Akbar dan Rani.(9)

44 9 10
                                    

Assalamualaikum.
Lama ya gak jumpa 😅. Kangen aku tuh sama Farhan, Ara, sama kalian juga yang baca.

_________

Akbar berdoa terus dalam hati, memanjatkan segala sholawat dan ayat ayat suci, semoga tuhan menyelamatkan Rani.
Apakah seberharga itu Rani untuknya? Jawabannya iya. Rani begitu menjadi titik gratis didalam kehidupan Akbar, tidak lucu jika Rani meninggalkan Akbar sekarang, Akbar belum siap.

Bukan hanya Akbar yang tengah menunggu didepan ruang UGD, mamanya juga, kalau masalah keluarga Rani, mereka sedang dalam perjalanan dari Surabaya, berbicara tentang Rani, kalian harus lebih mengenal juga peran manis ini, Rani Dahlia, Mahasiswi jurusan Sastra yang memiliki wajah manis, tubuhnya mungil tidak terlalu tinggi, Tapi menurut Akbar sendiri Rani tidak pantas dijurusan sastra dan bahasa, karna cewek itu lebih dominan kedalam hatinya,wkwkk. Udahalah, mungkin saja Akbar memang sayang sama Rani.

Takterasa satu jam sudah operasi dilaksanakan tapi pintu ruangan tak kunjung terbuka, Kecelakaan itu sangat tragis, bahkan bisa disebut kecelakaan secara sengaja.
Pihak polisi masih mencari tahu pelaku yang menggunakan mobil dengan asal asalan hingga membuat Rani kecelakaan.

Huft.

Akbar menatap gusar kesamping kanan, sedangkan Alia melihat putranya yang tampak khawatir ikut sedih.

"Bar, jangan Nangis."

Akbar langsung watados, "Siapa juga yang nangis orang ini keringet doang." Alihnya.

Akbar memang menangis, tapi hanya meneteskan beberapa air mata, sungguh seorang Akbar bisa sesedih ini juga.

Alia terkekeh. "Kamu sayang banget sama Rani."

Akbar mengangguk. "Lah, dari Awal Akbar sayang Rani ma, mama kira Akbar main main sama Rani."

Alia terkikik mendengar ketidakterimaan Akbar. "Kapan kamu serius sama Rani?"

"Tiap hari Aku serius sama Rani ma."

"Bukan itu maksud mama, tapi, kapan kamu Halalin Rani?"

Akbar terdiam, menatap mata Alia, barusan pertanyaan itu membuat Akbar bingung. Halalin.

"Ran, kamu mau aku lamar kapan?"

"Sok sok ngelamar lu, Sono bikinin rumah tingkat sepuluh dulu sama kolam renang yang ada hiunya." Ucap Rani sambil tertawa melihat wajah Akbar yang mendelik kesal.

Mereka berdua tengah berada ditepi pantai, menikmati pemandangan damai dan indah.

"Aku serius Ran, kamu mau aku lamar kapan?, aku wisudanya lebih dulu dari pada kamu."

Rani memikirkan sambil menatap langit yang biru diatas sana.
"Bisa ngk kamu lamar aku besok."

Akbar langsung bungkam, sedangkan Rani tertawa keras, bersama dengan sudut bibir yang terangkat. Entah Menurut Akbar Rani begitu manis dan konyol, cerewet pula.

"Sayang, serius aku!"

Rani menghentikan tawanya. "Rani mau dilamarnya kalau Akbar udah siap."

"Kalau setelah aku wisuda gimana ran?"

Rani mengangguk. "Aku tunggu."

"Gak kelamaan?"

"Lama sih."

"Terus gimana?"

"Yaudah. Gimana lagi."

"Kamu jangan nerima lamaran cowok lain yah, tunggu."

Rani tersenyum. "Nanti aku wisudanya  udah punya suami dong."

Assalamualaikum Sehun KwTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang