18. Amarah

29 7 23
                                    


~ happy reading ~

Dion terus memainkan konsol gamenya tanpa henti, ia bahkan tak memberi jeda sedikitpun. Tubuhnya memang sedang berada dirumah, tetapi pikirannya entah melayang kemana. Ia sama sekali tak bisa fokus memainkan game didepannya.

Setiap game dimulai ia selalu memberikan semangat dan performa penuh agar bisa mengalahkan siapapun yang melawannya. Entah karena apa ia jadi malas melakukann apapun, penat dan mudah lelah itu yang di rasakannya sekarang.

"Maen yang bener dong anjir, kalah kan jadinya" Alan melempar konsol game, ia kesal harusnya ini jadi kerjasama tim yang bagus, ada apa dengan sahabatnya kali ini.

"Gue kedapur bentar" Ucapnya lirih sambil melalui Alan seperti tak ada dosa.

"Bawain jus sekalian" teriak Alan bergema.

Dion ingin sekali memasuki otaknya dan membakar semua pikiran yang tak seharusnya berlabuh di kepalanya itu. Nama Maya terus bergeming dalam pikirannya. Seolah ia sama sekali tak sudi memberi jalan untuk sahabatnya itu.

Ia kembali duduk di ruang tamu dengan sebuah cemilan dan soda di tangannya. Tatapannya tertuju pada layar besar di hadapannya. Tiba-tiba siaran tv tersebut berubah menjadi adegan romantis antara Maya dan Bian.

"Apaan sih anjir" kesalnya namun tak begitu terdengar oleh Alan yang duduk di sampingnya karena suaranya tertutup oleh backsound game yang kencang.

Dion mengusap usap wajahnya beberapa kali mencoba membangunkan kembali kesadarannya yang semula hilang. Ia memasukan beberapa cemilan kemulutnya hingga pipinya mengembung penuh oleh makanan.

"Barusan lu ngomong apa, gue gak denger"

"hakak, ugha lu maeng agaha" balasnya tak jelas karena mulutnya penuh dengan makanan.

"makan dulu anjir baru ngomong, gak paham gue" teriak Alan sambil melemparkan bantal kecil tepat mengenai wajah Dion.

Dion kesal, sangat kesal. Ia membuka lebar-lebar kantong snack yang di pegangnya, membuka mulutnya sangat lebar dan memasukan snack hingga memenuhi mulut nya. Ia mengunyahnya dengan malas. Tak lupa ia juga membuka tutup soda dan menegaknya habis sekaligus.

"Santai aja makannya, gue gak bakalam minta" Balas Alan sambil terkekeh sendiri melihat tinggkah Dion.

"Lang, kagahnya gueh suak magha" Ucapnya sambil memberikan tatapan kosong sembari mengunyah makanan yang ada di mulutnya.

Alan yang kesal karena terus tak paham dengan ucapan sahabatnya itu, lalu bergegas mengambil air putih dan menengakkannya langsung kedalam mulut Dion.

Dion tersedak karena sekaligus menelan makanan dan air minum. Lalu tubuhnya mulai memberikan reaksi batuk batuk. Ia menepuk-nepuk dada sebelah kirinya untuk membuat rongga dadanya kembali menghirup udara.

"Setan ya lu, kalo gue mati gagara kehabisan nafas gimana anjir"

"Udah sadar lu sekarang, ngomong apa hah barusan?" Tanya Alan sambil menompang kedua tangannya di pinggang.

"Emang barusan gue ngomong apa?" Dion yang masih tak paham dengan ucapan Alan. Ia kembali mengingat ucapannya.

Alan yang tak mau mengambil pusing ucapan Dion dan bergegas pergi ke dapur mengambil camilan untuk dirinya. Alan sadar ia mendengarnya samar samar meski ucapan Dion tak begitu jelas tapi ia sediripun yakin dengan apa yang di dengarnya.

Dion baru menyadari ucapannya barusan, ia tak menyangka bisa mengucapkannya. Pantas Alan bersikap seperti orang gila.

"Lan jangan bilang lu denger"

between usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang