6. Sesuatu

340 261 102
                                    

- semuanya akan berlalu jika kamu membiarkannya-

"gimana sekolah kamu?" Tanya ayahnya

"seru kok, aku banyak dapet temen juga" ucap Maya sembari mengunyah makanan

"Tika gimana di sekolah barunya?, om Barak pasti bangga ya kamu bisa masuk sekolah terbaik, bagus kamu gak sia-sia in masa depan kamu Tik"

"ya gitu lah om" jawab Tika

Maya tau betul arti dari ucapan ayahnya sangat menyidir, tapi dia berusaha untuk tidak memperdulikan perkataan ayahnya itu.

Semenjak maya masuk sekolah keluarganya jadi begitu dingin terhadapnya, mungkin ini adalah tujuan Tika datang kesini, membuatnya seperti tidak ada.

ya ya ya selamat lo berhasil ambil hati ayah, Maya sama sekali tidak ingin menyulut emosi Tika, itu hanya akan membuat citra buruk di depan ayahnya, toh masuk kejuruan adalah pilihannya, bagaimana mungkin dia menyalahkan Tika, Tika hanyalah satu dari banyaknya alasan dia mengganti sekolah.

sekarang gue lebih unggul May, Tika senang om Ginanjar jadi tak begitu memperhatikan putri kesayangannya itu. Dia memang sangat mengharapkannya

Keduanya hanya saling menantap tajam sembari menggerutu dalam hati, Maya tahu apa yang di inginkan Tika. Sifatnya sama sekali belum berubah dari dulu. Menghadapinya dengan cara yang sama takkan membuatnya menang.

"Maya pergi dulu"

"ayah gak bisa anter kamu" jawab ayahnya

"gak apa-apa yah, aku bisa pergi bareng Dion sama Alan naik taksi " Maya pergi tanpa memberikan ciuman hangat pada ayahnya yang seperti biasa ia lakukan.

Bad reaction, gak seperti yang gue harapin. diluar dugaan Tika, reaksi yang diberikan Maya membuat rasa senang yang muncul seketika hilang. Harusnya lo marah kaya dulu, apaan nih maya yang dulu pergi kemana?.

"Yah bukannya Ayah terlalu keras sama Maya, dia udah pilih jalan hidupnya, Ayah gak bisa terus maksa dia buat ikut kemauan Ayah" ucap Gibran, kali ini sikap Ayahnya benar-benar membuatnya angkat suara, adiknya Maya sedari kecil selalu dituntut menjadi apa yang Ginanjar mau.

"Ayah cuman mau yang terbaik buat Maya Ran, nilai dia besar tapi buat apa dia sia-sia in hidup di dapur, percuma dia punya otak pinter lebih baik kasih otaknya itu buat orang lain" balas ayahnya tegas tanpa keraguan

Perdebatan ini membuat senyum simpul di wajah Tika mekar, yah setidaknya point pentingnya gue dapetin bye bye May.

***

Alan dan dion sudah menunggunya di depan rumah berharap orang yang mereka tunggu itu keluar. Rasanya kini Maya seperti seorang tuan putri dia memiliki dua pengawal yang selalu ada untuknya.

"kenapa muka lu di tekuk, makin jelek aja" Tanya Alan

"diem gue kesel banget" jawab Maya ketus

"Ayah lo yah" ucap Alan lirih

"ya gitu lah, mana duit buat naik taksi sini kumpulin, cepet" jawab maya mengalihkan pembicaraan, dia tak ingin masalahnya membuat orang di sekellilingnya jadi berasa iba padanya, itu sama sekali bukan Maya.

"gue cuman bekel lima puluh ribu May" jawab Dion.

"gue juga cuman tiga puluh ribu, tadi ibu gak ngasih gue bekel, ini sisa yang kemaren"

"tenang kawan-kawanku, gue ada dua ratus ribu, biar hari ini kakak yang bayar yah" timpalnya sembari menunjukan dompet dengan gembira

"apaan bego itu cuman gocap mata lu minus ya" balas maya emosi

between usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang