Reine POV
Aku menatap satu persatu manusia abstrak yang sekarang ada di hadapan ku. Mereka menyungging senyum penuh kemenangan karena aku berhasil masuk ke dalam perangkap bodoh mereka.
Mengumpat kesal.
Tak ada satu pun yang aku kenal diantara mereka. Dan sekarang mereka memanggil ku hanya untuk kesenangan pribadi.
Aku di 'PRANK' pagi-pagi buta begini.
OMG aku tak habis pikir.
Bayangkan saja. Ini baru hari ke tujuh aku berada di sekolah yang katanya ber'gengsi'.
Sepertinya aku menyesal mengikuti saran papah untuk pindah ke sekolah ini.
Well... Nasi sudah menjadi bubur.
Lebih baik aku pergi dari ruangan ini dari pada terus menerus mendengar kata maaf dan tempahan tawa dari orang-orang bodoh seperti mereka yang akan melakukan kembali hal seperti ini pada orang lain.
Jelas ini hanya membuang-buang waktu dan aku tak suka itu.
Aku menutup pintu ruang OSIS dengan kasar.
Samar-samar aku mendengar seruan kagum dari beberapa orang idiot di dalam sana.
/// ///
Sky POVGue gak nyangka anak baru itu ternyata lebih berani dari yang Gue kira.
Kabarnya dia baru pindah Minggu kemarin dan sekarang dia bahkan lompat kelas. Masuk ke kelas Gue.
Dari tampangnya dia gak segenius itu tapi jelas cantik kaya yang anak-anak bilang."Gila... Dia cantik banget Bray,. Lo gak salah milih dia buat di prank? Mana galak lagi." Leonard menepuk pelan pundak Gue. Menunjuk Reine dengan dagunya.
"Kenapa? Emang Lo di gigit dia Ampe bilang dia galak? Dengerin Gue... Itu bukan galak. Tapi berani" Erat menyahut setelah meneguk sisa terakhir dari kopi di gelasnya.
Erat adalah salah satu anggota OSIS. Wakil dari kelas 3-1 sedangkan Leonard adalah wakil dari kelas 1-2. Seperti biasa. Pagi-pagi begini yang hadir baru mereka berdua dan Gue. Yeah... Kita sepakat buat ngelakuin rencana ini biar OSIS gak terlalu membosankan dan garing kayak rengginang lebaran. Toh gak menggangu jam pelajaran dan ternyata itu seru.
Berbagai macam expresi mereka cukup menghibur. Bahkan ada yang sampai nangis cuma karena bisa ketemu Gue yang tampan kuadrat."Lex"
"Udah jangan di ganggu bro. Kayaknya dia lagi kena panah cupid"
Erat menahan tangan Leonard.
Yang akhirnya hanya mengangkat bahu sebagai jawaban.
/// ///Author POV
Ayana dan Avril menatap lekat-lekat wajah Reine. Memastikan tak ada bekas air mata yang di hapus atau jejak senyum yang mulai menghilang.
Kelas mereka ramai membicarakan Reine yang di panggil ke ruang OSIS. Tak ayal lagi ini membuat Reine menjadi fokus siswa-siswi yang sudah duduk manis di kelas.
Seperti yang mereka tahu.
Secara teknis ruangan itu cukup nyaman dengan AC dan pemanas ruangan sekaligus di tambah dispenser dan wastafel. Cukup buat jadi basecamp anak-anak nakal.
Yang kacaunya beberapa dari mereka di Lantik menjadi anggota OSIS atas persetujuan guru BP agar mereka tak lagi melanggar peraturan sekolah yang sudah di buat."Lo gak kenapa-kenapa kan Reine?" Ayana semakin mendekat hingga Reine menjauhkan wajahnya malas.
"Emang Lo pikir Gue abis dari kandang buaya? Ampe kenapa-kenapa" Reine tertawa. Segitu mistisnya ruang OSIS sampai Ayana yang tukang gosip menjadikannya topik terhangat pagi ini.
"Tau tuh Ayana. Reine itu baru aja dari ruang OSIS bukan dari kandang macan" Avril meletakan batagor favoritnya di atas meja. Mengunyah perlahan.
Reine menemukan dua makhluk langka ini di kantin secara tidak sengaja. Meski sebenarnya usia mereka berbeda itu tak merubah apapun.
Mereka menerima Reine dan siap berbagi apapun dengannya.
Jika sebelumnya Reine sekelas dengan Ayana. Kini Reine sekelas dengan Avril."Tapikan AV dia ketemu sama OSIS kita yang tamvan² itu... Duh kalau Gue yang ke sana mesti Gue udah klepek-klepek" Ayana mulai menunjukan gaya lebay khasnya.
"Lo kata ikan klepek-klepek"
Reine mengeluarkan buku gambar dan pensil dari dalam tasnya.
"Tuhkan. Lo pasti mau gambar mukanya Ka Alex kan? Uwuu... So sweet banget sih Lo Reine"
Reine terus menggambar tanpa menghiraukan ucapan yang keluar dari bibir Ayana yang semakin lama semakin gak jelas.
"Kayaknya Lo harus ke optik deh Ay"
Avril menatap Ayana serius."Ngapain? Mata Gue sehat gini kok"
Protesnya."Alex ganteng dari mana Ay. Mesti mata Lo rabun nih"
Avril melempar plastik bekas batagornya ke tempat sampah yang berada di dekat pintu masuk kelas. Kembali menatap Ayana.
Meneruskan kata-katanya."Gue tau dia dari masih ingusan. Mana ada dia berubah jadi ganteng? Dari awal di ciptain nya aja dia lagi ke toilet pas pembagian muka"
"Eh?! Masa??? Kok Gue gak pernah denger gosipnya?"
Kali ini gantian Ayana yang menatap serius ke arah Avril dan memasang kuping lebar-lebar. Reine menggeleng pelan sambil kembali melanjutkan gambarnya.Avril nyengir lebar. Ayana berhasil kepancing. Pasti jam istirahat nanti bakal ada gosip bagus di seantero sekolah.
Judulnya"TELAT PEMBAGIAN WAJAH KARENA KE TOILET""Terus gimana lagi? Kok tapi dia bisa pinter?"
"Ya bisa Lo tebaklah... Abis dari toilet dia pergi ke pembagian otak. Jadi dia pinter tapi jelek"
"Iya gak kayak Lo yang cantik tapi IQ nya jongkok"
Tau-tau saja Alex sudah berada di belakang Avril. Menggoyang-goyangkan plastik bekas batagor di hadapan wajahnya.
"Alex Lo ngapain ngambil plastik batagor yang udah Gue buang?"
"Kurang kerjaan banget Gue ngambil plastik yang udah Lo buang. Nih plastik kena sepatu Gue kunyuk!"
" Yah elah cuma kena sepatu aja Ampe Lo bawa lagi ke Gue. Buang aja kenapa sih" Avril mengibas-ngibaskan tangannya. Tak peduli.
Sedangkan Ayana sekarang lupa caranya berkedip demi melihat keduanya."Hei... Lo gak kenapa-kenapa kan?"
Leonard menepuk bahu Ayana. Mengembalikan rohnya yang barusan terbang entah kemana.
Tapi sebagai gantinya Ayana lupa caranya bernafas."Ha- hai..." Susah payah Ayana bernafas hanya untuk menyapa Leonard.
Leonard tersenyum. Balik menyapa Ayana ramah.
"Hai..."
Tak lupa Leonard juga menyapa Reine yang asik tertawa kecil melihat tingkah aneh Ayana.
"Kita ketemu lagi temen sekelas"
Tatapan Reine langsung berubah tak bersahabat."Ay... Bentar lagi bel tuh. Lo gak balik ke kelas?" Suara Reine menyadarkan Ayana sepenuhnya.
"Eh iya. Gue harus balik!"
Ayana bergegas pergi. Tapi sebelum itu Alex menyerahkan plastik batagor di tangannya pada Ayana setelah lelah bertengkar dengan Avril. Meminta gadis itu untuk sekalian membuangnya sebelum keluar dari kelas. Dengan senang hati Ayana menerimanya dan pergi dengan hati berbunga-bunga."Lo kok nama-in monyetnya Alex?" Celetuk Erat yang ternyata sejak tadi memperhatikan gambar di meja Reine.
Cepat-cepat Reine menyembunyikannya.
"Lo nyamain Gue sama monyet?"
Alex mendekat ke arah Reine. Bermaksud melihat gambar yang sudah di sembunyikan Reine."Dih GR. Kenal sama Lo aja nggak. Ngapain gue gambar muka Lo yang jelek? Mendingan juga Gue gambar yang lain."
"Beneran kok... Barusan Gue– awww!"
Reine tanpa segan menginjak kaki Erat. Memastikan pria itu tak membicarakan gambarnya."Itu... Gue kaget liat gambar pulpen dia ada gambar monyet namanya Alex"
Reine melihat sekilas pulpennya sebelum di ambil Alex. Ternyata Erat tidak sebodoh yang dia kira.
/// ///Gimana gaess?
Apa yang bakal terjadi selanjutnya?
Jangan lupa vote,coment and share yaa luv youu♥♥♥
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ID GUARDIANS
Teen Fiction'ID BANGET SIH LO!!!" Aku kelepasan. Bagaimana tidak? Aku masih tergolong murid baru karena Aku memang baru saja pindah. Tapi sepagi ini Seseorang menghampiri ku dan mengatakan jika aku di panggil ketua OSIS Karena masalah kedisiplinan. Tentu saja s...