16. Strange

96 43 62
                                    


~ happy reading ~

Ini sudah memasuki akhir semester, sudah saatnya Maya menyiapkan mental dan fisiknya untuk ujian. Namun, tahun ini adalah yang terberat baginya, bukan hanya memikirkan urusan belajar saja tapi juga masalah yang ia hadapi saat ini.

Maya masih tak tahu akan tinggal dimana, sejujurnya ia tak biasa hidup sendiri. Itu terlalu sulit untuknya membagi waktu antara belajar dan mengurusi dirinya sendiri. Tapi jika ia ikut menetap di rumah salah satu temannya, ia takut hanya membebani mereka.

"May mau gue anter ke kelas gak nih?"

Maya hanya berjalan tanpa menghiraukan ajakan Bian. Ia tak bermaksud marah atau tak menggagap Bian sama sekali. Pikirannya sangat penuh saat ini tentang bagaimana membayar biaya sekolahnya, tempat tinggalnya dan terlebih biaya hidupnya.

Maya berjalan lambat sambil menunduk, ia sama sekali tak memiliki semangat untuk melanjutkan hidupnya.

"May!" Seru Bian sembari menepuk kedua bahu Maya.

"Apa sih, kaget tau"

"Lu jalan liat kedepan dong, hampir aja nabrak tiang" Ucapnya dengan sedikit nada ngegas, takut bila terjadi seesuatu pada kekasihnya itu.

Beruntung Bian ada didekatnya jika tidak kepalanya saat ini sudah dipastikan benjol.

"Gue ke kelas duluan yah"

Sesaat setelah Maya berjalan meninggalkan Bian, dua orang wanita berlari ke arahnya. Mereka memanggilnya dengan keras, langkahnya sungguh cepat membuat Maya membentengi diri takut bila ia akan tertabrak.

"May, lo harus liat berita ini" Ucap Lia sembari mengasongkan ponsel ke depan wajah Maya.

Maya sungguh tak tahu apa-apa tentang semua ini. Kedua sahabatnya sangat heboh hingga membuat dirinya ikut terbawa suasana. Ia butuh waktu beberapa detik untuk membaca dan memahami isi dari berita tersebut.

"Ada apa sih" Ucap Bian mendekat ke arah Maya, dan ikut membaca tulisan yang terpangpang di ponsel.

"what, kok bisa sampe sih beritanya" Maya tak menyangka dengan isi berita tersebut.

Baginya Ginanjar sungguh tak menyayanginya lagi. Bagaimana ia bisa menyebarkan berita bahwa ia mengeluarkan putrinya dari rumah. Apa ini semacam umpan untuk membuatnya kembali atau ia benar-benar ingin mengeluarkan Maya dari nama keluarganya yang selama ini di sandang.

Maya melangkah dengan gusar ke kelasnya. Beberapa kali ia menyibak rambutnya kebelakang, ia mengerutkan kedua alisnya sambil menggulum bibir. Ia ingin tahu apa alasan Ginanjar melakukan ini kepadanya, tidak mungkin hanya karena sebuah rambut. Ia yakin pasti ada alasan yang lain di balik ini.

Tangan Lia dan Reka ditahan oleh Bian hingga mereka tak bisa pergi mengerjar Maya. Bian tak mengatakan apapun sampai Maya menghilang dari pandangannya.

"Lu berudua hibur Maya yah" Titahnya lalu melepaskan tangannya yang sedari tadi menggengam Lia dan Reka.

"Apaan sih, gak lo kasih tau juga gue lakuin" Balas Lia Sewot.

"Ayo Li kejar si Maya" Ajak Reka

"Asal lu tau yah gue ini pacarnya sekarang" Tegasnya lalu pergi meninggalkan mereka berdua.

Lia dan Reka menganga tak percaya, Maya sama sekali tak cerita apapun soal ini kepadanya. Dan lagi mereka juga heran tak melihat kediran dua sahabat maya yang selalu mengekor dibelakangnya.

***

Alan sedari tadi menatap wajah Dion yang kecut, ia tak tahu apa yang terjadi pada sahabatnya itu. Memang Dion tak pernah banyak cerita soal dirinya, bahkan pada Maya sekalipun, Alan takut bila ini tentang masalah keluarga yang tak kunjung selesai.

between usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang