CHAPTER 14 "Jealous"

10 0 0
                                    

Amy mengusap layar handphone nya.
Dia rindu pria bodoh yang muncul di layar.

Kisah mereka tak akan pernah ia lupakan.
Andai pria itu tidak pergi.
Andai ia tak melakukan kesalahan.
Andai...

Amy menghela nafas.
Semua sudah berlalu.
Mungkin juga ini waktunya untuk dia bangkit dari masa lalu dan berani untuk bermimpi.

"Ngeliatin apa Lo kak?"
Erat muncul. Tangannya membawa sebungkus Snack dan cola.

"Video orang. Kenapa?"

"Tumben. Lo biasanya gak suka nge-stalk gitu"

"Siapa nge-stalk siapa?"

"Kakak nge-stalk itu orang"

Amy mencibir.
"Sok tau Lo. Gue gak stalker-in siapa-siapa"

"Jangan ngeles deh Lo. Gue juga tau kali"

"Lo tau dari mana? Megang hp gue aja gak pernah"

Erat menunjuk jidatnya. 😎

"Kenapa? Otak Lo sakit?"

"Lo kan tau gue pinter IT." Erat tersenyum sombong.

"Gila gue taunya"

"Nama YouTube nya 'It's COLE' kan?"

"Lo beneran nge-hack akun YouTube Gue?!😤"

Erat menaik-turunkan alisnya. Bangga.

Amy tak bisa berkata-kata. Ia tak bisa menyembunyikan apapun di depan adik tersayang nya itu.

"Jangan suka iseng Erathan!" Amy melempar bantal sofa ke wajah Erat.

Erat menangkis. Tertawa.
Ia tahu sejak lama.
Ia tahu jika pria ini juga pernah memiliki hubungan tak biasa dengan kakaknya.
Erat memiliki hipotesis jika keduanya bertemu di Canada.
Walaupun Amy tak melanjutkan studinya di sana.
Tapi bisa di bilang cukup lama juga ia menetap di sana.
Cukup untuk memiliki sebuah kisah cinta.

###

Reine diam di ambang pintu.
Tepat di atas kasurnya seorang pria sedang tertidur pulas.
Menjelajah ke alam mimpi.
Rambut berwarna abu-abu menutupi sebagian wajahnya.

Reine berjalan perlahan. Berusaha tidak menimbulkan bunyi apapun.
Tangannya memegang erat tas yang dia pakai. Bersiap menyerang jika pria ini bangun tiba-tiba.

Alisnya bertaut. Tas yang dia pegang jatuh ke lantai. Bersamaan dengan dia terduduk lesu.
Wajah ini adalah wajah yang ia rindukan selama beberapa tahun belakangan.
Reine terisak.
Menangis tanpa suara.

Sebuah tangan besar menghapus air matanya.

"Jangan nangis jelek"

"Jahat!"Reine memukul dada bidang Ryan.
Detik berikutnya ia menangis dalam dekapan pria di hadapannya.

Ryan sadar jika ia pergi terlalu lama.
Tahu-tahu adik kecilnya sudah menjadi seorang gadis.

"Mamah bang" Reine bergumam di sela-sela Isak tangisnya. Menumpahkan sesak di dada.

Ryan mengangguk. Mendekap Reine Erat.
Ia berada di sana ketika sang ibunda menghembuskan nafas terakhir nya.

" Sabar Dek. Lo gak bisa berharap banyak kecuali sama yang maha kuasakan?" Ryan mengelus rambut Reine lembut.

Selesai menangis. Reine beralih mengomel panjang lebar tentang sosok yang tidak pernah ia anggap ayah.

Ryan menanggapi dengan sesekali tertawa. Di matanya Reine tetap seorang gadis kecil yang suka merengek.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE ID GUARDIANSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang