undangan putra mahkota⚔️

869 78 9
                                    

    "Nona saya dapat kabar bahwa ada pemburu yang memasuki kawasan hutan Utara." Jelas motta. "Cristof mengatakan mereka bukanlah berasal dari negara ini, tepatnya mereka akan tergiur dengan bulu serigala untuk menjadi jubah kebanggaan mereka"
  

  
    "Lusa aku akan ke sana" ucap Clarissa singkat sambil menuju ke ruang kerjanya. Keluarga Duke Tamara tidak memiliki pewaris selain Nona Clarissa. Dikarenakan semua anggota keluarga meninggal di malam pembantaian tersebut.
  
  
   Bagaimanapun para manusia serigala sudah ia anggap sebagai saudara. Ketika Motta berhasil membawanya pergi di malam pembantaian ketua dari serigala tersebut menyerang mereka.
  
  
    Motta berhasil mengalahkan ketua mereka sehingga mereka tunduk dengan Motta dan memberikan jubah delima kepadanya. Namun Motta malah memberikan jubah tersebut kepada Clarissa yang baru berumur dua belas tahun.
  
  
  
   Clarissa kecil tinggal di pendalaman hutan bersama dengan serigala dan Motta. Itu yang membuatnya memiliki kemampuan membunuh yang sangat lihai. Tentu saja dia dididik oleh sekelompok serigala dan seekor macan hitam.
  
  
  
    Jika tentang negara dan politik Clarissa kecil sudah lihai menguasainya. Sehingga tidak perlu belajar untuk ia menjadi penerus keluarga Duke Tamara. Dia sudah terlalu pandai menguasainya. 
  
  
   "Tolong panggilkan Philips" perintah Clarissa pada salah satu pelayan yang baru saja membawakannya teh. "Baik" jawab sang pelayan sambil membungkuk hormat.
  
 
   Tak lama ketukan pintu diiringi dengan Philips yang memasuki ruangan. Rambutnya berwarna perak dengan mata coklat gelap ditambah dengan tubuhnya yang tegab walupun sudah memasuki usia berkepala tujuh.
  
  
   Dia sangat berkarisma, tegas, dan juga dapat di percaya. Philips membungkuk hormat dan memberi salam, "ada apa gerangan Nona memanggil saya?" Tanyanya.
  
  
    "Aku melihat jalan utama memiliki beberapa kerusakan. Tolong segera perbaiki"
  
   
     "Dimengerti Nona, apakah ada yang anda ingin katakan lagi? Jika tidak saya akan segera menjalankan tugas saya"
  

      "Tidak"
  
   
      "Baik" Philips pun kembali membungkukkan tubuhnya dan menghilang di balik pintu.

  
  "Nona apakah anda tidak berniat untuk menunjuk muka di kalangan bangsawan?" Tanya Motta dikarenakan Clarissa selalu menolak undangan pesta dari semua bangsawan. Menurut Clarissa itu sangat membuang-buang waktu.  
  
  
  "Tidak ada gunanya jika aku menghadirinya, itu tidak memberi manfaat" jelas Clarissa sambil fokus dengan setumpuk dokumen di meja kerjanya.
  
  
  "Setidaknya anda bisa mempunyai beberapa orang yang berpengaruh untuk misi utama anda" jelas Motta. Clarissa terdiam sejenak dia sedikit menimbang-nimbang.
  
  
   "Akan ku pertimbangkan usulan mu" ucapnya sambil kembali fokus dengan dokumen di depannya. Motta berdiri tepat di samping Nonanya. Itu adalah salah satu posisi yang diisi olehnya. Kepercayaan penuh telah diberikan oleh Clarissa kepadanya.
  
  
    Setelah selesai berkutat dengan setumpuk dokumen, Clarissa beranjak menuju ke sofa di depannya. Ia membersihkan belatinya, itu adalah hal kegemarannya. Mengasah terus menerus hingga benda tersebut sangat berbahaya bila menyentuhnya karena terlalu tajam. Baginya semakin tajam belati tersebut semakin berguna untuknya.

  
  
   Tok... Tok...
Ketukan pintu memecahkan keheningan di ruang tersebut "masuk" ucap Clarissa sambil tetap fokus dengan belati yang sedang di genggamannya.
  
 
  Albert muncul dengan tangan kanannya menggenggam sebuah amplop dengan Stempel resmi. Clarissa tidak tau dari mana asal yang terpenting itu sama sekali tidak menarik perhatiannya.
  
    

   Albert menunduk memberi salam terhadap atasannya. "Nona ini undangan dari putra mahkota untuk acara debutan" jelasnya sambil menyodorkan sebuah amplop dengan Stempel kekaisaran tercetak jelas di sana.
  
  
    Clarissa sibuk dengan belati yang sedang dia bersihkan dan kemudian meraih pedang kesayangannya tanpa berniat mengucapkan sepatah kata pun.       
    
    
    Albert tau bahwa tuannya ini pasti akan kembali menolak undangan tersebut. Ia pun memberi tahu tentang ancaman Pangeran, "Pangeran mengancam jika Nona tidak menghadiri acara debutan maka seluruh akses keluar masuk Nona akan di batasi" Clarissa tersebut miring. Senyuman yang sama seperti iblis di mata Albert.
  
  
    "Segitu kah pangeran menginginkan kehadiran ku?" Tanyanya remeh sambil menyarungkan pedangnya.  
  
  
    Albert menelan Saliva nya susah payah. Senyuman itu, yang dapat membuat musuh di depan gemetaran. Dan senyuman itu juga yang selalu Clarissa tunjukkan jika berhasil menumpahkan darah seseorang hingga ajal menjemput korbannya.
  
  
   Dia mengangguk takut. Lagi-lagi bibir indah Clarissa kembali tersenyum miring. Namun sedetik kemudian wajahnya kembali datar.  "Ketahuilah Albert aku tidak perlu izin putra mahkota untuk keluar masuk dari kerajaan bahkan kekaisaran" jelasnya datar.
  
  
    "Bagaimana menurut mu Motta?" Tanya Clarissa kepada macan hitam yang berada di sampingnya. Dalam sekejap macan tersebut berubah menjadi pria tampan.
 
   
   "Menurut hamba semua keputusan ada di tangan tuan putri" jelas Motta.
  
  
   Ya Motta adalah manusia macan. Dia ditemukan terluka parah oleh ayahnya Clarissa yaitu Duke Cassilio dan menjadi abdi setia keluarga Duke Tamara sampai sekarang. Dia adalah satu-satunya orang yang sangat dekat dan mengenal sosok Clarissa. Motta memiliki mata dan rambut yang sama persis seperti Clarissa.
  
  
   Jika mereka tidak mengetahuinya mereka akan berasumsi bahwa Motta dan Clarissa adalah saudara kandung mengingat Betapa miripnya mereka berdua.
  
  
   "Aku akan memenuhi permintaan putra mahkota" jawabnya datar sambil bangkit dan mengenakan jubahnya. Clarissa keluar dari ruangannya bersama dengan Motta yang berjalan beberapa langkah di belakangnya.
 
  

   "Fiuh..." Desah Albert. Akhirnya dia bisa bernafas lega. "Cantik tapi mengerikan" ucapnya sambil melenggang pergi dari tempat tersebut. Karena ruang ini benar-benar membuat bulu kuduknya meremang.
  
  
  
    "Gimana?" Tanya Lian kepada Albert. "Fiuh!..." Albert mendesah. "Untuk kali ini Nona menyetujuinya"  jawab dari Albert membuat Lian tidak percaya.
  
  
    "Suatu keajaiban! Apakah karena ancaman putra mahkota?" Tanya Lian.
  
  
    "Tidak Nona sama sekali tidak takut dengan ancaman tersebut" jelas Albert.
  
  
    "Kalau begitu apakah Nona mempunyai sesuatu di hatinya kepada putra mahkota?" Tanya Lian yang hampir melupakan kenyataan.
  
  
    "Apakah kau pikun? Nona sama sekali tidak tertarik dengan pria manapun" Albert mengingatkan.
  
  
    "Ah! Kau benar terkadang aku berfikir apakah Nona memiliki kelainan" ungkap Lian.
  
 
     "Jaga mulutmu Lian! Kalau ada yang mendengar dan mereka memberi tau Nona, maka tubuhmu akan sama nasip nya seperti daging cincang" Albert membungkamnya.
  
 
   Ya Lian lupa tempat ini sangat sensitif dan berbahaya. Seolah dinding-dinding pun memiliki telinga untuk mendengar. 
      
  
     Malam harinya Clarissa telah di siapkan untuk acara debutan. Dia menggunakan gaun merah pudar dengan renda bunga hitam di lingkar ujung gaunnya.
  
  
    Pita hitam melingkar indah di pinggangnya. Warung tangan hitam dan sepatu merah menambah kesempurnaan tampilannya. Mawar merah dan pink menghiasi rambutnya yang hitam.
  
  
   Dia mirip ratu iblis berwajah Dewi. Bagaimana tidak gaunnya bersinar di bawah sinar bulan. Matanya menyala Indah seperti permata Ruby. Sarung tangannya sangat kontras dengan kulitnya yang putih pucat. Clarissa Mirip iblis penghisap darah.

  
    Bisa di pastikan bahwa setelah ini akan banyak surat undangan yang diberikan kepada Clarissa. Dia akan sanggup membius para pria dan membuat para wanita merasa kalah sebelum berjuang.
  
  
©©©©©©©©©
 
Salam author
TAY TAY 🤗🤗🤗🤗🤗
 
TBC...
  
 
  
   

The next successor girl CLARISSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang