Hari yang cerah dia awal musim gugur. Kini Clarissa dan yang lainnya kembali melanjutkan perjalanan.
"Nona bolehkah saya bertanya?" Ujar Motta sambil mensejajarkan jarak antara kudanya dan kuda milik Clarissa.
"apa?" Tanya Clarissa singkat. "Mengapa kita tidak menggunakan lingkaran Sihir saja?" Tanya Motta.
Clarissa diam selama beberapa menit. "Aku berencana untuk menggunakannya namun bukan sekarang" jelas Clarissa.
"Sekedar informasi nona! Kita akan segera memasuki hutan perbatasan" ujar Zack dari belakang.
Hutan perbatasan adalah tempat berkuasanya para suku rubah. Mereka dikenal tertutup namun sangat senang mencari gara-gara.
Dalam beberapa tahun terakhir tidak lagi terdapat banyak kasus yang berkaitan dengan suku tersebut. Kecuali pertikaian dengan suku serigala.
Clarissa memacu kudanya ia Hanya perlu melewati beberapa kerajaan Sebelum sampai ke menara penyihir. Begitu ia selesai melewati hutan ini akan ada dermaga besar yang menghubungkan dengan kerajaan lainnya.
"Bukankah hutan ini terkenal dengan perburuan monster dan iblis di setiap musim. Setahuku didalamnya ada beberapa titik yang sudah dijadikan pemukiman bagi para pemburu" batin Clarissa.
Clarissa berinisiatif bertanya kepada Zack Tentang titik-titik tertentu yang dihuni oleh manusia. Tidak lupa pula ia menanyakan rute paling berbahaya untuk dilewati.
Beruntung Zack sempat mengumpulkan informasi tentang hutan tersebut sehingga ia dengan mudah menjelaskan kepada Clarissa.
Ketika mereka memasuki hutan. Mereka memilih singgah di pemukiman terdekat untuk istirahat sebelum melanjutkan perjalanan.
........
Kicauan burung terdengar seolah sedang bernyanyi. Dengan tupai yang melompat dari satu dahan ke dahan lain.
Clarissa merenggangkan tubuhnya sambil sesekali mencoba untuk mengayunkan pedangnya. Udara segar khas pepohonan membuat tubuhnya terasa ringan.
Sudah dua hari mereka berada di dalah hutan yang luasannya hampir sebesar sebuah kerajaan. Sebenarnya Clarissa bisa saja menempuh rute yang aman. Namun jaraknya yang memutar terlalu banyak membuang-buang waktu.
Mereka sepakat untuk mengambil jalan pintas agar sampai lebih cepat. Walau mungkin bisa saja seekor monster besar menyerang mereka secara tiba-tiba.
Seperti yang terjadi semalam. saat mereka terlelap seekor monster mengintai dibalik pepohonan. Sebuah keberuntungan karena mereka bertiga sama-sama memiliki insting yang tajam.
Dan yang paling mengenaskan adalah Monster tersebut berakhir menjadi selimut dan makanan bagi mereka bertiga.
Zack tampak sedang bersama dengan kuda-kuda mereka sedangkan Motta bersandar pada sebuah pohon dengan pandangan lurus kearah Clarissa. Ia kembali mengingat isi surat tersebut.
"Apapun yang terjadi aku sanggup menerima resikonya" batin Motta.
"Motta ayo kita berangkat!" Seru Zack yang memecahkan lamunan Motta. Clarissa ternyata juga telah berada di kuda putih miliknya dan bersiap untuk berangkat.
Pohon-pohon menjulang tinggi dengan ranting yang merambat ke Kanan dan kiri. Dedaunan yang lebat membuat sinar matahari terhalang untuk menyinari bagian terdalam dari hutan tersebut.
Suasana begitu sunyi dan pengab. Hanya ada ketukan kaki kuda yang mengiringi perjalanan mereka. Kabut tipis yang dari tadi menyelimuti kian menebal. Sehingga membatasi jarak pandang mereka.
Cling...
Sulaman jubah Clarissa tiba-tiba menyala. Kuda-kuda mereka perlahan berteriak seolah merasa terancam.
Motta dan Zack juga merasa terancam. Bagaimana tidak mereka juga punya insting hewan. Mereka sama sama menggeram taring mereka juga muncul dengan mata yang menyala.
"Ternyata kami kedatangan tamu jauh ya" suara seorang wanita menggema.
"Bukankah itu tamu terhormat" sahut seseorang lainnya.
Clarissa hanya tersenyum tipis. "ternyata kaum mu pengecut ya? Hanya bisa bersembunyi dibalik kabut" ujar Motta remeh.
Sebuah tombak meluncurkan kearah Clarissa. Namun Ia menangkapnya dengan mudah.
"Tunjukkan diri kalian dasar pengecut" ucap Zack sambil memerhatikan sekitarnya.
Tidak terdengar suara apapun. Keadaan kembali sunyi dengan kabut yang perlahan menghilang. Namun siapa sangka mereka dikelilingi oleh segerombol orang yang bersenjata.
"Dasar bangsa berbulu merah" ucap Zack.
"Tak kusangka aku akan bertemu dengan macan yang dibuang dari kaumnya sendiri" ucap seorang pria yang menutup sebagian wajahnya dengan jubah tampaknya dialah pemimpin mereka. Pria tersebut terkekeh kecil merasa senang karena telah merendahkan Motta.
"Kenapa kau tertawa apakah ada hal yang bisa di tertawa kan?" Tanya Clarissa dengan suara dinginnya.
"Hei nona cantik penyamaran mu tidak mempan bagiku. Siapa pula yang tidak mengenal gadis yang berjubah delima?" Jawabnya dengan candaan.
Clarissa turun dari kudanya diikuti oleh Motta dan Zack. "kalau begitu kau tau siapa aku?" Tanya Clarissa sambil mengarahkan pedangnya tepat kearah leher pria tersebut secar tiba-tiba.
Orang-orang yang tadi mengepung mereka kini juga mengarahkan senjata mereka kearah Clarissa.
Pria berjubah tersebut mengangkat kedua tangannya, "hey kalian jatuhkan senjata kalian jika tidak ingin nyawa kalian melayang di tangan gadis ini" perintah sang pria sambil melepaskan tudung jubahnya.
Pria tersebut melepaskan jubahnya, "perkenalkan..." Ucapan sang pria tersebut terpotong.
"Kamu Lorenz sang pemimpi suku rubah dan di belakangmu adalah saudara perempuanmu Ocheat" Zack menyela.
"Tak bisakah kau diam dasar serigala bodoh!" Serunya kesal. "Kau benar-benar tidak punya etika" sambungnya.
"Kau berbicara tentang etika sedangkan kau sendiri tidak punya etika" balas Zack tidak mau kalah.
"Ternyata cerita tentang suku rubah yang bermulut besar itu benar" ujar Clarissa datar.
"Hey wanita pembawa sial tutup mulutmu itu. Bagaimana tidak keluargamu mati Karena kau sendiri pembawa sial" teriak Ocheat yang merasa direndahkan.
Dalam seketika Clarissa berlari dan merobohkan Ocheat. Ia menjatuhkannya dan mencengkram kerah baju Ocheat dengan belati yang mengarah ke arah mata wanita tersebut.
Lorenz yang menyaksikan hal tersebut ingin menyelamatkan adiknya. Akan tetapi Motta dengan sigab menahannya. "Itu kesalahan adikmu, kau jangan ikut campur" ucap Motta dengan pandangan lurus kearah dua wanita Tersebut.
"Kalau kau ingin mati tinggal kau katakan saja aku siapa membunuh mu dengan perlahan" ujar Clarissa datar dengan matanya yang menyala.
"Apa perlu aku jadikan kepala mu sebagai hiasan di ruang kerjaku, atau bulu mu yang akan dijadikan pakaian musim dingin pelayan ku" tambahnya sebelum melepas cengkraman.
Ocheat tampak gemetar hebat. Ia tidak tau jika tumor kekejaman Clarissa itu benar adanya. Karena yang ia tau orang-orang kota kebanyakan terlalu melebih-lebihkan kabar.
"Akan ku tunggu terompet peperangan berbunyi dari mu! Atau jika tidak aku yang akan membunyikannya" ujar Clarissa sambil melewati Lorenzo yang membeku.
...........
Hay semuanya author ubdate nihh
Sorry ya kalo ceritanya rada-rada gak nyambung
Okey see you next chapter
TAY TAY 🤗🤗🤗🤗🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
The next successor girl CLARISSA
FantasyWanita dengan seribu rahasia yang dikagumi banyak pria. Clarissa Tamara gadis cantik bak ratu Victori. Seorang putri Duke yang sangat tegas dan kejam. Memiliki sifat yang dingin dan arogan. Kisah kelam yang membentuk sifatnya yang sempurna menge...