sesuatu.

"Dia pasti akan masuk atau keluar dari gedung ini." ujar Bella yang kini tersenyum menemukan cara untuk bertemu pria itu lagi. Gadis itu berjalan mundur dan menyandarkan tubuhnya pada tiang besar di sana. Menatap pintu masuk itu antusias dengan harapan ia akan bertemu lagi dengan Mark

***

Bella menatap jam tangannya yang menunjukkan pukul 05.45 pm. Dia yang tadi masih bersemangat menunggu, kini sudah berjongkok dan terlihat bosan. Gadis itu bahkan tidak terlihat lelah meski hampir empat jam menunggu seseorang yang mungkin tidak bisa ia temui. Tapi bagaimana lagi? Tekad gadis itu lebih kuat dari fisiknya. Tidak ada yang bisa menghentikan.

Seperti sihir, saat itu juga Tuhan seakan menjawab doanya. Bella berdiri dengan cepat saat melihat seorang pria yang tidak asing turun dari mobilnya. Gadis itu tersenyum sebelum berlari dengan cepat ke arah pria itu. Jantungnya pun seakan ikut berlomba dengan berdetak dengan kencang. Perasaan menggebu karena ingin memastikan sesuatu.

"Tunggu." Ujar Bella setelah berhasil menggapai lengan pria itu lagi. Ia dapat melihat ekspresi terkejut dari raut pria di depannya, namun itu tidak mempengaruhi gadis itu untuk mengatakan apa yang ditahannya selama ini.

"Aku boleh berbicara denganmu?" tanya Bella dengan penuh harap.

Pria itu memiringkan kepalanya dengan dahi yang berkerut. Ia mengenal gadis ini. Gadis yang sama yang juga menahan lengannya kemarin di sekolah. Entah bagaimana ia berada di sini.

"Kau lagi?" suara rendah itu terdengar sangat datar dan kebingungan.

"Please? Aku hanya ingin menanyakan sesuatu." Ujar Bella dengan penuh harap.

Pria itu menatap tangan Bella yang masih menahannya. Melepaskan pegangan itu dan menghela nafas kasar. Seolah dia telah mengalami hari yang berat, dan kehadiran gadis itu seakan semakin memperburuk harinya.

"Katakan." Ujar pria itu dengan suaranya yang datar.

"Sepuluh tahun yang lalu, panti asuhan Rainbow, Swiss, dan aku. Apa kau mengingatnya?" tanya Bella dengan penuh harap. Nafas gadis itu tertahan saat menunggu jawaban. Jantungnya juga berdetak dengan cepat dan kasar.

"Tidak." Ujar pria itu dengan datar, lalu berlalu meninggalkan Bella tanpa sepatah katapun. Pria itu bahkan seperti tidak perlu repot mencoba untuk mengingat.

Bella yang tadi terpaku─menoleh ke belakang, menatap punggung pria itu yang kini perlahan menjauh dan menghilang. Mencoba menerka sesuatu, yang hilang dari pria itu. Tapi ia hanya bisa menggigit bibir dan mendesah kesal.

"Aku tidak akan menyerah. Dia adalah orang yang sama. Pasti sesuatu terjadi." Lirih Bella yang kini terlihat lebih lesu dan lelah di bandingkan dengan tadi saat ia menunggu.

.

.

.

.

TBC

Maaf kalo pendek. Tapi next part bakal di post besok kok hehe... see you...

😉😉😉

Jangan lupa ⭐ dan 💬 ya hehe

The Love Story of TripletsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang