15. Flower

145 77 76
                                    


~Happy reading~



"May, lo suka gue?" Ucapnya sambil terduduk dan menatap kebawah.

Maya yang mendengarnya pun langsung berbalik, ia terkejut sekali Bian menanyakan perasaannya tiba-tiba. Ia tak tahu harus menjawab apa.

Sedari tadi suasananya sungguh canggung hingga membuat kedua orang ini membekku tak ada obrolan dan kemudian Bian melemparkan pertanyaan yang tak ada hubungannya dengan situasi saat ini. Tentu membuat pikiran Maya hilang seketika.

Sesuatu seperti ini tidak bisa dibicarakan terburu-buru begini, salah kata saja Maya bisa menyakiti Bian. Jika saja Bian tahu alasan dibalik ia menerimanya, mungkin Bian akan membencinya seumur hidup.

Maya tak mau itu terjadi, ia tak menghiraukan ucapan Bian dan pergi meninggalkannya seolah tak mendengar apapun.

Kalau gue gak suka lo saat ini, mungkin aja nanti bisa berubah batinnya berkata lalu ia memasuki kamar dan menutup diri dengan selimbut, seolah ia tak mendengar apapun.

Ia tak mau sampai kejadian Gina terulang kembali, rasa tidak sukanya ini bisa ia atasi oleh waktu. Jangan hanya karena ia tak menyukainya saat ini ia kehilangan Bian selamanya. Kehilangan Gina saja sudah memberikan luka yang teramat dalam untuknya.

***


Esok paginya Dion terbangun dari tidurnya yang sama sekali tak membuatnya mengisi energy ini. Semalam tanpa aba-aba apapun matanya menutup sendiri, ia terlelap hingga terbawa mimpi.

Ketika bangun ia mengacak- ngacak kasurnya mencari dimana keberadaan benda yang menjadi kebutuhan sehari-harinya itu. Ia mendapati ponselnya penuh dengan notifikasi dari Gibran yang sudah rusuh menanyakan kabar sang adik. Padahal ia sendiri belum sempat sarapan ataupun mandi, jadi ia sama sekali belum mengecek keadaan Maya sejak semalam.

Dion langsung bergegas keluar kamar dan mendapati Maya sedang sibuk sendirian di dapur. Ia tidak melihat hadirnya Bian disana. Dia berjalan dengan mata yang masih sayu menghampiri Maya

"Masak apa lu?, udahnya beresin lagi" Ucapnya sambil mengusap usap wajahnya yang masih membengkak karena baru terbangun.

"Sandwitch" Sambil melihat ke arah Dion "lu bangunin Bian gih biar sarapan bareng udah itu pergi sekolah" Ia langsung kembali fokus dengan apa yang dilakukannya.

Tak ada jawaban apapun dari Dion membuat Maya harus mengalihkan pandangannya ke tempat Dion berada. Pantas saja tak ada yang menyaut, Dion kembali tertidur dengan keadaan kelapa tergeletak di atas meja makan.

Maya langsung berlari ke arahnya dan meninggalkan makanan yang tengah ia buat. Ia menarik Dion dari tidurnya.

"bangun cepet mandi, tar kesiangan gue tinggalin yah" Ucapnya sambil mencoba menggangkat Dion namun tak berhasil, tubuhnya terlalu berat untuk ia angkat.

"Emmm... lima menit lagi" Balasnya tak mau beranjak sama sekali.

"Serah dah, gue bangunin Bian dulu" Maya melangkahkan kakinya "sampe gue balik lagi masih molor gue siram aer panas yah!" Serunya.

"Emmm"

Maya mencari keberadaan Bian diantara luasnya rumah Dion, meski tak seluas rumahnya tetap saja ini memakan waktu, belum lagi ia sangat capek. Maya mendatangi ruang tamu namun tak menemukan sosok yang dicarinya. Ia bergegas berlari ke kamar tamu namun masih tak mendapati apapun. Lalu ia mencari kesetiap sudut rumah Dion, Maya tetap tak menemukannya.

"Diooooooonn" Teriaknya dari arah kamar tidur tamu menuju dapur sambil sedikit berlari.

Dion yang masih mengantuk pun terbangun oleh jeritan Maya yang sudah masuk hingga memecahkan gendang telinganya.

between usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang