jejak 02⚔️

194 23 2
                                    

 
 
   Clarissa menatap langit yang hitam pekat. Tampaknya tidak ada bintang untuk malam ini. Mereka memutuskan untuk membangun perkemahan karena jarak yang terlalu jauh dari kediaman Duke.
  
  
  
    "Saya menghadap nona Clarissa. Kereta yang berisi perlengkapan dan bahan makanan akan sampai beberapa saat lagi nona" ucap seorang anggota pasukannya.
  
  
  
   "Bagus pastikan tidak ada kendala dalam pembongkaran nanti" ujar Clarissa. Prajurit tersebut pun meminta izin untuk undur diri dari hadapan Clarissa.
  
  
   "Kau sudah melihat gubuk yang aku temukan tadi?" Tanya Clarissa kepada Motta yang baru saja bergabung dengannya. "Sudah nona! Sepertinya gubuk tersebut telah ditinggalkan kurang dari lima tahun" jelas Motta berdasarkan analisisnya.
  
  
   
    "Apakah ini salah satu markas tersembunyi mereka, atau tempat pembuatan senjata berbisa?" Clarissa menerka. "Bisa jadi... nona! Keadaan kuda putih nona sudah lumayan membaik" ujar Motta.
  
  
  
   "Biarkan kuda itu beristirahat sebentar! Sebelum kita pergi ke menara Utara. Kita harus benar-benar menemukan bukti sebanyak mungkin" jelas Clarissa.
 
 
 
    Berselang beberapa menit Zack menghampiri mereka setelah lama menatap keduanya dari kejauhan. "Zack Motta mari kita berkumpul di tenda saya sebentar" ujar Clarissa melangkah meninggalkan mereka.
  
  
  
   "Tampaknya Nona benar-benar tidak menyukaiku huhuhu..." Ucap Zack dramatis. Motta menatap jengah "Berhentilah bermain-main Zack. Nona membutuhkan kita" balas Motta kesal.
  
  
  
   Clarissa memerintahkan kepada seorang prajurit untuk menyiapkan selembar kertas, pena bulu dan tinta. Bersamaan dengan itu Motta dan Zack masuk kedalam tendanya.
  
  
  
  "Apa yang ingin nona bicarakan" tanya Zack langsung. "Sesuatu yang seharusnya tidak bisa didengarkan oleh orang lain" jawab Clarissa.
  
  
  
   Tidak lama kemudian sang prajurit membawa hal yang diminta oleh Clarissa tadi. Clarissa Tampak menuliskan sesuatu yang sangat rahasia.
 
  
  Motta dan Zack membacanya bergilir, "Zack aku memerlukan bantuan mu. Aku kau dan Motta, kita akan pergi ke menara penyihir Utara. Aku akan menyamar sebagai adik dari Motta. Motta akan menyamar sebagai pembunuh bayaran dan kau akan menjadi sahabatnya".
 
  
  
   "Aku membutuhkan kalian berdua. Dan aku juga telah memberitahu kepada Philips untuk menyembunyikan kabar kepergian ku dan menyebarkan rumor bahwa aku sedang sakit"  tulis Clarissa di surat tersebut.
 
  
   "Dengan senang hati nona" ucap Zack bangga karena pertama kalinya ia merasa dibutuhkan oleh Clarissa. "Baik nona" ujar Motta patuh. Mereka mengembalikan surat tersebut. Namun Clarissa malah membakar tanpa sisa.
  
  
  
   "Tidak ada yang boleh tau rencana kita" ucap Clarissa bersamaan dengan kertas yang menjadi abu dalam genggamannya.
 
 
  
   "Aku juga ingin memberitahu sesuatu. Zack besok kau ikut aku ke gubuk yang aku temukan tadi Siang" Clarissa Tampak menatap zack sekilas. "Baik nonaa" ucap Zack antusias. 
  
  
  
   Setelah berbincang-bincang sebentar Motta berniat untuk mengecek penjagaan di sekitar gubuk tersebut. Ia berjalan santai sambil sesekali memerhatikan daerah sekitarnya.
  
  
   
   Tiba-tiba bayangan Clarissa menghantui pikirannya. Clarissa kecil yang tidak lagi berbicara, menangis, tertawa, tersenyum bahkan ia enggan untuk makan walau hanya sesuap. Itu adalah hari-hari terburuk bagi Clarissa dan hari-hari yang sangat sulit bagi seorang Motta. 
  
  
  
    Ia menghela nafas panjang berharap hal tersebut tidak lagi terulang pada nona Clarissa. Gadis yang dulu ia lindungi karena kewajiban, namun kini ia lindungi karena sebuah rasa yang sulit di ungkapkan.
  
  
  
    Semilir angin menerbangkan dedaunan yang mulai menguning. Tampaknya kini akan masuk musim gugur yang dingin. Ia menatap bayangan api di depannya. Bayangan obor milik penjaga yang Clarissa utus.
  
  
  
    Tampaknya semua baik-baik saja Sebelum sebuah panah hampir saja mengenai lengannya. Panah tersebut tertancap di tanah. Motta berpaling, mencari keberadaan seseorang pemilik anak panah ini.
 
  
  
   Di ujung panah terikat sebuah surat kecil yang tampak memang ditunjukkan untuknya. Ia meraih surat tersebut sambil sesekali menatap sekeliling dengan matanya yang tajam.
  
  
  
   Ia membukanya, membacanya perbaris. Hingga matanya menatap sebuah tulisan pada baris terakhir yang mampu membuat tubuhnya kehilangan keseimbangan.
  
 
  
   Dengan sigap Motta bertumpu pada sebuah Pohon. Ia bersandar sambil menagahkan kepalanya dan menutup sekilas matanya. Mencoba untuk menetralkan emosinya.
  
  
  
   Dengan penuh amarah Motta merobek kecil-kecil kertas tersebut. Ia berteriak putus asa. Merasa sangat bersalah dan tidak berguna.
  
  
   Jika bisa ia ingin mati sekarang juga agar bisa menghilang dari pandangan nona Clarissa. Ia menyembunyikan robekan kertas dan panah tersebut.
  
 
  Tuk...
  
  
  Sebuah tangan menepuk bahunya. Ia menoleh menatap pemilik tangan tersebut. Rambut hitam pekat dengan mata yang menyala terang, ya itu Nonanya.
  
  
    "Ada apa?" Tanya Clarissa sambil ikut duduk dan bersandar di pohon yang sama. Motta hanya diam seolah ia tidak bisa berbicara. Tatapannya menatap lurus ke manik Ruby milik Clarissa.
  
  
   "Kau tidak tampak seperti biasanya" ucap Clarissa melihat keanehan dari tatapan mata Motta. Motta masih enggan berbicara. Sebaliknya ia hanya menunduk sambil tersenyum tipis.
  
  
   
    "Ya! Aku tau semua orang memiliki rahasia yang harus mereka jaga bukan" ujar Clarissa menatap Motta yang kini mengalihkan pandangannya.
  
 
  
   "Tapi satu hal yang harus kau tau. Aku percaya pada mu" ucapan Clarissa tersebut berhasil mengguncang batin Motta. Ia beruntung karena dapat menyembunyikan keterpurukannya.
  
  
  
   Motta yang tidak berbicara sedikitpun membuat keadaan menjadi sunyi. Namun bersama dengan itu Zack datang mencairkan suasana.
  
  
  
   "Hey apa ini! Nona dengan Motta berduaan di sini dan kalian tidak mengajakku" ucap Zack yang terlihat seperti anak kecil sedang marah.
  
  
  
    "Tingkah mu sama seperti nona Clarissa saat berusia empat tahun" ucap Motta sambil tersenyum tipis. "Jadi maksudmu aku masih kecil? Perlu kau ingat aku adalah pemimpin suku serigala" ujar Zack bangga.
  
  
  
  "Walau siapapun kau masih ku anggap sebagai pria cengeng" Clarissa menambahkan. "Masa lalu tidak perlu diungkit lagi nona" Zack tampak sedikit kesal dengan ucapan Clarissa.
  
  
   "Terserah saya karena saya adalah tuanmu" Clarissa menatapnya sekilas. "Nona bukan tuan saya tapi nona adalah ratu saya" ucap Zack tegas. 
  
  
  
   "Kau tau Zack aku tidak suka dengan kata-kata tersebut" Clarissa tampak jengah dengan Zack. "Baiklah nona! Saya mengerti" ucap Zack patuh.
  
 
 
   Motta terdiam, ia masih ragu untuk berbicara dengan Clarissa. Seolah lidahnya Kelu untuk mengucap walaupun hanya satu kata. Tidak ada keberanian dari dirinya untuk kembali menatap manik Ruby yang bercahaya tersebut.
  
  
 
 
_________________

Hay semuanya sedikit pemberitahuan. Author beberapa Minggu kedepan mungkin tidak up.
  
  
  Karena autor ingin mengosongkan kepala untuk pelajaran agar nanti pas ujian tidak ngelag. Takutnya nanti ini otak memanas melihat angka-angka di layar computer.
  
  
  Sekian terimakasih bagi reader's yang setia dengan Clarissa Tamara yang putih bening juga Badas.
  
  
  Terimakasih wassalam
 

  TAY TAY 🤗🤗🤗🤗🤗
  

  
  
  
  

The next successor girl CLARISSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang