rumah kayu berlantai dua adalah milik Clarissa di dalam hutan ini. Rumahnya di kelilingi dengan rumah para serigala yang lain. Terlihat sederhana namun Clarissa sangat menyukainya.
Clarissa menanggalkan jubahnya. Ia mendekati balkon kamarnya sambil membawa secangkir teh. Desa ini tidak ramai seperti di kota. Hanya beberapa rumah dan penerangan yang sederhana.
Sudah lama ia tidak ke sini. Mungkin sekitar tiga tahun yang lalu. Tatapannya yang tajam menyapu setiap sudut pemandangan di depannya. Ini adalah tempat dia dibesarkan.
"Untuk apa kau kesini Zack?" Tanya nya. "Ah! Aku ketahuan lagi. Kau memang memiliki insting yang tajam Clarissa" Zack turun dari atap. Ia berdiri di atas pagar balkon, berhadapan dengan Clarissa.
Clarissa menatapnya sesaat lalu kembali fokus ke arah desa. "Apakah Aku bisa minum teh bersamaan" tanya Zack sambil tersenyum ramah. Clarissa pun pergi untuk mengambilkan teh.
Angin yang dingin bertiup. Menerbangkan helaian rambut Clarissa yang terurai. Lihatlah dia sangat bersinar terkena terpaan cahaya bulan. "Sebuah mimpi yang indah jika bisa memilikimu" batin Zack sambil tersenyum pahit.
Sejak kecil Zack selalu bersembunyi disaat Clarissa belajar pedang. Clarissa kecil terlihat sangat lemah seolah-olah sebuah sentuhan halus bisa memecahkannya. Tatapannya kosong, tubuhnya kurus karena tidak nafsu makan.
Namun pada suatu malam Clarissa menagis dan menjerit-jerit. Para serigala mencoba membangunkannya begitu pula dengan Motta. Akan tetapi Clarissa malah tidak sadarkan diri selama lima hari.
Setelah kejadian itu Clarissa berubah drastis. Ia makin giat belajar pedang. Pola makannya mulai teratur dan tidak ada lagi kesedihan di wajahnya. Seolah dirinya bukanlah Clarissa yang dulu.
Sedangkan Zack, ia adalah seorang anak kecil yang cengeng. Semua orang membencinya atas dasar ia adalah penerus serigala selanjutnya. Tidak ada yang bersedia mengajarkannya. Ia selalu memerhatikan Clarissa dari jauh. Namun suatu hari...
FLASHBACK ON
"Kamu! Kenapa di sana?" Tanya Clarissa sambil menunjuk dengan pedangnya. Zack tergagap ia menunduk. "Bo... bolehkah ak... Aku belajar pe... Pedang bersamamu?" Tanya Zack.
Melihat tidak ada jawaban dari Clarissa ia memberanikan diri untuk menatapnya. Zack terkejut untuk pertama kalinya ia menatap mata Ruby milik Clarissa. "Aku tidak pernah melihat anak laki-laki yang cengeng sepertimu" ucapnya.
Zack menunduk, "ikut aku! Seharusnya sekarang bukan waktumu untuk belajar lagi! Harusnya kamu menjadi ahli pedang untuk umurmu yang sekarang" ucap Clarissa sambil menyusuri semak.
Zack hanya terdiam semua yang dikatakan Clarissa benar adanya. "Aku akan membuat semua orang yang membencimu itu tunduk padamu" ucap Clarissa.
Clarissa melempar Padang kearah Zack. "Tangkapan mu boleh juga" ucap Clarissa setelah Zack berhasil menangkap pedangnya. "Ini tidak akan lama" tambah Clarissa.
FLASHBACK OFF
Zack menatap Clarissa dari samping. Kulit Clarissa yang putih pucat sangat kontras di saat malam. "Apakah tugas mu di kota sangat banyak?" Tanya Zack.
Clarissa menatap Zack sekilas, "tidak terlalu! Jadi bagaimana keadaan mu di sini?" Clarissa balik bertanya.
"Lumayan menyenangkan. Setidaknya sekarang tidak ada lagi orang yang merendahkan ku" jelasnya masih menatap Clarissa.
Clarissa meneguk tehnya, "Aku dengar suku rubah mulai mencari gara-gara" ucapnya. "Kau benar! Hanya karena hal sepele. Sepertinya akan terjadinya peperangan" kini Zack menatap lurus kearah desa.
Clarissa tersenyum tipis, "jika benar jangan lupa memberitahukan aku akan berita seterusnya". Zack mengangguk sambil kembali menatap Clarissa yang seolah sudah menjadi candu baginya.
"Jika begitu saya permisi" Zack mengecup punggung tangan Clarissa sebagai tanda hormat. Dia pun tersenyum sebelum melompat dari atas balkon ke bawah.
Clarissa menghabiskan seteguk teh terakhirnya. Kemudian Dia beranjak ke kamar untuk istirahat. Disaat Clarissa terlelap Zack kembali dan duduk di pembatas balkon kamar Clarissa sambil mengamatinya yang telah terlelap.
"Jika untuk memiliki mu itu mustahil. Maka aku akan menjadi milikmu dan kau adalah tuanku." Batin Zack. Walaupun dia berfikir jika Clarissa lebih kuat darinya namun dia tetap berharap untuk bisa melindunginya.
Semilir angin menerbangkan kain jendela. Menghempasnya hingga sinar bulan menerobos masuk ke dalam kamar. Clarissa menarik selimutnya untuk menutupi tubuhnya yang mulai kedinginan.
Ranting pohon berayun dengan seekor burung gagak yang menatap kearah kamar Clarissa. Pekikan nya yang khas diikuti dengan bulu yang berterbangan. Gagak tersebut pergi setelah lama menatap jendela kamar Clarissa.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Tak... Tak...
Suara langkah seorang pria mendekat. "Bagaimana?" Tanya pria lain yang duduk di sebuah sofa. "Aku sudah melihatnya. Satu-satunya bukti terakhir" jawab pria tersebut.
Pria yang duduk di sofa tersebut mengangguk, "Apakah bisa di singkirkan?" Tanya nya.
"Daripada menyingkirkan lebih baik dijadikan sekutu. Dia lebih berguna daripada Duke Cassilio" pria tersebut meneguk minumannya. Kemudian ia memutar-mutar gelasnya.
"Kau benar bukankah dia pemimpin suku serigala. Dan aku dengar dia sangat pandai menggunakan senjata" ucap pria yang duduk di kursi sofa tersebut.
Pria tersebut berjalan mendekati jendela. "Namun akan sulit menundukkan dia" jelas pria tersebut.
Pagi ini Clarissa berencana mengelilingi desa. Dia tidak bisa menyamar sebagai rakyat biasa karena kaum serigala sangat tajam penciumannya.
Harum tubuh Clarissa sebagai manusia akan dapat mereka kenali dengan mudah.
Clarissa berjalan santai kali ini tanpa Motta di sisinya. Itu karena perintah Clarissa yang ingin pergi sendiri.
Terkadang Clarissa mampir di beberapa toko kecil untuk membeli makanan dan melihat-lihat barang yang antik.
Tak lama Clarissa melihat sesuatu yang tergeletak di gang kecil. Clarissa mendekat demi memastikan pandangannya.
Ternyata itu adalah Seorang pemuda yang tak sadarkan diri. Dia tampak begitu kurus dan kotor. Merasa iba Clarissa membawanya ke rumahnya untuk istirahat.
Dukk...
Clarissa merebahkan pria tersebut di sofa miliknya. Ia meletakkan minuman, beberapa makanan, dan pakaian di atas meja. Kemudian Clarissa pergi ke meja kerjanya. Menyelesaikan beberapa kasus yang terjadi di desa tersebut.
Matahari mulai condong ke arah barat. Sedangkan Clarissa telah tertidur di atas tumpukan kertas. Mungkin dia terlalu lelah.
Grap...
Tangan Clarissa refleks menggenggam tangan seseorang yang hendak menyentuhnya. Dia membuka matanya untuk melihat siapa yang berani mendekatinya.
"Maaf maaf saya hanya ingin menyelimuti anda" pria tersebut terbata-bata. Sedangkan Clarissa menatapnya tajam. Kemudian ia berdiri berhadapan dengan pria tersebut.
"Jika sudah baikan kau boleh pergi dari tempat ini" ucap Clarissa dingin sambil meninggalkan pria tersebut.
"Tunggu!... apakah saya boleh berkenalan dengan nona?" Tanyanya. Clarissa menghentikan langkahnya, "untuk apa?".
"Untuk bisa mengingat nama seorang nona yang baik hati mau menolong saya. Saya janji akan membalasnya" jelas pria tersebut.
"Clarissa" ucapnya sambil keluar dari ruangan tersebut. Sang pria tersenyum tipis, "putri Duke Cassilio ya..." Gumamnya. Kemudian ia pergi meninggalkan rumah Clarissa. Dengan bertekad untuk bisa membalas kebaikan Clarissa suatu saat nanti.
°°°°°°°°°°
TAY TAY 🤗🤗🤗🤗🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
The next successor girl CLARISSA
FantasyWanita dengan seribu rahasia yang dikagumi banyak pria. Clarissa Tamara gadis cantik bak ratu Victori. Seorang putri Duke yang sangat tegas dan kejam. Memiliki sifat yang dingin dan arogan. Kisah kelam yang membentuk sifatnya yang sempurna menge...