3. she is come

383 272 96
                                    

- not everyone can change-

Hal yang tidak diinginkan kedua kakak beradik tersebut akhirnya terjadi, Tika akan datang dan menetap dirumahnya.

Sedari pagi Maya melarikan diri kerumah Dion, dia berusaha menentang keputusan ayahnya tapi hal tersebut tidak terjadi.
Akhirnya dia memberanikan diri dan kembali kerumah.

“aku pulang” sembari membuka pintu.

“bwuahahaha katanya mau kabur, tapi kok balik lagi sih” ejek Gibran

Maya sangat tidak menyukai kakaknya, tapi tidak bisa mengalahkan rasa tidak sukanya terhadap Tika. semenyebalkan apapun Gibran, baginya itu hanya sebuah ucapan tengil seorang kakak.

Dia tidak menghiraukan ucapan kakaknya dan langsung berlari ke kamarnya, tapi dia terkejut melihat keadaan kamarnya sekarang.

“ibu kenapa ada dua kasur, terus ada lemari baru juga” teriak Maya dari dalam kamar.

“Tika tidurnya bareng kamu yah, soalnya kamar di belakang kan udah dijadiin gudang”

what the hell?, Seketika nafasnya tertahan beberapa saat, matanya membulat jantungnya pun seakan berhenti berdetak. dia tidak berfikir bahwa Tika akan tidur sekamar dengannya. Sungguh mimpi buruk apa yang menimpanya.

“A-Apa, kenapa ibu gak bilang dulu ke Maya” Maya menggebrak pintu kamarnya dan berlari ke arah Ibunya, dia membentaknya habis-habisan.

“ibu udah bilang kemarin, tapi ibu denger kamu setel music kenceng banget yah pasti gak kedenger, terus tadi pagi mau bilang kamu kabur kerumah Dion”

“ahh sial, aku gak mau sekamar sama Tika bu” Maya kembali meluapkan emosinya kepada sang Ibu agar menghetikan keinginannnya tersebut.

“terus kamu mau tidur sama Gibran hah” balas sang ibu dengan nada tinggi.

“hah, apaa engga bisa gitu dong bu” Gibran menolak keras.

Maya langsung berlari masuk  kamarnya mengunci diri di dalam, dirinya sadar apapun yang dilakukannya tidak bisa mengubah  keputusan kedua orang tuanya.

ah sial, kenapa harus kamar gue sih. Dia sangat kesal, melampiaskan amarahnya dengan membanting barang-barang yang ada di sekitarnya tapi hal itu tidak membuatnya merasa tenang.

Maya membantingkan dirinya kekasur sembari bergumam. gue harap Tika yang datang nanti, bukan Tika yang dulu gue kenal.

***

Tika turun dari mobil bersamaan dengan sang Ayah. Melihat wajah Tika yang sinis membuat Maya mengerenyitkan dahi, Tak ada senyum sama sekali di gadis itu.

Tika berusaha menyapa Maya dengan mengahampirinya lalu berbisik.

“apa kabar SE.PU.PU?” penekanan di kata terakhir

a-apa? Is she crazy?, belum apa-apa Tika sudah mengibarkan bendera perang. Maya ketakutan setengah mati, nada bicara Tika seperti orang yang akan membunuhnya. Pikirannya kalut, mental yang sudah dipersiapkan untuk menghadapinya seketika hancur hanya dengan mendengar ucapannya.

sadar may lu mau terus diperbudak dia, Maya menjauh mundur beberapa langkah dari tika, bola matanya masih belum bisa berkedip karena mendengar ucapan Tika. Sapa dia may!.

“h-hai, s-selamat datang” ucap Maya terbata-bata seketika mulutnya seperti tak bisa mengucapkan apapun, yaelah lu napa ngomong kek orang gagu gitu may.

“Tikaa selamat datang sayang, kamu pasti cape yah, apa masih jetlag?” tanya tante Della sembari memberikan senyuman hangat kepada Tika.

Tika amalia, putri dari Barak pratama yang sekaligus keponakan dari Ginanjar pratama.

“Tika mau istirahat aja tan” Tika sama sekali tak memperdulikan sikap manis Della terhadapnya, wajahnya sama sekali tak menunjukan rasa senang sedikitpun.

“oh iya kamu tidurnya bareng Maya yah, tapi kasurnya pisah kok” lagi-lagi  Della masih memberikan kesan hangat kepada ponakannya. Sikap Tika baginya sudah biasa ia hadapi.

“it's okay tan, aku masuk dulu” seolah dia tau dimana kamarnya, Tika langsung berjalan melewati yang lain dan masuk kedalam kamar.
Ah kamarnya pasti sangat lusuh kaya orangnya.

“kopernya biar gibran sama tante aja yang bawa” ucapnya sembari membiarkan ponakannya tersebut menyelongong masuk.

gila? Ibu, i-itu kok bisa sih?, Maya tak habis fikir bagaimana ibunya bisa begitu santai menyapa Tika, padahal sedari tadi Tika membalasnya dengan ketus.

Alan dan Dion pun datang untuk menyapa teman baru mereka. Raut senang hanya terpancar dari wajah Alan. Sedangkan Dion sama sekali tak memberikan ekpresi apapun wajahnya datar.

“Tikanya mana tan” tanya Alan.

“Tika, Tika dia itu satu taun lebih tua dari kamu tau” ucap Della sedikit mengomel.

“maaf tan, terus orangnya kemana?” Alan masih antusias untuk menemui Tika

“udah masuk kamar, cape kayanya”

“Maya mana tan” timpal Dion, Dion sama sekali tidak peduli dengan keberadaan Tika, hal buruk pada Maya juga masih membekas dalam ingatannya, dia sadar datangnya Tika adalah sebuah ancaman besar untuknya dan Maya.

Sahabatnya sedari kecil lebih penting dari apapun, bahkan jika harus mempertaruhkan diri melawan Tika, Dion siap berdiri di garis paling depan untuk membelanya.

“tadi dia lari keluar gak tau kemana, tante kira kerumah kamu” jawab Della bingung.

***

Maya melarikan diri ke bakery milik keluarga Alan, beruntung disana banyak makanan manis, baginya makanan manis bisa meredakan stresnya. Ahh enaknya, emang yah buatan tante Fika paling top.

Tak bisa dia pungkiri perkataan Tika terus terngiang-ngiang dalam Pikirannya. Bahkan sekarang kenangan buruk bersama Tika juga ikut menghantuinya.

“Maya, cantik kenapa cemberut sayang” tanya Fika dengan lembut sembari mengusap kepala Maya.

Satu usapan hangat berhasil menyadarkan Maya, dan langsung kembali terfokus dengan orang yang berada di disampingnya.

“Tika baru dateng tan, belum apa-apa udah bikin aku emosi” suaranya kali ini melemah,  bukan lagi kesal dia lebih tak tahu harus berbuat apa.

“oh udah dateng rupanya, Tika itu anak baik sayang, cuman sikapnya aja yang kadang salah” balas Fika yang tak ingin di kedua saudara itu terus saling membenci,  berusaha memberitahu kesalah pahaman yang terjadi.

“semua bilang Tika baik, tante gak inget gimana ibu dulu marah ke Maya gara-gara Tika, Maya cuman takut kalo Tika bakal gitu lagi” matanya sendu, bohong jika dia bilang baik-baik saja, itu sama sekali tidak mungkin bagaimana bisa dia melupakan kejadiannya begitu saja.

“sayang, manusia itu bisa berubah, mungkin aja dengan datangnya Tika kesini bisa merubah sifatnya” Fika berusaha membuat Maya sadar bahwa pandangannya selama ini salah.

“tapi engga buat Tika tan” ucapnya lirih,  maniknya berbinar, hingga satu tetes air berhasil keluar dari matanya, Maya sudah tak kuasa menahan rasa sakitnya selama ini.

Kalau bukan karena gue? ,Dia terus mengulang-ngulang ucapan yang dulu dikatakannya,  mengingat kembali betapa ia menyesali segalanya yang terjadi dahulu.

Meski apa yang di katakan Tante Fika benar,  tapi manusia tak semudah itu berubah, ada hal yang membuatnya selalu berada di tempat yang sama. Sekeras apapun dia mencoba melupakannya,  selalu ada hal yang membuatnya ingat.

“berteman baiklah, karena kalian berdua saudara, jika dia tidak mau berubah, kamu yang harus membantunya berubah” balas Fika lirih

- not everyone can change -

between usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang