14. "Kamu siapa?"

139 25 53
                                    

Heywoo gengss, balik lagi sama akuuuuu hihi...

Aku bawa alasan, kenapa lama banget update ini :)

Karena file Shua dan Shene ini hilang entah kemana :)

Jadi, aku kudu mengatur ulang ehehe... Keknya sekalian mau ganti judul ajalah di part besok ahaha.

Biar sinkron sama judul, ahaha.

Happy reading...

********

"Seperti merpati yang terbang menjauh, ia pasti akan kembali pada rumahnya."

~S

*****

"HUWAH!"

Tangan Shua ditarik oleh seseorang hingga ia menyadari kalau sekarang berada di tempat yang sepi.

Tidak ada siapapun di sini, hanya ia dan seseorang yang menariknya. Seperti berada di gang kecil yang sempit dan susah untuk dimasuki dua kendaraan roda empat.

Shua berbalik dan mendapati lelaki besar yang menahan tangannya. Ia mengarahkan ponselnya ke wajah Shua.

"Cewek ini bos?" tanyanya pada orang yang berada di ponselnya.

Lalu, pria itu menyimpan ponselnya dan menyeringai pada Shua.

"Gue udah dibayar sama boss gue buat habisin lo!" bentaknya pada Shua.

Shua terkejut, matanya membola. Jadi, maksudnya dia mau habisin Shua?

Tubuh Shua mulai meremang, ia sangat ketakutan. Pria itu besar dan mukanya penuh dengan luka. Bahkan, Shua hanya sebahunya saking tingginya pria itu.

"Padahal bos gue itu sama kayak lo, cewek rambut panjang. Gue gak habis pikir aja kalau gue disuruh habisin lo."

"Tapi, keknya gue bisa menjamah tubuh lo dulu, Lo punya badan yang bagus."

Detik itu juga, Shua langsung menendang bagian bawah pria itu. Reflek, karena Shua terkejut.

Cengkraman di tangan Shua terlepas dan hal itu membuat Shua lari dari sana.

"KALIAN, KEJAR CEWEK ITU!" teriak pria yang sekarang kesakitan.

Lalu, tanpa disangka, keluarlah manusia-manusia dari tempat sampah dan pohon yang sepertinya dari tadi bersembunyi.

"Kejar, habisin dia. Jangan beri ampun," perintahnya dengan keji.

Shua terus berlari tak tentu arah. Ia ketakutan, napasnya memburu, dan keringat sudah membanjiri kepalanya.

Ia yang tak pernah olahraga harus berlari entah berapa jauh untuk menghindari kejaran mereka.

Shua tahu kalau ia sedang dikejar belasan orang yang sepertinya dibayar oleh pria tinggi itu.

"Shua ... Harus ... Kemana?" Jujur, Shua sudah tak kuat berlari lagi. Kakinya lemas, dan pegal.

Napasnya sudah mulai tidak beraturan, dan kepalanya sudah seperti berkunang-kunang.

Shua terus berlari hingga melintasi jalanan yang ditutup oleh palang sehingga motor tidak bisa masuk.

Kepalanya semakin berat

"Aku ... Gak kuat." Shua menjatuhkan dirinya di rerumputan. Keringat sudah membasahi bajunya, napas sudah tidak terkontrol, dan kepalanya sudah berkunang-kunang.

Shua hampir saja menyerah, kalau ia tidak melihat seorang laki-laki menghampirinya.

"Shua!" Shua terkesiap.

Pangeran Bagi PutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang