9. silent

311 229 111
                                    

- Jika diam lalu pamit bisa membuatmu lebih baik maka lakukanlah tapi ingat Diam adalah cara pamit paling sakit -

“bukannya itu Sean?” tanya Alan

Orang yang sama dengan yang dipikirkan Maya, dia benar matanya tak salah melihat.

Orang yang disukainya kini berada di depannya bersama wanita lain. Wanita yang bahkan Maya kenal. Bangs*t, sungguh rasanya Maya sangat ingin mengumpat di depan wajah Sean.

“itu juga Reka temen lu kan May?”

“gue tau gak usah lu perjelas lan, gue bisa liat” jawab Maya, yang masih terus menatap Sean jauh. Dia sama sekali tak mau melepas pandangannya.

Maya tak mau berpikiran buruk tentang Sean ataupun Reka, mungkin mereka berdua bersaudara. Dia berusaha menyingkirkan pikiran-pikiran busuk yang menghantuinya. tapi, kemungkinan terburuknya mereka pacaran.

Dibanding itu ada hal yang mengganjal dipikirannya. wait!, kenapa dia disini?, ha-harusnya kan dia di bali. Tak ada lagi pemikiran baik, semuanya menjadi aneh ketika dia menyadarinya, dia bohong!.

“Mayaa” teriak Reka yang tidak sengaja melihat Maya dan sedang menatap ke arahnya, dia langsung berlari menghampiri Maya.

Sean yang sedari tadi mengotak ngatik ponselnya terkejut saat Reka meneriakan nama Maya, seketika tubuh Sean bergetar dia ketakutan setengah mati.

“oh hai Rek, lu nonton kesini juga ternyata” balas Maya, dia berusaha menahan air mata dan emosinya yang sedari tadi ingin dia luapkan.

“kenalin ini pacar gue, Sean, udah dari lama pengen gue kenalin May” ucap Reka sembari merangkul Sean.

Apa yang lo harapin May. benar dia berharap lebih, berharap apa yang di dengarnya salah. Hatinya hancur, satu tetes air berhasil keluar dan membasahi pipinya. Dasar Sean bangs*t.

“May l-lo nangis, kenapa?” tanya Reka gelagapan yang melihat Maya menangis.

Sean yang tidak menyadari Maya meneteskan air mata, dia langsung menundukan pandangannya. Bukan rasa bersalah yang dia rasakan melainkan rasa kesal bercampur rasa takut yang datang bersamaan. Gagal dah gue kerja di perusahaan bokapnya, Dasar Sean tol*l

“ah sial, filmnya tadi sedih ya Yon” balas Maya sambil mengusap air matanya, lalu menepuk bahu Dion yang berada di sebelahnya. Memberi isyarat untuk ikut menyetujui perkataannya itu.

“kita kan belum nonton” bisik Alan ke arah Dion.

“diem” balas Dion dan Bian serempak dan langsung menutup mulut Alan rapat-rapat.

Sungguh Maya sangat kesal pada Alan, ingin rasanya dia mengayunkan tinju di wajahnya itu. apa dia tidak bisa membaca situasi. Gak ngerti perasaan gue apa, Bego.

“kita pulang duluan yah, have fun Rek” ucap Maya sambil tersenyum lebar ke arah Sean. Yang sedari tadi terkejut melihatnya dan tidak bergerak sama sekali.

Maya melihat wajah Sean yang ketakutan dan tidak bicara sedikitpun. Harusnya dia percaya saat kedua temannya menyuruh untuk menjaga jarak dari Sean saat itu, mungkin rumornya memang benar. Dia sama dengan teman-teman lainnya yang hanya ingin memanfaatkan dirinya saja.

***

“loh Maya mana?” tanya Gibran yang baru saja selesai memesan tiket.

“bang mendingan pulang aja, gue males nonton, si Maya juga udah kemobil duluan” balas Dion

“g-gue juga di cariin ibu gue bang” timpal Bian

between usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang