12. BFF

228 157 140
                                    


- Bagaimana arti teman menurutmu? apakah orang yang memenuhi segala keinginanmu atau orang yang melalui semuanya bersamamu -


Dion berlari secepat kilat, jika bukan demi sahabatnya mana mau dia melakukan hal menyebalkan semacam ini, hanya menyusahkan dirinya saja.

Dia mencari tempat keberadaan Bian dan Maya sekarang, Dion jarang pergi ke mall tentu saja dirinya tidak hafal rute. Apalagi Maya hanya memberikan nama toko, membuatnya semakin susah mencari.

"bentar, siapa nih nelfon mulu?" Dion mengambil ponselnya dari dalam saku dan melihat pemilik nama penelepon tersebut.

Sang ibu meneleponnya tapi tak di hiraukan. "palingan juga mau ngomong gak akan pulang, bosen gue"

Lalu sebuah pesan masuk
Mom
Ibu masih di singapore, kemungkinan 3 hari lagi pulang

Begitu banyak pagilan tidak terjawab membuat ponselnya tak berhenti bergetar sedari tadi. Maya juga menghubunginya, pasti untuk memintanya cepat datang. Yang sabar napa, gue juga lagi nyari elu kampr*t.



***



Bian dan Maya saling melempar tatapan, hingga membuat mereka lupa dengan situasinya saat ini. Tentu saja mereka menjadi tontonan para pelayan disana, bukan tanpa alasan sejak mereka melihat black card milik Maya, dia langsung menjadi buah bibir para pelayan.

"iya" Ujar Bian dengan wajah tersipu

"ohh ini jawaban dari pertanyaan kalau lu suka gue?" Maya membalas dengan tampang so tahunya.

Bian langsung tersipu malu, pernyataan cintanya ini bukanlah romantis tapi malah memalukan. Tadinya Bian ingin membuat Maya binggung dengan ucapannya itu, dia tidak menyangka Maya memahami ucapannya begitu saja. dia terlalu peka buat gue bohongin ternyata.

"m-mau jadi pacar gue?" Bian mengalihkan pandangannya sambil tak lupa menggaruk punduk, tentu itu menjadi ciri khasnya.

Maya menggakat satu alisnya, dia tidak pernah membayangkan bahwa Bian akan seberani ini. Hatinya masih ragu dengan keputusan yang dibuatnya. Tapi dia merasa ini langkah yang baik, saatnya membuka hati pada orang lain yang menyukai dirinya. Apa dia bisa gue percaya.

"okay, mulai sekarang lu jadi pacar gue" Ucap Maya sambil mengulas senyum.

Bian sama sekali tidak mengeluarkan kata-kata bagaimana dirinya bisa percaya dengan penuturan Maya tadi. Saking kagetnya gue kira jantung gue mati rasa.

"nih, cepet lu pake" Ucap Dion sambil terenggah-enggah.

Dengan cepat Maya dan Bian menengok ke arah sumber suara, sehingga mereka harus menghentikan obrolan dan kembali kemasalah utama awal dari semua kekacauan ini.

Ritme nafas Dion tidak setabil kakinya juga sangat lemas. bayangkan dirinya berlari kesana kemari untuk mencari Maya rasanya hampir seperti maraton.

"LU LARI, ahh Dion lu emang kawan terdebest gue"

"buruan pake terus berangkat, waktu lu gak banyak, pake nge drama disini lagi" Ujar Dion masih ngos-ngosan.

"oke oke, gue lupa maaf" Ucap Maya dan langsung menggunakan wig dengan terburu-buru.

"dah beres, oke gue berangkat" Lanjut Maya setelah selesai mengenakan wig, dan langsung pergi meninggalkan Dion dan Bian.

Gak bilang apa-apa langsung nyelonong aja, makasih kek. Dion masih memegangi kedua lututnya seraya mengatur nafas. Bahkan belum ada lima menit dirinya berdiri, Maya sudah pergi meniggalkannya. Cape anji*r, tungguin gue kali.

between usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang