Blood florest⚔️

213 26 2
                                    

 
  
  Makan Malam
 

" Motta aku tidak ingin menunda-nunda kepergian kita ke menara penyihir" ucap Clarissa Sambil memotong steak daging.
  
    
  "Boleh saya tau mengapa" tanya Motta. "Hanya saja... aku tidak ingin menundanya terlalu lama" jelas Clarissa.
  
   
  Motta tersenyum tipis, Nona Clarissa sangat plin-plan dalam hal menyangkut keluarganya. "Jika itu mau nona saya akan bersedia dan mulai menyiapkan hal-hal yang diperlukan" ucap Motta setelah meneguk minumannya.
 
  
  
   Clarissa mengangguk, "bagaimana dengan penyamaran nona?" Tanya Motta. "Ah! Aku telah memiliki benda yang lebih efektif daripada rambut palsu" Clarissa menjawabnya dengan santai.
  
  
  
   "Maksud nona"Motta tampak bingung. "Nanti akan aku tunjukkan padamu" jelas Clarissa yang disusul anggukkan dari Motta.
  
  
  
Di tempat lain...
 
 
  Seorang pria menunduk memberi hormat. "Tuan saya membawa kabar" ucapnya masih dengan posisi yang sama.
 
  
  
   Pria yang ia sebut tuan itu hanya diam menunggu penjelasan. "Nona Clarissa akan ke hutan blood florest" jelasnya.
  
  
   Sang tuan tampak tersenyum, "ke hutan neraka? Hahhahah nona kecil itu tampaknya tak takut apapun" cemooh sang tuan sambil meminum alkohol yang ada di gelasnya.
  
  
  
    "Tidak hanya itu, ia juga ke menara penyihir" tambah pria tersebut. "Menara penyihir! Untuk apa?" Tanya sang tuan yang kini menatapnya kearahnya.
  
  
  
   "Tujuannya juga belum pasti tuan. Dan menara mana yang akan ia kunjungi saya juga belum tau tuan" pria tersebut tampak sedikit menunduk.
  
  
   "Jadi kau memberiku setengah informasi!" Tuan tersebut tampak marah sambil melempar gelas tepat di samping pria tersebut. 
  
  
   "Saya tidak mau tau! Cari sampai tuntas" tambahnya dengan suara yang keras. Sang pria tersebut tampak takut dan gemetaran sebelum melangkah keluar dari ruangan gelap itu.
    
   
  
......
  
  
   "Jadi ini anting yang diberikan oleh seseorang yang nona maksud tadi" tanya Motta sambil mengamati sepasang anting Ruby tersebut.
  
  
  
   Clarissa mengangguk kecil, "yah tampaknya ini tidak ada yang membahayakan" simpul Motta sambil memberi kembali anting tersebut.

   
  
   Tok... Tok...
 
Suara jendela yang di ketuk. "Biar saya yang buka nona" ucap Motta.
  
  
  "Selamat malam nona Clarissa yang kuat dan cantik" sapa Pria yang muncul di balik jendela.

 
  "Kau datang lebih awal" ucap Clarissa datar. "Oh! Ayolah nona bisakah kau tersenyum sedikit" ucapnya lagi. "Jaga tata Krama mu Zack!" Tegur Motta yang tampak kesal melihat kelancangan nya.
  
  
  
    Clarissa tampak tidak peduli, "dimana yang lainnya?" Tanya Clarissa sambil menyandarkan tubuhnya di kursi. "Mereka dalam perjalanan nona" jawab Zack yang tampak sedikit sedih karena Clarissa tidak menanggapinya.
   
 
  
   "Jika kau ingin makan langsung katakan kepada pelayan. Dan satu lagi! Berusahalah untuk bersikap sopan di sini" jelas Clarissa Sebelum meninggalkan ruang tersebut.
  
  
   
   "Hahh! Nona nona kapan kau sadar akan perasaan ku" keluh Zack. "Kau benar-benar tidak waras Zack. Jangan pernah berharap Nona akan melirikmu sebagai seorang pria" Motta menyela dengan wajah yang tidak senang.
   
  
  
   "Kau bilang aku tidak waras! Tampaknya kau yang bermasalah dengan wajahmu yang tidak bersahabat itu!" Seru Zack kepada Motta yang pergi acuh.
 
  
  
   "Tampaknya dia cemburu!" Lirih Zack Sebelum merebahkan tubuhnya ke sofa yang berada di ruangan tersebut. 
  
 
  
  "Apa Nona benar-benar tidak sadarkan seberapa menarik dirinya di mata para pria" gumam Zack yang kini menatap langit-langit.
 
 
  
  "Nona! Saya ingin memberitahu sesuatu kepada nona" ucap Motta yang berjalan di sisi Clarissa. "Apa itu" tanya Clarissa singkat.
  
  
  "Apa kemarin malam Nona merasa sesuatu?" Tanya Motta yang berhasil membuat Clarissa menghentikan langkahnya.
  
  
   Clarissa tampak menuggu kelanjutan dari Motta, "saya melihat bayangan hitam yang mengintai kediaman ini" jelas Motta agak sedikit berbisik.
  
  
   
  "Ya... Kemarin malam saya merasa aura gelap yang samar-samar" tambah Clarissa. "Tapi nona tidak mengalami hal aneh lainnya?" Tanya Motta sekali lagi untuk memastikan.
  
  
   Clarissa mencoba mengingat, "tidak" jawabnya yakin. "Jika begitu baiklah nona! Akan saya cari informasinya lagi" ucap Motta Sebelum mereka berpisah di koridor tersebut.
  
 
🍃🍃🍃🍃🍃🍃

  
   Pagi yang cerah dengan udara yang segar. Di halaman kediaman Duke terlihat sangat sibuk. Sebuah kuda hitam dan tegap berdiri di depan para kuda lain yang siap dinaiki. 
  
  
    
   "Nona persiapannya selesai. Apa kita berangkat sekarang?" Tanya Motta. Clarissa menaiki kudanya yang hitam pekat dan sangat mencolok diantara kuda yang lainnya.
  
  
  
   Ia mengangguk sekilas tanda setuju. Motta memberikan aba-aba kepada yang lainnya sambil menaiki kuda dan berjalan tepat di belakang kuda Clarissa.
  
  
  
Skip.....
  
  
 
  Plotak... Plotak...
 
Terdengar suara kuda yang berlarian secara bersautan. "Ada apa ini?" Tanya sang penjaga gerbang tampak bingung melihat segerombol orang berkuda menuju kearah mereka.
  
  
  
   "Itu bukankah Nona Clarissa Tamara" tebak penjaga yang di sebelahnya. Sang pengawal tampak menyipitkan matanya.
  
   

   "Ya kau benar ada perlu apa mereka ke sini" pengawal tersebut tampak bingung.
  
  
  Kelompok Clarissa pun mencapai gerbang utama, "Atas surat izin dari raja kami ingin memasuki hutan ini" ucap Motta sambil memperlihatkan surat izin dari raja yang telah berstempel resmi.
  
  
  
   Pengawal tersebut pun membuka gerbang tanpa berniat untuk bertanya tujuan mereka. Mereka pun masuk dan mulai melakukan penyisiran hutan tersebut.
  
  
  
  Di tengah tengah hutan Clarissa melihat sebuah gubuk yang sangat usang. Ia penasaran siapa yang bisa hidup di dalam hutan yang sangat berbahaya ini.
  
  
  
   Clarissa mendekat tidak lupa dengan sebagai pengawal yang berada di belakangnya.
  
 
  
   KRIIEET....
  
 
Clarissa membuka pintu yang sudah rusak parah itu. Betapa terkejutnya ia melihat berbagi ukuran tabung yang berisi cairan dengan ular dan makhluk berbisa lainnya.
  
  
  Para pengawal juga tidak kalah terkejut darinya. Clarissa menyusuri rak-rak yang berisi tabung-tabung tersebut. Sampai sebuah lukisan kecil menarik perhatiannya.
  
  
  
   Bagaimana tidak lukisan kecil itu tampak mirip dengan sulaman yang berada di ujung jubah pembunuh keluarganya. Bukan hanya mirip tapi benar-benar sama. Clarissa meraihnya dengan cepat dan melihatnya dari dekat.
  
  
  
   Dia pun berinisiatif untuk mencari petunjuk lain. Namun yang ia temukan hanyalah sebuah rak buku kecil, usang, dan berlumut. "Amankan tempat ini" perintah Clarissa Kepada pengawal yang berada di belakangnya.
  
  
______________
 
TAY TAY 🤗🤗🤗🤗🤗
  

The next successor girl CLARISSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang